I. PENDAHULUAN. kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

I. PENDAHULUAN. sehingga menghasilkan komunitas yang khas (Pritchard, 1967).

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

ABSTRAK KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI SUNGAI PANYIURAN DAN SUNGAI ANTARAKU KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Aliran sungai dari sumber Kuluhan banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

108 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 2, Juni 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

ROTIFERA PADA AREA BEKAS TAMBANG EMAS DI KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG ROTIFERA AT GOLD MINED AREAS IN KABUPATEN SAWAHLUNTO SIJUNJUNG

2.2. Struktur Komunitas

TINJAUAN PUSTAKA. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering. Rawa terbentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARAMETER FISIKA KIMIA AIR DI RANU KLAKAH SKRIPSI. Oleh Condro Wisnu NIM

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber bagi kehidupan manusia. Salah satu sumber air

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi. kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Organisme makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan makhluk hidup lainnya. Data dari BPS tahun 2007 menunjukkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

Keanekaragaman dan Kelimpahan Makrozoobentos di Sungai Naborsahan Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

bio.unsoed.ac.id II.KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN KUALITAS FAKTOR FISIK PERAIRAN KOLAM IKAN I.PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Trisno Hadisubroto, Ekologi Dasar, (Jakarta: Departemen

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK MULUR KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang besar.

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

I. PENDAHULUAN. penting dalam ekosistem perairan termasuk danau. Fitoplankton berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah panjang Kota Sawahlunto dimulai, ketika para ahli Geologi Belanda menemukan cadangan batubara dalam jumlah besar pada akhir abad 19. Penemuan dan penggalian tambang batubara telah mengantarkan kota tersebut hingga masa kejayaan pada tahun 1930an. Tidak heran bila Sawahlunto, yang hari jadinya ditetapkan pada tahun 1888 juga dikenal dengan sebutan kota arang, merupakan kota tambang batubara terbesar dan sekaligus tertua di Indonesia. (Martokusumo, 2007). Menurut situs resmi Pemerintah Kota Sawahlunto, selama 100 tahun eksploitasi tambang telah menyedot sekitar 30 juta ton batubara, sedangkan sejumlah 100 juta ton tambang belum dimanfaatkan, mengingat biaya operasional yang sangat tinggi. Penurunan produksi tambang hingga puluhan ribu ton sudah dimulai sejak periode tahun 1940 hingga tahun 1970, namun dengan penambahan fasilitas usaha pertambangan angka tersebut meningkat kembali di tahun 1980an, dan bahkan pada akhir tahun 1990an mencapai angka produksi 1 juta ton pertahun (Pemerintah Kota Sawahlunto, 2010). Kegiatan tambang secara terbuka ini banyak menimbulkan kerusakan lingkungan. Sistem penambangan terbuka menyebabkan terbentuknya lubang galian yang sangat dalam dan luas. Hal ini terdapat di Desa Tumpuak Tangah, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, akan terlihat lubang bekas galian tambang, sekilas bentuknya seperti kawah besar yang luasnya sekitar hampir satu hektar. Apabila pada musim hujan maka lubang bekas galian tersebut akan terisi air hujan sehingga lubang tersebut seolah-olah seperti danau. Salah satu lubang bekas galian tambang batubara di Sawahlunto tersebut berisi air yang berwana biru dan warga sekitar menyebutnya

2 dengan Danau Biru yang saat ini akan dijadikan objek wisata oleh Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto. Danau Biru ini tidak memiliki inlet dan outlet. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, hasil pengukuran ph air dari Danau Biru bekas galian tambang batubara bernilai 5 yang berarti bersifat asam. Peraian yang bersifat asam biasanya keanekaragaman jenis yang ditemukan sedikit, dan hanya ditemukan organisme yang mampu bertahan pada lingkungan asam. Menurut Forqan (2005) bahwa air yang berada pada lubang bekas tambang batubara mengandung beberapa unsur kimia yaitu Fe, SO 4, Hg, Pb, dan Mn. Hasil pengukuran ph air dan ph tanah di lokasi bekas tambang menunjukan air dan tanahnya cukup masam yaitu ph air berkisar antara 3,0-4,3 dan ph tanah berkisar 3,2 6,2. Salah satu kelompok organisme yang dapat menggambarkan kondisi lingkungan perairan adalah makrozoobentos, karena hidupnya relatif menetap pada subsrat dasar perairan, siklus hidup relatif lama dan sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan. Makrozoobentos adalah invertebrata yang berukuran makro, sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan. Menurut Slack et. al. cit Rosenberg and Resh (1993) bahwa makrozoobentos bila tertahan dengan saringan ukuran mesh 200 mikron. Dari hasil survei awal yang telah dilakukan, ditemukan organisme makrozoobentos dari kelas Hirudinea dan larva dari Insecta di Danau Biru bekas galian tambang batubara. Dengan terbentuknya lubang bekas tambang yang berisi air hujan selama bertahun-tahun tentu saja membentuk suatu ekosistem perairan yang terdapat kehidupan organisme akuatik mulai dari produsen, konsumen, dan dekomposer yang mampu beradaptasi dengan lingkungan air asam tersebut. Hewan bentos mempunyai peranan penting dalam ekosistem perairan yaitu sebagai komponen dalam rantai makanan yakni sebagai konsumen pertama dan kedua, atau sebagai sumber makanan dari level trofik yang lebih tinggi seperti ikan.

3 Selain itu makrozoobentos dapat membantu proses awal dekomposisi material organik di dasar perairan yang dapat mengubah material organik berukuran besar menjadi potongan yang lebih kecil sehingga mikroba lebih mudah untuk menguraikannya. Makrozoobentos pergerakannya relatif terbatas di dasar perairan sehingga mereka yang paling terpengaruh oleh pencemaran yang masuk ke dalam badan air (Izmiarti, 2010). Menurut Nugroho (2006), bahwa faktor yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos dalam perairan adalah faktor fisika kimia lingkungan perairan, seperti suhu air, kandungan unsur kimia seperti kandungan ion hidrogen (ph), oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan oksigen biologi (BOD). Sedangkan kelimpahan makrozoobentos tergantung pada toleransi atau sensitifitasnya terhadap perubahan lingkungan. Setiap organisme memberikan respon yang berbeda terhadap perubahan habitat dengan cara penyesuaian diri. Menurut Lee, Wang dan Kuo (1978) komunitas organisme terutama makrozoobentos bedasarkan preferensi habitatnya dibagi menjadi empat yaitu : (1) intolerant, (2) intolerant/facultativ, (3) facultative/ tolerant dan (4) tolerant. Penelitian tentang organisme yang hidup di danau bekas galian tambang batubara sudah pernah dikaji di Indonesia seperti : Hidayaturrahmah (2012) pada lubang bekas galian tambang batubara di Desa Kampung Baru, Banjar Baru Kalimantan Selatan, ditemukan jenis-jenis ikan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan air asam tambang seperti famili Cyprindae, Belontidae, Channidae, Anabantidae, dan Ophiocephalida. Penelitian Pagora, Ghitarina, dan Udayana, (2015) menemukan jenis plankton yang terdiri dari tiga kelas fitoplankton yaitu Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Crysophyceae dan dua kelas zooplankton yaitu Protozoa dan Sarcodina di kolam pasca tambang PT. Kitadin Kalimantan Timur. Pada penelitian Gunawan, Hariani, dan Budiman (2015) pada Kolam Bekas

4 Tambang Batubara Yang Terdapat Aktifitas Karamba Jaring Apung Di Tenggarong Seberang Samarinda, ditemukan tiga kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Myxophyceae, sedangkan dari kelas zooplankton ditemukan Crustaceae dan Monogononta. Namun penelitian tentang komunitas makrozoobentos di danau bekas galian tambang masih kurang. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai komunitas makrozoobentos di Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana komposisi komunitas makrozoobentos yang terdapat di Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat? 2. Bagaimana struktur komunitas makrozoobentos di Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat? 1.3 Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui komposisi komunitas makrozoobentos di Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. 2. Mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

5 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Ekologi Perairan khususnya tentang Danau Biru Bekas Galian Tambang Batubara, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. 2. Sebagai langkah awal untuk penelitian lebih lanjut terutama dalam usaha pemanfaat danau bekas tambang dalam bidang budidaya perairan.