BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

TINDAKAN PENYIDIK DALAM MENGAMANKAN (TKP) DAN KEBERHASILAN PENYIDIKAN (STUDY KASUS DI POLSEK COLOMADU)

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB II PERANAN POLISI SEBAGAI PENYIDIK DALAM MELAKUKAN PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat); tidak. berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat).

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

III. METODE PENELITIAN HUKUM. menganalisisnya. Untuk itu, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum merupakan suatu norma/kaidah yang memuat aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang menjamin hak dan kewajiban perorangan maupun masyarakat. Dengan adanya hukum dimaksudkan untuk menciptakan keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memelihara keselarasan hidup di dalam masyarakat memerlukan berbagai macam aturan sebagai pedoman hubungan kepentingan perorangan maupun kepentingan dalam masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit hubungan kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang berhubungan atau dalam lingkup hukum pidana. Oleh karena itu diperlukan suatu hukum acara pidana yang menjadi saluran untuk menyelesaikan kepentingan apabila terjadi perbuatan melawan hukum yang diatur dalam hukum pidana. 1 Negara Indonesia, dalam menjalankan kehidupan bernegara, memerlukan adanya hukum untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga diharapkan segala bentuk kejahatan dapat diselesaikan dengan seadil-adilnya. Dengan adanya hukum dapat menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun penegak hukum itu sendiri. Untuk itu 1 Teguh Prasetyo, 2015, Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 1. 1

2 diperlukan adanya kaidah-kaidah hukum yang dapat dipergunakan oleh negara Indonesia dalam mengatur tatanan kehidupan dalam masyarakat. 2 Kaidah-kaidah hukum yang berlaku di Negara Indonesia salah satunya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Ruang lingkup berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981), terdapat dalam Pasal 2 KUHAP, yang berbunyi: Undang-undang ini berlaku untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam lingkungan peradilan umum pada semua tingkat peradilan. Hukum Acara Pidana merupakan hukum yang memuat peraturanperaturan untuk melaksanakan hukum pidana, karena hukum acara pidana mempunyai fungsi sebagai alat untuk menyelesaikan segala kepentingan yang berhubungan dengan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam hukum pidana. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses penyelesaian perkara pidana adalah penyidikan. 3 Tindakan penyidikan dimaksudkan untuk mencari serta mengumpulkan bukti supaya tindak pidana yang ditemukan dapat menjadi terang dan jelas, serta agar dapat menemukan dan menentukan siapa pelakunya. Bagian-bagian hukum acara pidana yang menyangkut penyidikan adalah: 2 Bambang Poernomo, 1988, Pola Dasar Teori dan Azas Umum Hukum Acara Pidana, Yogyakarta: Liberty, hal. 24. 3 M. Husein Harun, 1991, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 126.

3 1. Ketentuan tentang alat-alat penyidik, 2. Ketentuan tentang diketahuinya terjadinya delik, 3. Pemeriksaan di tempat kejadian, 4. Pemanggilan tersangka atau terdakwa, 5. Penahanan sementara, 6. Penggeledahan, 7. Pemeriksaan atau interogasi, 8. Berita Acara (penggeledahan, interogasi, dan pemeriksaan di tempat), 9. Penyitaan, 10. Penyampingan perkara, Pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembaliannya kepada penyidik untuk disempurnakan 4 Hubungan anatara aparat penegak hukum khususnya kepolisian dengan terjadinya tindak pidana adalah erat antara satu dengan yang lain. Kepolisian merupakan instansi terdepan yang berhadapan langsung dengan para pelanggar hukum. Banyaknya kasus kejahatan yang terjadi merupakan salah satu tugas dari pihak kepolisian yaitu penyidik untuk melakukan penyidikan dimana didalam mengungkap suatu kasus tindak pidana diperlukan kerjasama dan koordinasi dari berbagai pihak untuk keberhasilan yang diinginkan. Hal yang pertama dilakukan ketika mengetahui adanya tindak pidana yang terjadi adalah dengan melakukan penyelidikan kepolisian yang bertujuan untuk menentukan apakah kasus yang ada merupakan/memenuhi unsur-unsur tindak pidana atau bukan. Selanjutnya 4 Andi Hamzah, 2002, Pengusutan Perkara Kriminil Melalui Sarana dan Teknik dan Sarana Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 47.

4 adalah melakukan penyidikan dengan melakukan olah/penanganan tempat Kejadian Perkara (TKP), yaitu tempat dimana terjadinya suatu tindak pidana yang kemungkinan besar banyak fakta dan data yang dapat membantu penyidik untuk menemukan pelaku tindak pidana tersebut, dengan melihat apakah ada jejak dari pelaku, atau adakah keadaan yang mencurigakan dari lingkungan sekitar, seperti gerak-gerik orang yang tinggal di dekat kejadian tersebut 5. Penanganan tempat kejadian perkara adalah tindakan penyidik yang dilakukan di TKP yang menyelenggarakan kegiatan dan tindakan yang dilakukan di tempat kejadian perkara yang terdiri dari tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP) dan pengolahan tempat kejadian perkara. Tindakan pertama di tempat kejadian perkara adalah tindakan yang harus dilakukan segera setelah terjadinya suatu tindak pidana untuk melakukan pertolongan/perlindungan kepada korban/anggota masyarakat serta penutupan dan pengamanan tempat kejadian perkara guna persiapan penyidikan selanjutnya. Pengolahan tempat kejadian perkara adalah tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah tindakan pertama di tempat kejadian perkara dilakukan dengan maksud untuk mencari, mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta identitas tersangka guna memberi arah terhadap penyidikan selanjutnya. 6 5 Karjadi, 1981, Tindakan dan Penyidikan Pertama di Tempat Kejadian Perkara, Bogor: Politeia Press, hal. 36. 6 http://tasyamakalewtm.blogspot.co.id/2016/02/tempat-kejadian-perkara-tkp-dancara.html.diakses, pada tanggal 26,09,2016. pada pukul. 23.43.

5 Pemeriksaan ditempat kejadian perkara (TKP) merupakan kunci keberhasilan upaya pengungkapan kasus tindak pidana, penanganan yang baik, cepat, tepat, dan dilaksanakan secara profesional merupakan pertanda akan tercapainya keberhasilan penyidik untuk membuat jelas dan terang perkara yang dihadapi. Sebaliknya bilamana penanganan di TKP tidak dilakukan secara profesional, maka jangan berharap pengungkapan kasus dapat berjalan dengan mulus, bahkan tidak jarang menemukan jalan buntu 7. Mengingat pentingya peran penyidik dalam melakukan dan melaksanakan olah tempat kejadian perkara untuk mengungkap suatu tindak pidana, maka dalam pelaksanaannya dilakukan langkah-langkah pencarian dan pengumpulan barang bukti dan alat bukti yang dapat menjadi titik terang atau petunjuk bagi penyidik untuk menemukan siapa pelaku yang akan bertanggung jawab atas tindak pidana tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengtahui kinerja penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara dan kendala-kendala yang dihadapi oleh penyidik dalam melakukan olah tempat kejadian perkara. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai olah tempat kejadian perkara guna menyusun sebuah skripsi dengan judul TINDAKAN PENYIDIK DALAM PENGAMANAN (TKP) DAN KEBERHASILAN PENYIDIKAN (Study Kasus di Polsek Colomadu). 7 Mun im Idries, 2011, ilmu Pengetahuan Kedokteran Forensik, Jakarta: Binarupa Aksara, hal. 312.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara? 2. Apa urgensi pengamanan tempat kejadian perkara terhadap keberhasilan penyidikan? 3. Faktor apa saja yang menjadi kendala penyidik dalam melaksanakan olah tempat kejadian perkara? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah suatu hal yang harus dicapai dalam melakukan suatu aktivitas tertentu. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara. b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala bagi penyidik dalam melaksanakan olah tempat kejadian perkara. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 a. Manfaat Teoritis 1) Mengembangkan pengetahuan di bidang hukum acara pidana 2) Memberikan sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu hukum pidana dan hukum acara pidana b. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pemikiran dan wacana yang luas bagi aparat kepolisian atau penyidik terkait pelaksanaan olah tempat kejadian perkara. D. Kerangka Pemikiran Kegiatan penyidikan merupakan kegiatan dalam rangka membuat suatu perkara menjadi terang/jelas dan dalam usaha untuk menemukan pelaku tindak kejahatan. Kegiatan penyidikan yang pertama kali dilakukan oleh penyidik dalam mengungkap suatu kejahatan adalah menemukan barang bukti maupun bekas-bekas kejahatan yang tertinggal pada tempat kejadian pekara (TKP) atau bagian-bagian terjadinya kejahatan. Karena kewajiban tersebut maka penyidik berwenang untuk masuk kedalam TKP dan mencari barang bukti yang hilang atau mungkin sengaja dihilangkan oleh pelaku kejahatan 8 Secara umum, Tempat Kejadian Perkara adalah tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan atau terjadi atau akibat yang terjadi ditimbulkannya dan tempat-tempat lain dimana barang-barang bukti atau korban yang berhubungan dengen tindak pidana tersebut dapat diketemukan. 8 R. Soesilo, 1980, Taktik dan Teknik Penyidikan Perkara Kriminil, Bogor: Politiea Press, hal. 112.

8 Seperti banyak kita baca dan lihat dimedia cetak maupun dimedia elektronika banyak sekali kasus-kasus kejahatan yang tidak ataupun belum terungkap karena tidak ada atau kurangnya bukti-bukti yang didapatkan. Sebagai salah satu contoh banyak di dalam kasus pembunuhan si pelaku menghabisi nyawa korbannya bukan di tempat korban ditemukan melainkan di tempat lain. Di sini pelaku bermaksud untuk menghilangkan jejak dengan harapan ia dapat lolos dan perbuatan yang dilakukannya. Hal ini menghambat penyelidikan karena bukti-bukti yang terdapat di tetnpat korban ditemukan kurang atau tidak dapat mendukung pihak penyelidik untuk mengungkap kasus tersebut dikarenakan tempat terjadinya perkara bukan di tempat korban ditemukan. Melihat persoalan di atas, maka di sini dapat kita pahami bahwa untuk mengungkap suatu kasus kejahatan adalah tidak mudah dan diperlukan banyak hal, salah satunya adalah harus benar-benar diketahui dimana tempat terjadinya perkara tersebut, karena dengan diketahuinya tempat kejadian perkara secara tepat, maka memudahkan didapatnya bukti-bukti yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan. Di negara kita tugas penyelidikan dilakukan oleh aparat penegak hukum yaitu aparat kepolisian. Berarti dapat dikatakan bahwa penyidikan itu tidak terlepas dari kewajiban yang bersifat represif dalam kaitannya dengan tugas umum kepolisian. Tempat kejadian perkara merupakan sumber pertama untuk memperoleh bukti bukti guna penyelidikan lebih lanjut.

9 E. Metode Penelitian Guna memperoleh data-data yang sesungguhnya, di dalam penelitian ini harus mempergunakan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Didalam penelitian ini penulis mempergunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran atau fakta dan mengkaji secara yuridis tentang bagaimana penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara dan melaksanakan olah tempat kejadian perkara. Pendekatan empiris digunakan untuk menjawab rumusan masalah karena data yang akan disajikan dalam pembahasan adalah hasil dari wawancara langsung. 2. Jenis Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih deskriptif yaitu memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. 9 Dalam penelitian ini penulis akan mendiskripsikan mengenai Tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara dan hubungannya dengan keberhasilan penyidikan. 9 Soedjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, hal. 10.

10 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kepolisian Sektor Colomadu (Polsek Colomadu, Karanganyar). Pengambilan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa ketersediaan data dan sumber data untuk dilakukannya penelitian selain lokasi terdekat dari tempat penulis 4. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer atau sumber utama yang bersifat fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang bersangkutan, yakni di Kepolisian Sektor Colomadu (Polsek Colomadu) Karanganyar. b. Data Sekunder Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. 10 Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, meliputi: a) Undang-Undang No 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana b) Undang-undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia 10 Zaenal Amiruddin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Press, hal. 30.

11 2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku, makalah dan literatur karya ilmiah yang terkait dengan penelitian Tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara. 5. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dari penelitian ini, akan dikumpulkan melalui dua teknik pengumpulan data yaitu: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan 11. Studi kepustakaan yang dilakukan penulis dengan cara mencari, menginventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, data-data sekunder yang lain berkaitan dengan Tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara. b. Studi Lapangan Studi lapangan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara datang langsung ke lapangan. 12 Teknik yang digunakan penulis yaitu dengan wawancara. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab, yang dilakukan secara sistematis didasarkan pada tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pihak yang berkepentingan, seperti kepala 11 Nazir, 1988, Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 111. 12 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, hal. 75.

12 unit satuan reserse kriminal dan penyidik lainya di Polsek Colomadu. 6. Metode Analisis Data Analisis data pada penulisan hukum dilakukan melalui pendekatan kualitatif, yaitu uraian data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih sehingga memudahkan implementasi data dan pemahaman hasil analisis 13. Dalam hal ini setelah bahan dan data diperoleh, maka selanjutnya diperiksa kembali bahan dan data yang telah diterima terutama mengenai konsistensi jawaban dari keragaman bahan dan data yang diterima. Dari bahan dan data tersbut selanjutnya dilakukan analisis terhadap penerapan perundang-undangan yang berkaitan dengan Tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara dan metode pengambilan kesimpulan dilakukan secara deduktif yaitu pola berfikir yang mendasar pada hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. F. Sistematika Skripsi Skripsi yang penulis susun ini terbagi dalam 4 bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lain saling berhubungan, adapun sistematika skripsi sebagai berikut: 13 Muhammad Shodiq, 2003, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 11.

13 Bab I adalah pendahuluan yang berisikan gambaran singkat mengenai keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II adalah Tinjauan Pustaka yang berisikan Tinjauan Umum Tentang Penyidikan, Tinjauan Umum Tentang Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan Tinjauan Umum Tentang Pengamanan Tempat Kejadian Perkara (TKP). Bab III adalah hasil penelitian dan pembahasan diamana penulis akan menguraikan dan membahas mengenai tindakan penyidik dalam mengamankan tempat kejadian perkara, urgensi pengamanan tempat kejadian perkara terhadap keberhasilan penyidikan, dan kendala-kendala penyidik dalam pengamanan tempat kejadian perkara. Bab IV adalah bagian penutup, yang berisikan kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran dari hasil penelitian hukum yang dilakukan.