SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi

dokumen-dokumen yang mirip
PERTEMUAN KE 11 (50 MENIT) EFEK RADIASI IONISASI SINAR X TERHADAP JARINGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

TEORI DASAR RADIOTERAPI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Dasar Proteksi Radiasi

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

Bab 2. Nilai Batas Dosis

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

Dokumen yang Perlu Dipahami 1 Label Peringatan 2 ALARA 2 Dosimeter 3 Risiko Radiasi 3 Prinsip Proteksi Radiasi 5 Aturan Keselamatan Umum 6

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

BUKU PINTAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DI RUMAH SAKIT

BAB V KETENTUAN KESELAMATAN RADIASI

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

LAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

EFEK RADIASI BAGI MANUSIA. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN.. 01 A. Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum. 02 Tujuan Instruksional Khusus 02

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara sinar X dengan sel akan terjadi

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEK STOKASTIK RADIASI SINAR-X DENTAL PADA IBU HAMIL DAN JANIN

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PEMANTAUAN DOSIS INTERNA PEKERJA RADIASI DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR TAHUN 2009

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

DAMPAK TINGKAT RADIASI PADA TUBUH MANUSIA

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

MODEL ATOM. Atom : bagian terkecil suatu elemen yg merupakan suatu partikel netral, dimana jumlah muatan listrik positif dan negatif sama.

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

KEAMANAN Beberapa pertimbangan keamanan diperlukan dalam low-level laser. Namun, berbagai macam jenis laser telah berkembang dan kegunaannyapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DOSIS YANG DITERIMA PASIEN PADA PEMERIKSAAN RENOGRAF

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

Transkripsi:

SUB POKOK BAHASAN Drh. Deni Noviana, PhD Drh. M. Fakhrul Ulum Dosis radiasi dansatuan pengukur Alat pengukuran radiasi Efek Biologis Radiasi Ionisasi : interaksi radiasi sinar X dengan jaringan biologis i I. & Satuan Pengukur 1. Dosis Paparan (X) 2. Dosis Serap (D) 3. Dosis Ekivalen (H) 4. Dosis EkivalenEfektif fk f( (E) Dosis Paparan (X) Kemampuan X ray untuk mengionisasi udara dalam volume tertentu Lama = Roentgen (R) SI = coloumb/kg (C/kg) Rumus: X = dq (Σ muatan ion yang terbentuk) t dm (massa udara) 1

Dosis Serap ( D) Energi rata rata yang diserap bahan/massa bahan Lama = joule/kg atau gray (Gy) SI = rad 1 gray = 100 rad Rumus : D = de (energi yang diserap) dm (massa bahan) Dosis Ekivalen (H) Sumber radiasi berbeda yang menghasilkan efek biologi berbeda pada sistem tubuh. Memperhitungkan faktor bobot radiasi (Wr). Lama = rem SI = sievert (Sv) 1 sievert = 100 rem Rumus : H = Σ ( D x Wr ) Dosis Ekivalen Efektif (E) Dosis ekivalen yang sama menyebabkan efek biologis yang berbeda Memperhitungkan faktor bobot jaringan (Wt) Lama = rem SI = sievert (Sv) 1 sievert = 100 rem Rumus: E = Σ (Ht x Wt) Dosis Maksimum Radiasi United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah satu sumber informasi resmi yang dijadikan standar di beberapa Negara untuk penetapan garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC menyatakan dosis individu terpapar radiasi maksimal adalah 0.05 Sv atau 5 rem/tahun National Council on Radiation Protection (NCRP) merupakan kelompok ilmuwan pemerintah yang rutin mengadakan pertemuan membahas riset radiasi terbaru dan mengupdate rekomendasi mengenai keamanan radiasi 2

Tujuan dari proteksi radiasi Menurut NCRP Untuk mencegah radiasi klinis yang penting, dengan mengikuti batas dosis minimum Membatasi resiko terhadap kanker dan efek kelainan turunan pada masyarakat Rekomendasi NRCP meliputi: Individu/operator tidak diizinkan bekerja dengan radiasi sebelum umur 18 tahun. Dosis yang efektif pada tiap orang pertahun mestinya tidak melebihi 50 msv ( 5 rem). Untuk khalayak ramai, ekspose radiasi (tidak termasuk dari penggunaan medis) mestinya tidak melebihi 1 msv ( 0,1 rem) per tahun. Untuk pekerja yang hamil, batasan ekspose janin atau embrio mestinya tidak melebihi 0,5 msv (0,05 rem). Lembaga Ketenaganukliran Dunia IAEA ( International Atomic Energy Agency) ICRP ( International Commission on Radiological Protection) Indonesia BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional) Rekomendasi Dosis maksimum yang diperbolehkan Sumber: United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) Bagian Tubuh / individual Rata rata per Maksimum per Maksimum per minggu (mrem) quarter (rem) tahun (rem) Pekerja Seluruh badan, gonad, organ 1 3 5 pembentuk darah, mata Kulit seluruh badan 10 30 Tangan, lengan, kepala, leher, kaki 1.5 25 75 dan mata kaki Wanita subur 0.5 Masyarakat umum Seluruh badan 0.1 0.5 Pelajar 0.10 Populasi 0.17 Proteksi Radiasi di Indonesia Syarat: Justifikasi Manfaat harus lbihb lebih besar dari resikoyang timbul Limitasi NBD SK Kepala BAPETEN no. 01/Ka BAPETEN/V 99 sebesar 20 msv rata rata/5tahun Optimasi Dosis yang diterima serendah mungkin berdasarkan faktor sosial dan ekonimi Prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) 3

UU Ketenaganukliran di Indonesia UU No 10 tahun 2007 Ketenaganukliran PP No 33 tahun 2007 Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif SK Kepala BAPETEN No. 01/Ka BAPETEN/V 1999 Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi. SK Kepala BAPETEN No. 01 P/Ka BAPETEN/I 03 Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik. II. Alat Pengukuran Radiasi Alat alat yang dipakai untuk pengukuran radiasi Film Badge: berfugsi mencatat dosis radiasi yang diterima oleh personil (petugas) yang terkena berbagaib jenis radiasi Dosimeter saku: pengukur dosis yang mempunyai respon (reaksi) terhadap radiasi yang sebanding dengan jumlah ion yang dihasilkan selama perjalanannya melalui elemen pendeteksian Alat Pengukuran Radiasi Di Indonesia alat pengukuran radiasi biasanya menggunakan alat Geiger Muller Survery meter yang bacaannyalangsung g mr/jam (milli Roengen / jam) atau Count per menit Penggunaan Geiger Muller Survey di radiodiagnostik: 1. Mengukur laju pemaparan pada tempat tempat: personil bekerja dinding dinding luar sinar x pintu pintu jendela kaca Pb. 2. Memeriksa apakah alat alat proteksi memenuhi syaratsyarat proteksi Tata tertib penggunaan untuk proteksi personil Penggunaan perisai atau pakaian proteksi oleh Penggunaan perisai atau pakaian proteksi oleh personil Bila memakai pesawat Sinar x/mobil x ray unit, petugas yang tidak memakai perisai pelindung harus berdiri di luar berkas sinar dan sejauh mungkin dari pasien 4

III. Efek Biologis Radiasi Ionisasi Efek Fisik Efek foto elektron Efek Hamburan Compton Efek Produksi Pasangan Efek biologis Efek Stokastik Efek Deterministik Pengaruh radiasi pada organ tubuh tergantung pada: 1. Jumlah (dosis) 2. Lamanya pemaparan 3. Kecepatan pemaparan. 4. Banyaknya bagian tubuh yang terkena radiasi Jika disebarluaskan ke seluruh permukaan tubuh, radiasi yang besar dapat menyebabkan kematian, tetapi jika hanya diarahkan kepada sebagian kecil permukaan tubuh (terapi kanker), maka 3 4 kali jumlah tersebut bisa diberikan tanpa menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh 5. Penyebarluasan radiasi di dalam tubuh Bagian tubuh dimana sel sel membelah dengan cepat (misalnya usus, sumsum tulang, fetus), lebih mudah mengalami kerusakank akibat kb radiasi daripadasel seld l yang membelah secara lebih lambat (misalnya otot dan tendo). Efek Biologis Efek Stokastik Peluang efek yang timbul setelah rentang waktu tertentu tanpa NBD (Nilai Batas Dosis). Efek Deterministik Efek yang langsung terjadi jika paparan sinar x melebihi NBD. Tingkat keparahan tergantung dosis radiasi NBD adalah dosis terbesar yang dapat diterima dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik akibat pemanfaatan tenaga nuklir. 5

EFEK BIOLOGIS Beberapa perubahan potensi, kerusakan dasar nucleotide, strand DNA mengalami kerusakan cross linkage. Efek ini dapat diminimalisir dan diperbaiki secara enzimatis dengan cepat atau dapat mengakibatkan kematian pada sel tersebut Jaringan/Organ yang aktif membelah seperti usus dan sumsum tulang tidak boleh menerima dosis yang tinggi. Fetus yang lebih muda juga mempunyai potensi yang besar untuk mengalami kerusakan, berupa kematian embrio, malformasi kongenital dan gangguan pertumbuhan Suatu jaringan yang tidak aktif membelah, seperti otot, boleh menerima suatu dosis yang relatif tinggi. Sebaliknya dengan jaringan yang aktif membelah, seperti epithelium yang berhubungan dengan usus dan sumsum tulang, adalah sengat berespon terhadap radiasi Efek Biologis akibat paparan radiasi ionisasi terhadap jaringan tubuh Efek akut Perubahan pada kulit termasuk eritrema, desquamasi kering, desquamasi lembab dan pengelupasan kulit. Pemaparan lokal terhadap organ radiosensitif lainnya seperti kelenjar tyroid, organ lymphoid, usus dan ginjal menyebabkan bbk hilangnya sel parenkimyang mengarah pada kegagalan organ dan disfungsi Efek akut radiasi terhadap tubuh Sindrom sumsum tulang (hematopoietik) Jika terpapar 250 500 rad (2.5 5 Gy) di dalam tubuh. Kegagalan gg fungsi sumsum tulang dapat menyebabkan infeksi, defisiensi imun dan diathesis hemoragika Sindrom gastrointestinal jika terpapar 500 1200 rad (5 12 Gy) di dalam tubuh. kehilangan cairan dan sel stroma dapat terjadi pada saluran gastrointestinal Sindrom cerebrovaskular Sindroma otak terjadi jika dosis total radiasi sangat tinggi (lebih dari 30 Gy) dan selalu berakibat fatal. Gejala awal berupa mual dan muntah, lalu diikuti oleh lelah, ngantuk dan kadang koma 6

Efek kronis Pemaparan berulang atau pemaparan jangka panjang oleh radiasi dosis rendah dari implan radioaktif atau sumber eksternal Cedera berat pada organ yang terpapar radiasi bulan/tahun Fungsi ginjal bisa menurun dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun setelah penderita menerima dosis radiasi yang sangat tinggi; juga bisa terjadi anemia dan tekanan darah tinggi. Penimbunan radiasi dosis tinggi di dalam otot bisa menyebabkan nyeri, pengecilan otot (atrofi) dan penimbunan kalsium di dalam otot yang teriritasi. Meskipun sangat jarang terjadi, perubahan ini bisa menyebabkan tumor otot ganas. Contoh lain cedera berat pada organ yang terpapar radiasi Jantung dan kantungnya bisa mengalami peradangan setelah diberikan radiasi yang luas pada tulang dada dan dada. Penimbunan radiasi di dalam korda spinalis bisa menyebabkan kerusakan hebat yang berakhir dengan kelumpuhan. Radiasi ekstensif pada perut (untuk kanker kelenjar getah bening, testis atau ovarium) bisa menyebabkan terbentuknya ulkus kronis, jaringan parut dan perforasi pada usus Radiasi pada tumor paru bisa menyebabkan peradangan paru (pneumonitis radiasi) dan radiasi dosis tinggi bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang hebat pada paru paru (fibrosis), yang bisa berakibat fatal 7