PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA Hendra Cahyadi, Nirwana Puspasari Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Ringkasan Penelitian tentang Minyak Pelumas Bekas (MPB) belum begitu banyak dilakukan di Palangka Raya, sehingga penggunaan MPB di Palangka Raya masih jarang ditemui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian agar MPB ini dapat dipakai dalam campuran lapis perkerasan jalan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan variasi MPB 0,5%, 1,5%, dan 1,5% dari berat kadar aspal optimum sebagai pengurang berat aspal dalam campuran AC. Pengujian sampel dengan menggunakan alat uji Marshall Test. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan ganti aspal dalam campuran lapis perkerasan aspal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan MPB sebagai bahan ganti aspal dengan persentase 0,5%, 1% dan 1,5% memenuhi syarat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Karakteristik Marshall yang memenuhi spesifikasi. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai stabilitas terendah adalah 897,08 kg dengan pemakaian MPB sebesar 1,5%, nilai flow 3,17 sampai 3,37 mm, nilai VIM 3,39% sampai 4,84%, dan nilai VFB antara 71,77% sampai 79,76%, dimana semua nilai tersebut masih sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Kata kunci : Beton Aspal, Marshall Test, MPB 88
PENDAHULUAN Penelitian mengenai perkerasan jalan raya dengan menggunakan material hasil daur ulang telah banyak dilakukan. Beberapa yang bisa dijadikan contoh adalah penggunaan serbuk ban karet bekas, abu terbang, aspal daur ulang dan residu oil atau Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai campuran dalam perkerasan jalan. Campuran perkerasan jalan hasil dari penggunaan bahan-bahan daur ulang tersebut, tentunya harus melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Penggunaan MPB sebagai bahan campuran aspal akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi karena harganya yang jauh lebih murah dibanding aspal dan dari segi lingkungan karena MPB yang terbuang baik ke dalam lapisan tanah maupun ke sungai yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah MPB memenuhi syarat sebagai bahan lapis perkerasan dengan kondisi agregat dan tanah di Palangka Raya? Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukanlah penelitian berjudul Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas Pada Warm Mix Asphalt (WMA) Untuk Lapis Perkerasan Jalan (AC-WC) di Kota Palangka Raya. Penelitian ini akan menggunakan aspal dengan penetrasi 60/70, agregat lokal yang berasal dari Bukit Tangkiling dan Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan tambah aspal. METODE PENELITIAN Bagan alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1, yang merupakan urutan pekerjaan. Pengujian Aspal Uji Marshall dengan Kadar Aspal Rencana Sesuai Persamaan 2.1 Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Agregat Syarat Bahan Dasar Kadar Aspal Rencana = (-0,1%;-0,5%; Pb; +0,5%;+0,1%) Syarat Campuran Beton Aspal Memenuhi Memenuhi Penentuan Kadar Aspal Optimum Pengujian Filler Tidak Memenuhi Pembuatan Benda Uji Dengan Kadar Aspal Optimum Uji Marshall Pada Kadar Aspal Optimum Memenuhi Syarat Campuran Beton Aspal Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi 89
Dewatering dan Defueling Bahan Tambah MPB Pembuatan Benda Uji Beton Aspal Dengan Bahan Tambah MPB 0, 5% MPB dan 99,5% Aspal 1,0% MPB dan 99% Aspal 1,5% MPB dan 98,5% Aspal Uji Marshall 2x75 kali tumbukan Data Hasil Penelitian Analisa Kesimpulan dan Saran Selesai 1. Pengujian analisa saringan (SNI-03-4428- 1997). 2. Pengujian berat jenis dan penyerapan (AASHTO T-85-81). 3. Pengujian pemeriksaan sand equivalent (SNI 03-4428-1997). Pengujian Bahan Pengisi (Filler) Pengujian laboratorium terhadap bahan pengisi meliputi (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004): 1. Pengujian berat jenis (AASHTO T-85-81). 2. Pengujian analisa saringan (SNI M-02-1994- 03). Pengujian Bahan Bitumen Pengujian Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan adalah dari Bukit Tangkiling, Palangka Raya Pengujian laboratorium untuk agregat kasar yang digunakan dalam campuran adalah (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004): 1. Pengujian analisa saringan (SNI 03-4142- 1996). 2. Pengujian berat jenis dan penyerapan (AASHTO T-85-81). 3. Pengujian keausan (SNI 03-2417-1991). Pengujian Agregat Halus Agregat halus yang digunakan adalah pasir dan batu pecah alam yang diperoleh dari mesin pemecah batu. Untuk pasir maka yang digunakan adalah pasir Bukit Rawi, sedangkan batu pecah berasal dari Bukit Tangkiling. Pengujian yang dilakukan adalah (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004): Pengujian laboratorium terhadap bahan bitumen meliputi (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004): 1. Uji penetrasi pada suhu 25º C (SNI 06-2456- 1991). 2. Specific Gravity (SNI 06-2441-1991). 3. Daktilitas (SNI 06-2432-1991). 4. Uji Titik Lembek (SNI 06-2434-1991). 5. Titik Nyala (SNI 06-2433-1991). 6. Kelarutan Bitumen dalam CCL4 (SNI 06-2438-1991). Pengolahan MPB MPB diproses untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalamnya. Poses ini disebut dengan dewatering. Proses selanjutnya adalah defuelling yang bertujuan untuk menghilangkan bahan bakar yang mungkin terkandung didalamnya, (seperti solar, bensin). Dari proses defuelling, MPB dimasukkan dalam distilasi unit dan hidro finishing unit. 90
Kadar Aspal (%) Uji Marshall Untuk menentukan kadar aspal optimum diperkirakan dengan penentuan kadar optimum secara empiris dengan persamaan (Pb) sesuai pada Persamaan 2.1. Nilai Pb hasil perhitungan dibulatkan mendekati 0,5%. Ditentukan 2 (dua) kadar aspal di atas dan 2 (dua) kadar aspal di bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5% ini. Kemudian dilakukan penyiapan benda uji untuk tes Marshall sesuai tahapan berikut ini. Berdasarkan perkiraan kadar aspal optimum Pb dibuat benda uji dengan jenis aspal keras dengan dua variasi kadar aspal di atas Pb dan dua variasi kadar aspal di bawah Pb (-1,0%; -0,5%; Pb; +0,5%; +1,0%). Masing-masing variasi akan dibuat tiga buah benda uji (dimana akan diambil nilai rata-ratanya). Kemudian dilakukan pengujian Marshall standar dengan 2x75 tumbukan dan pengujian durabilitas untuk menentukan VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan, dan hasil bagi Marshall. Setelah itu dilihat apakah hasil pengujian sudah sesuai standar seperti pada Tabel 2.1. Kalau sudah memenuhi standar, maka dapat ditentukan hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall. Berdasarkan hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall dapat ditentukan kadar aspal optimum. Seluruh kriteria hasil Marshall yang didapatkan mengacu pada Standar Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah (2004). Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Pengujian Marshall Kadar Aspal Optimum (KAO) Variasi Jumlah Benda Uji -1 3-0,5 3 Pb 3 +0,5 3 +1 3 Uji Marshall Dengan Variasi MPB Setelah diketahui nilai Kadar Aspal Optimum (KAO), penelitian dilanjutkan dengan pengujian Marshall pada saat Kadar Aspal Optimum. Jumlah benda uji yang digunakan direncanakan sebanyak tiga buah. Setelah memenuhi syarat seperti pada Tabel 2.1, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan MPB sebagai bahan pengurang berat aspal. Variasi penggunaan MPB adalah 1. 0,5% MPB dan 99,5% Aspal 2. 1,0% MPB dan 99% Aspal 3. 1,5% MPB dan 98,5% Aspal Kemudian dilakukan uji marshall dengan kondisi stadar (2x75 tumbukan) untuk menentukan VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan dan hasil bagi Marshall. Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Tabel. 2 berikut ini: Tabel 2 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan Untuk Beberapa Variasi MPB Pengujian Marshall (2 x 75) MPB (%) Variasi Aspal (%) Jumlah Benda Uji 0,5 99,5 3 1,0 99 3 1,5 98,5 3 Tabel 1. Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan 91
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian di Laboratorium Pengujian sifat-sifat campuran aspal beton pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian terhadap sifat-sifat fisik aspal, sifat fisik agregat dan pengujian sifat campuran aspal dan agregat dengan alat Marshall. sampel terdiri dari 2500 gram agregat yang lolos saringan ukuran 3/4 dan tertahan saringan 1/2 dan 2500 gram agregat yang lolos saringan 1/2 dan tertahan saringan 3/4. Jumlah bola yang digunakan sebanyak 11 buah. Pemeriksaan Gradasi Agregat Dari hasil pengujian yang telah dilakukan di Laboratorium Transportasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya gradasi agregat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisa Saringan Masing-masing Agregat Nomor saringan Agregat kasar (CA) Jumlah lolos saringan (%) Agregat sedang (MA) Abu batu # 3/4 100,00 100,00 100,00 Pasir 100,00 # 1/2 42,52 99,24 100,00 # 3/8 5,99 80,64 100,00 No. 4 1,19 35,58 100,00 No. 8 0,88 9,71 79,59 No. 16 0,82 3,63 53,68 No. 30 0,78 2,86 39,51 No. 50 1,09 2,51 27,02 No. 100 0,92 2,15 17,57 No. 200 0,52 1,38 13,32 100,00 100,00 100,00 98,89 80,94 50,50 30,50 18,78 14,93 Pengujian Keausan Agregat Kasar Penentuan agregat terhadap keausan atau kehancuran diperiksa dengan percobaan abrasi Los Angeles (Abration Los Angeles Test), berdasarkan PB-0206-76, AASHTO T.96-77 (1982). Dalam penelitian ini jenis gradasi yang digunakan adalah kelas B dimana banyaknya 92
Tabel 5 Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar (Mesin Los Angeles) Gradasi Pemeriksaan B Lolos Ukuran Saringan I II Tertahan Berat Berat Berat Berat sebelum sebelum sesudah sesudah (b) (a) (a) (b) 76,2 (3") 63,5 (2 1/2") - - - - 63,5 (2 1/2") 50,8 (2") - - - - 50,8 (2") 37,5 (1 1/2") - - - - 37,5 (1 1/2") 25,4 (1") - - - - 25,4 (1") 19,0 (3/4") - - - - 19,0 (3/4") 12,5 (1/2") 12,5 (1/2") 9,5 (3/8") 2,500.00 2,500.00 - - 2,500.00 2,500.00 9,5 (3/8") 6,3 (1/4") - - - - 6,3 (1/4") 4,75 (No. 4) 6,35 (1/4") 4,75 (No. 4) - - - - 2,36 (No. 8) - - - - - - Jumlah Berat Berat tertahan saringan No. 12 sesudah percobaan (b) 5,000.00 5,000.00 3,354.75 3,350.76 I. a. = 5,000.00 Gram II. a. = 5,000.00 gram Gram b. = 3,354.75 b. = 3,350.76 gram a - b = 1,645.25 Gram a - b = 1,649.24 gram Keausan I = Keausan II = a - a b x 100% = a - b x 100% a = 32.91 % 32.98 % Keausan rata-rata = 32.94 % Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan kadar lumpur dikandung oleh agregat yang lolos saringan no. 4, sesuai prosedur AASHTO T.176-73 (1982), dengan menggunakan tabung S.E. Tabel 6 Hasil Pengujian Sand Equivalent (abu batu) 93
Tabel 6 Hasil Pengujian Sand Equivalent (abu batu) Uraian Sampel 1 Sampel 2 Skala penunjuk awal 10,0 10,0 Skala koloid 4,60 4,50 Skala penunjuk akhir 13,60 13,70 Skala pasir 3,60 3,79 Sand equivalent (%) 78,30 82,20 Rata-rata (%) 80,20 Uraian Sampel 1 Sampel 2 Skala penunjuk awal 10,0 10,0 Skala koloid 4,40 4,50 Skala penunjuk akhir 14,00 14,20 Skala pasir 4,00 4,20 Sand equivalent (%) 90,9 93,2 Rata-rata (%) 92,1 Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, secara umum agregat yang akan digunakan,memenuhi persyaratan untuk bahan penyusun campuran aspal panas jenis Laston lapis aus (Asphalt Concrete- Wearing Course). Perencanaan Campuran Perencanaan campuran menggunakan metode Asphalt Institue, dan perhitungan penggabungan agregat menggunakan cara diagonal yang dikombinasikan dengan cara coba-coba (Trial and Eror). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap hasil proporsi campuran tersebut yang dimuat pada lampiran. Dari perhitungan kombinasi yang telah dilakukan, diperoleh proporsi campuran yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan perkiraan kadar aspal rencana. Kadar aspal awal diperoleh dengan rumus kadar aspal (Pb) yaitu: Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K Dimana: Pb CA FA FF = kadar aspal = fraksi agregat kasar = fraksi agregat halus = fraksi filler K = Nilai konstanta 0,5 1 Diketahui: Proporsi: Hasil dari Trial and eror. %CA = 49,89 %FA = 41,96 %FF = 8,16 Jadi: Pb = {0,035 x (49,89)} + {0,045 x (41,96)} + {0,18 x (8,16)} + 1 = 6 % Diperoleh nilai tengah variasi kadar aspal rancangan yang diurutkan dua variasi kadar aspal ke bawah dan dua variasi kadar aspal ke atas dengan interval 0,5%. Yaitu: 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%. Persentase terhadap berat total agregat yang digunakan yaitu 1.145 gram. Hasil proporsi agregat campuran Laston lapis aus (asphalt concrete-wearing course) seperti pada Tabel 8 Tabel 8 Proporsi Agregat Dalam Campuran Persentase terhadap total Jenis Material agregat Proporsi (%) Agregat kasar (CA) 14 Agregat sedang (MA) 30 Abu batu 43 Pasir 13 Kadar aspal (%) 5; 5,5 ; 6 ; 6,5 ; 7 94
Hasil Pengujian Marshall Setelah perhitungan komposisi campuran (mix design) maka selanjutnya adalah pembuatan briket atau benda uji. Dalam penelitian ini setiap proporsi campuran dibuat masing-masing 3 briket. Pembuatan benda uji mengikuti prosedur pada manual pemeriksaan bahan jalan PC 021-76. Jumlah tumbukan yang digunakan adalah 2x75 kali tumbukan dengan asumsi jalan digunakan untuk lalu lintas sedang, beban berat (luar kota). Benda uji yang telah dipadatkan, kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam, kemudian ditimbang dalam suhu ruang beratnya ditetapkan. Selanjutnya benda uji tersebut direndam selama 24 jam, kemudian ditimbang dalam air dan berat ditetapkan. Setelah benda uji diangkat dan ditetapkan beratnya. Sebelum pengujian dengan alat Marshall dilakukan, benda uji direndam terlebih dahulu dengan bak berisi air panas (water bath), dengan temperatur 60 C selama 30-40 menit. Pada uji Marsall diperoleh besar-besaran seperti stabilitas dan flow. Hasil pengujian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 9. N0 Description Satuan 1 Theoritical Max.Density Actual test Specification Requirement gr/cm 3 2.359 - - 2 Bulk Density gr/cm 3 2.265 - - Keterangan 3 Stability Kg 1090.0 Min. 800 Terpenuhi 4 Flow mm 3.20 Min. 3,0 Terpenuhi 5 6 8 Qm, (Stifness Stab / Flow) Void in Total Mix Marshall Void Filled with Bitumen kg/mm 340 Min. 250 Terpenuhi % 4.00.3-5 Terpenuhi % 76.00 Min. 65 Terpenuhi 9 V.M.A % 17.10 Min. 15 Terpenuhi 10 11 13 Optimum Asphalt Content (OAC) Effective Asphalt Content Absorbed Bitumen (Pba) % 6.10 - - % 5.88 Min. 5,1 Terpenuhi % 0.13 Maks. 1,20 Terpenuhi Sifat-sifat Marshall Menggunakan Campuran Oli Bekas Setelah didapat kadar aspal optimum maka dibuat 9 briket untuk pencampuran 3 (tiga) variasi 0,5%, 1,0%, 1,5% dari kadar aspal optimum (6,10%). Setiap variasi berjumlah 3 (tiga) sampel. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Hasil Pengujian Marshall Pada Kadar Aspal Optimum N0 DESCRIPTION SATUAN ACTUAL TEST ACTUAL TEST ACTUAL TEST ACTUAL TEST SPECIFICATION 0% OLI 0,5 % OLI 1% OLI 1,5% OLI REQUIREMENT 1 Theoritical Max.Density gr/cm 3 2.378 2.362 2.358 2.354-2 Bulk Density gr/cm 3 2.263 2.267 2.272 2.274-3 Stability Kg 1091.6 960.0 911.31 897.08 Min. 800 4 Flow mm 3.10 3.17 3.27 3.37 Min. 3,0 5 Qm, (Stifness Stab / Flow) kg/mm 352 303 279 266 Min. 250 6 Void in Total Mix Marshall % 4.84 4.00 3.63 3.39.3-5 8 Void Filled with Bitumen % 71.77 76.46 78.42 79.76 Min. 65 9 V.M.A % 17.16 16.99 16.81 16.74 Min. 15 10 Optimum Asphalt Content (OAC) % 6.10 6.10 6.10 6.10-11 Effective Asphalt Content % 5.62 5.91 5.98 6.05 Min. 5,1 a. Stabilitas 13 Absorbed Bitumen (Pba) % 0.51 0.20 0.13 0.05 Maks. 1,20 Tabel 9 Hasil Pengujian Marshall 95
Gambar 5.1 Grafik Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Dari Gambar 5.1 nilai stabilitas menurun seiring dengan adanya penambahan oli, dan mencapai titik terendah sebesar 897 kg, nilai stabilitas masih di atas spesifikasi nilai stabilitas yaitu >800 kg. b. Kelelehan Plastis (Flow) perkerasan. Kepadatan yang baik akan memberikan stabilitas yang baik pula pada suatu campuran perkerasan. Hal ini diperlukan untuk menjaga keutuhan dan ketahanan dari campuran perkerasan. Dari hasil pengujian Marshall yang terlihat pada Gambar 5.3 nilai kepadatan terus meningkat sampai penambahan oli. d. Rongga Dalam Campuran (VIM) Gambar 5.4 Grafik VIM Gambar 5.2 Grafik Flow Kelelehan plastis adalah suatu perubahan keadaan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat penambahan beban sampai terjadi keruntuhan. Dari Gambar 5.2 terlihat nilai kelelehan (Flow) meningkat seiring dengan penambahan oli, namun masih berada dalam batas spesifikasi. c. Kepadatan Pada Gambar 5.4 dapat dinilai rongga udara (VIM) pada 0% oli nilainya di antara batas spesifikasi dan seiring dengan penambahan dengan 1,5% oli nilai VIM mulai turun namun masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu antara 3%-5%. e. Rongga Terisi Aspal (VFB) Gambar 5.3 Grafik Kepadatan (Densitas) Kepadatan (densitas) merupakan bagian yang paling penting dalam suatu campuran Gambar 5.5 Grafik VFB Pada Gambar 5.5 dapat dilihat nilai VFB semakin meningkat dengan adanya penambahan persentase oli. Pada campuran ini nilai-nilai VFB memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu sebesar minimum 65%. 96
f. Hasil Bagi Marshall Gambar 5.6 Grafik Hasil Bagi Marshall Hasil bagi Marshall adalah hasil bagi dari nilai stabilitas dengan Flow. Peningkatan nilai hasil bagi Marshall disebabkan adanya peningkatan nilai stabilitas dan disertai penurunan nilai Flow, hal ini disebabkan akibat perubahan kerapatan campuran. Semakin besar nilai hasil bagi Marshall berarti campuran perkerasan semakin kaku, karena nilai stabilitas semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil nilai hasil bagi Marshall berarti campuran semakin lentur karena nilai stabilitas menurun. Seperti dilihat pada Gambar 5.6 pada campuran ini nilai-nilai Hasil Bagi Marshall masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan yaitu di atas 250 kg/mm sebagai nilai minimum. memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (SNI) 4. Proporsi campuran adalah agregat kasar 14%, agregat sedang 30%, abu batu 43%, pasir 13%. 5. Pengurangan berat aspal yang digantikan oleh oli bekas adalah sebesar 0,5%, 1% dan 1,5%. 6. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilainilai Karakteristik Marshall untuk AC-WC yang menggunakan bahan ganti oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebesar 0,5%, 1% dan 1,5% masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Dengan demikian penggunaan oli bekas (Minyak Pelumas Bekas) sebagai bahan ganti aspal sampai sebesar 1,5% untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) untuk Kota Palangka Raya adalah layak. Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1. Penggunaan MPB untuk lapis perkerasan jalan (AC-WC) selain berguna dalam penghematan biaya konstruksi juga berguna dalam pelestarian lingkungan. 2. Penelitian lanjutan untuk penggunaan MPB dalam konstruksi jalan perlu dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan uji aspal yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa aspal yang digunakan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan (berdasarkan SNI) 2. Agregat yang digunakan adalah agregat kasar (CA), agregat sedang (MA) dan agregat halus (pasir dan abu batu). 3. Berdasarkan uji agregat maka dapat dikatakan bahwa seluruh agregat yang digunakan sudah DAFTAR PUSTAKA AASHTO, 1990, Standar Spesifications For Transportation Materials And Metods of Sampling and Testing. Part I, Spesifications, Fifteenth Edition. Washington,D.C. 97
Ambarwati, Eka., 2010, Kajian Kuat Tekan Terhadap Karakteristik Aspal Beton Pada Campuran Hangat Dengan Modifikasi Agregat Baru- Rap Dan Aspal Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis aspal beton (Laston) Untuk Jalan Raya. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (PUSLATJAKONS) Proyek Pengembangan dan Pembinaan Konstruksi, 2004, Material Campuran Aspal Panas, LTA-05-2004. Hadsari, Vienti., 2009, Kajian Karakter Marshall pada Asphalt Concrete dalam Campuran Material RAP dengan Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Harold N. Atkins, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition Prentice Hall, New Jersey. Campuran Perkerasan Lasbutag Dengan Sistem Hotmix. Putrowijoyo, Rian., 2006, Kajian Laboratorium Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) DengaN Membandingkan Penggunaan Antara Semen Portland Dan Abu Batu Sebagai Filler, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Sholihah, Afni Badriyatus, 2005, Pengaruh Nilai Penetrasi Kombinasi Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Residu Oli Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Hot Rolled Shet-Wearing Course (Hrs- Wc), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sukirman, Silvia., 2003, Buku Beton Aspal Campuran Panas, Edisi 1, Granit, Jakarta. Sentosa, Leo,?, Slide Jalan Raya II,? www.laskarsuzuki.bogdetik.com/ dampak-danbahaya-pengelolaan-tidak.html, 2011, diakses 2 April 2013. Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Spesifikasi Umum, Edisi 2010 (Revisi 1). Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, 1997, Panduan Praktikum Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Perkerasan Jalan Raya, Semarang: Fakultas Tenik Universitas Diponegoro Prasetyo, Kukuh Budi., 2007, Pengaruh Penggunaan Modifier Oli Bekas Pada 98