Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang sering disebut budaya. Budaya merupakan akar dari keberadaban manusia. Budaya merupakan identitas dari seorang individu. Apabila seorang manusia memahami arti budaya maka tindakan yang dilakukannya akan sesuai dengan pola budaya yang sudah dibuat oleh para leluhur atau nenek moyangnya. Hubungan yang dibentuk antara manusia dan alam lingkungan di sekitarnya ini yang menjadi dasar dari suatu budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman (2002: 43). Dikatakan juga bahwa semua budaya yang telah dibentuk dan diciptakan oleh para leluhur sebelumnya untuk menjaga keselarasan antara manusia dan alam mulai pudar, karena adanya perubahan pandangan hidup dan kebiasaan masyarakat yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman. Pola budaya sudah ada dan berakar sejak dulu saat manusia mulai berpikir bahwa segala yang ada di sekitarnya dan menjalin hubungan yang baik dengan alam. Apabila hubungan tersebut tidak dijaga, maka manusia bisa mengalami bencana sebagai konsekuensinya. Setiap manusia memiliki dan mewarisi kebudayaan tertentu. Manusia merupakan gambaran budayanya karena lahir dari kebudayaan dan keseluruhan aspek hidupnya dipengaruhi oleh kebudayaan. Liliweri (2011: 56), menyatakan bahwa budaya adalah salah satu sisi penting keberadaan manusia dan merupakan kata kunci dalam memahami manusia dari aspek fenomenalogis. Dikatakan juga bahwa setiap manusia memiliki dan mewarisi kebudayaan tertentu. Kebudayaan juga dibangun dan dipengaruhi oleh berbagai nilai yang ada termasuk di
dalamnya adalah konsepsi atau pandangan hidup, kosmologi, dan ontologi yang merupakan implikasi unsur religi dari kebudayaan. Pandangan hidup mengarahkan manusia untuk meyakini keberadaan wujud tertinggi, hal-hal yang bersifat supranatural, norma yang mengatur masalah kemanusiaan, objek-objek bukan manusia, dan lingkungan alam. Hubungan antara manusia dan alam lingkungannya inilah yang membentuk sebuah kebudayaan. Manusia berpikir bahwa jika hubungan yang mereka bangun dengan alam tidak baik atau saat manusia tidak menjaga hubungan yang baik dengan alam, maka akan berakibat pada kehidupan manusia itu sendiri. Mereka percaya bahwa pola hubungan yang tidak harmonis dengan alam ini dapat mengakibatkan sebuah bencana yang merugikan mereka sendiri. Negara Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, adat, dan budaya yang beranekaragam. Hal inilah yang membuat Negara Indonesia menjadi unik dan berbeda dengan Negara lain di dunia. Salah satu Provinsi yang mempunyai budaya yang beranekaragam tersebut salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi ini mempunyai 21 kabupaten yang memiliki budayanya masing-masing. Meskipun berbeda-beda budaya dari setiap Kabupaten ini, namun tetap bisa bersatu dan hidup berdampingan secara harmonis. Suku Manggarai salah satunya, pola hubungan interaksi antara individu dengan sesamanya ini yang membentuk sebuah kebudayaan. Manggarai sendiri memiliki asal-usul kebudayaan berupa kerajaan-kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut terbagi atas empat bagian yakni, kerajaan Todo, kerajaan Bajo, kerajaan Cibal, dan kerajaan Reok. Keempat kerajaan tersebut sering berperang untuk memperebutkan daerah kekuasaan, kemudian perang tersebut akhirnya berakhir dan di menangkan oleh kerajaan Todo. Setelah berakhirnya peperangan tersebut, maka munculah nama Manggarai yang terdiri dari dua kata yakni, Manggar (angkat jangkar) dan lari.
Salah satu budaya masyarakat Suku Manggarai yang mempunyai nilai budaya luhur adalah Ritual Wuad Wa i. Budaya ini menyiratkan penyerahan diri yang total orang Manggarai kepada penyelenggaraan Ilahi dan leluhur untuk anak yang hendak melanjutkan studi di tanah orang atau di luar daerah. Oleh karena itu budaya ini sudah sepantasnya dipertahankan keberadaannya. Proses ritual Wuad Wa i diawali dengan menyiapkan sirih dan pinang yang merupakan simbol persembahan kepada leluhur. Selanjutnya dilakukan lantunan-lantunan adat dari tua adat menggunakan ayam putih (lalong bakok). Ayam putih akan disembelih sebagai simbol ketulusan dari keluarga kepada leluhur untuk meminta penyertaan terhadap anak mereka yang hendak melanjutkan studinya. Budaya ini secara perlahan mulai kurang dimaknai secara baik oleh generasi muda dikarenakan perkembangan jaman dan teknologi yang semakin maju membuat kaum muda lebih tertarik dengan hal-hal yang bersifat modern daripada kebudayaan yang tradisional. Hasil wawancara penulis dengan Bapak Simon Sat dan John Natol, Tua Adat Manggarai yang ada di Kupang, Sabtu 2 April 2016 di kediaman mereka masing-masing mengatakan bahwa dalam melakukan ritual ini kaum muda wajib ikut serta sebab mereka merupakan generasi penerus kebudayaan ini, namun kedua tua ada itu juga mengatakan bahwa banyak dari kaum muda yang ikut serta ritual ini namun tidak mengetahui makna dari simbol-simbol yang digunakan dalam ritual tersebut. Generasi muda suku Manggarai yang menuntut ilmu di Kota Kupang cukup banyak dan mereka diwadahi dalam sebuah organisasi yang ada di Kota ini. Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai salah satunya yang mewadahi kaum muda Manggarai khususnya mahasiswa yang ada di Kupang. Anggota dari organisasi ini sering menghadiri ritual Wuad Wa i dan mereka
mengetahui simbol-simbol dalam ritual ini, tetapi mereka mengikuti ritual ini hanya karena tradisi yang ada di Manggarai. Ritual Wuad Wa i wajib dilakukan untuk menjaga hubungan antara orang yang masih hidup dengan para leluhur yang dipercaya oleh masyarakat Manggarai mengandung suatu kekuatan supranatural yang dapat membawa keberhasilan bagi studi anak mereka. Sehingga harus dimaknai oleh kaum muda Manggarai, sebab ritual ini merupakan simbol permohonan akan penyertaan leluhur dan Tuhan untuk anak yang hendak menuntut ilmu atau merantau. Lalong Bakok (ayam putih) merupakan salah satu simbol yang digunakan dalam ritual ini sebab ayam putih menyiratkan arti kesucian dan ketulusan niat keluarga dan orang-orang yang mendukung ritual ini. Selain itu juga sebagai lambang kejujuran, ungkapan ketidaktahuan yang tulus sekaligus kerendahan hati untuk mempelajari hal-hal baru. Bertolak dari latar belakang ini, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: Analisis Makna Simbolis Dalam Ritual Wuad Wa i (Studi Komunikasi Budaya Pada Ikatan Pemuda Manggarai Kota Kupang Di Kota Kupang). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan pertanyaan penelitian ini adalah Apa Saja Makna Simbolis Yang Terkandung Dalam Simbol-Simbol Pada Ritual Wuad Wa i Menurut Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai di Kota Kupang? 1.3 Batasan Penelitian Penelitan ini hanya dibatasi pada makna simbolis dalam simbol-simbol yang ada pada ritual Wuad Wa i oleh Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai Kota Kupang. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui makna simbolis yang terkandung dalam ritual Wuad Wa i oleh Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai Kota Kupang. 1.4.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan tentang pemahaman dalam memaknai simbol-simbol pada ritual Wuad Wa i oleh Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai Kota Kupang. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan mempunyai dua manfaat, yakni manfaat teoritis dan manfaat praktis. Berikut ini adalah pemaparan kedua manfaat tersebut. 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi akademik bagi pengembangan Ilmu Sosial pada umumnya dan Ilmu Komunikasi pada khususnya dalam melaksanakan studi tentang komunikasi budaya. 1.5.2 Kegunaan Praktis Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya: 1. Bagi Almamater, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk melengkapi kepustakaan, serta sebagai bahan referensi berkaitan dengan budaya Manggarai. 2. Bagi penulis, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dan sebagai sumber pengetahuan tentang ritual suku Manggarai
3. Bagi peneliti lain yang membutuhkannya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tambahan bagi mereka yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang obyek yang sama. 4. Bagi kaum muda Manggarai, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi tertulis tentang ritual Wuad Wa i. 1.6 Kerangka Pemikiran, Asumsi dan Hipotesis 1.6.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah penalaran yang dikembangkan dalam memecahkan masalah penelitian ini. Pada dasarnya kerangka penelitian ini menggambarkan jalan pikiran dan landasan rasional dan pelaksanan penelitian tentang makna simbol ritual wuad wa i oleh Ikatan Mahasiswa Pemuda Manggarai Kota Kupang. Ritual Wuad Wa i terdiri atas beberapa proses penting yang wajib dijalankan sebagai satu kesatuan rangkaian kegiatan tanpa bisa dipisahkan.. Diawali dengan pelantun adat mempersiapkan ayam putih yang akan dipersembahkan, kemudian daun sirih dan pinang beberapa lembar sesuai dengan jumlah leluhur dari keluarga yang melakukan ritual ini, tahap selanjutnya menyiapkan pakaian adat yang terdiri dari kain adat songke dan destar, dan terakhir penyerahan tuak kepada pelantun adat tersebut. Berikut ini adalah bagan mengenai kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian mengenai analisis makna simbolis yang terkandung dalam simbol-simbol pada ritual Wuad Wa i. Bagan 1.1
Kerangka Pemikiran Penelitian Budaya Masyarakat Manggarai Ritual Adat Wuad Wa i Makna Religius Simbol-Simbol dalam Ritual Wuad Wa i Ayam Putih Songke dan Destar Tuak Daun Sirih dan Pinang Makna Sosial 1.6.2 Asumsi Asumsi penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi penelitian penulis yakni, berkaitan dengan simbol-simbol yang ada dalam ritual Wuad Wa i masyarakat Manggarai yang ada di Kupang khususnya mahasiswa Manggarai, mengandung dua makna yakni, makna religius dan makna sosial. 1.6.3 Hipotesis Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti membangun sebuah hipotesis yang menjadi acuan untuk mengarahkan peneliti dalam penelitian. Oleh karena itu, hipotesis yang digunakan
adalah simbol-simbol dalam ritual adat Wuad Wa i suku Manggarai, memiliki makna religius dan sosial.