BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MINERAL MIKRO (ZAT BESI DAN ZINC) DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SD NEGERI PABELAN 01 KOTA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Pada rentangan usia, status gizi ditentukan sejak usia bayi, balita dan saat ini, dan akan menentukan status gizi pada usia selanjutnya. Menginjak usia 6 tahun anak sudah mulai menentukan pilihan makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung pada orang tua. Periode ini merupakan periode yang cukup kritis dalam pemilihan makanan, karena anak baru belajar memilih makanan dan belum mengerti makanan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya sehingga anak memerlukan bimbingan orang tua dan guru (Devi, 2012). Pertumbuhan anak hingga dewasa memiliki fase yang berbeda. Fase growth spurt (tumbuh cepat) yang pertama sejak anak dalam kandungan sampai 2 dua tahun. Pada fase awal ini, anak yang baru lahir dan saat anak itu menginjak usia tahun kedua, biasanya terlihat berbeda. Fase pertumbuhan berikutnya adalah fase pertumbuhan biasa pada rentang usia 2-5 tahun. Di atas 5 tahun, fase pertumbuhan anak terbagi lagi menjadi tiga, yaitu usia 5-8 tahun adalah masa anak-anak, prapuber terjadi pada usia 9-12 tahun, dan masa puber atau remaja pada usia 13-18 tahun. Di masa remaja inilah menjadi tahap tumbuh cepat yang kedua (Devi, 2012). Bila anak pernah mengalami kekurangan gizi akan tampak saat ke sekolah menunjukkan gangguan fungsi motorik kasar, motorik halus, 1

kecerdasan, perilaku dan interaksi sosial. Konsentrasi anak menjadi berkurang, kurang gembira dan terjadi perubahan hormonal yang nantinya juga akan mempengaruhi kecerdasannya. Gizi yang baik atau gizi buruk yang dialami seorang anak sekolah merupakan pilihan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan anak sekolah. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya yang sangat essensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi (Devi, 2012). Kekurangan zat gizi besi dan zinc termasuk masalah gizi di Indonesia. Jika kekurangan zat besi dialami oleh anak sekolah maka akan menyebabkan kurang darah (anemia). Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia dan 36% diantaranya adalah anak sekolah (Arisman, 2009). Zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah, Sel darah merah berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika terjadi kekurangan akan berakibat anak menjadi lesu, cepat lelah, tidak bersemangat (Devi, 2012). Defisiensi besi dan zinc sering terjadi pada populasi gizi kurang (Donald, 2000). Terutama pada negara-negara berkembang dengan tingkat ekonomi masih lemah. Defisiensi besi berpengaruh pada pertumbuhan anak. Salah satu akibatnya adalah lemahnya peningkatan berat badan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizinya (Lonnerdal, 1998). Kekurangan zinc masih merupakan masalah yang dijumpai pada anak. Bila terjadi defisiensi zinc, maka akan membawa perubahan pada beberapa sistem 2

organ seperti sistem saraf pusat, saluran pernafasan, sistem reproduksi, dan fungsi pertahanan (Devi, 2012). Internationa Conference of Zinc and Human Health (2000) memperkirakan sekitar 48% populasi dunia mempunyai resiko terjadi defisiensi zinc. Defisiensi zinc dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga resiko terjadinya infeksi dapat meningkat. Ada beberapa bukti yang nyata bahwa defisiensi zinc juga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik dan perilaku anak (Gibney, et al.,2008). Zat besi dan zinc juga berperan dalam membantu proses pertumbuhan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak (Almatsier, 2004). Aktivitas fisik dan permainan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Nutrisi yang tepat untuk menunjang aktivitas fisik anak terdiri dari mikronutrien dan makronutrien. Kebutuhan mikronutrien terdiri dari mineral dan vitamin. Mineral yang diperlukan oleh tubuh adalah kalsium, natrium, klorida, kalium, zinc dan zat besi, sedangkan makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak (Poerwanto, 2005). Aktivitas fisik penting bagi kesehatan anak-anak dan remaja untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan berat badan. Adanya peningkatan prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas pada masa kanak-kanak, maka ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi kejadian kelebihan berat badan dan obesitas (Salmon,dkk, 2007). Golongan anak cenderung mempunyai banyak aktivitas diluar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7-9 tahun (Notoadmodjo, 3

2003). Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi (Arisman, 2004). Energi yang digunakan aktivitas fisik bervariasi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi, dan berat badan seseorang (U.S. Departement of Health and Human services 2005). Hasil penelitian Reski (2013) disimpulkan bahwa asupan mineral seperti zat besi dan zinc semua responden termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Terdapat hubungan antara asupan zinc dengan status gizi, sedangkan untuk zat besi tidak terdapat hubungan dengan status gizi. Hasil penelitian Sevanya (2012) disimpulkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan status gizi pada kelompok anak SMP. Waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan berbanding lurus dengan status gizi, sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat berbanding terbalik dengan status gizi. Data Riskesdas (2010) menunjukkan status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi sangat kurus sebesar 4,6 %, kurus sebesar 7,6%, gemuk sebesar 9,2% dan normal sebesar 78,6%.Prevalensi siswa yang memiliki status gizi tidak normal di SD N Pabelan 01 Kartasura cukup tinggi yaitu 36%. Siswa yang memiliki status gizi dalam kategori gemuk 8%, dalam kategori obesitas 8%, dalam kategori kurus 12% dan dalam kategori sangat kurus 8%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti di sekolahan tersebut. 4

B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura? 2. Apakah ada hubungan antara asupan zinc dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura? 3. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura? C. Tujuan 1. Umum Menganalisis hubungan antara asupan gizi mineral mikro (zat besi dan zinc) serta aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura. 2. Khusus a. Menghitung asupan zat besi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura dan asupan zinc pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura. b. Mendeskripsikan aktivitas fisik pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura dan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura. c. Menganalisis hubungan antara asupan gizi mineral mikro (zat besi dan zinc) dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD N Pabelan 01 Kartasura. 5

D. Manfaat Peneltian 1. Bagi Dinkes Intansi yang terkait seperti Dinkes sehingga Kartasura dapat menggunakan data hubungan asupan gizi mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD sebagai masukan dalam menyusun program yang berkaitan dengan gizi anak sekolah. 2. Bagi Instansi Sekolah Manfaat bagi pihak sekolah dapat mengetahui informasi tentang asupan gizi mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktifitas fisik dengan status gizi pada siswa-siswanya sehingga dapat mendukung tercapainya proses belajar mengajar yang optimal. 6