BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

Potensi Daun Sirih (Piper betle, L) Dalam Pembuatan Insektisida Nabati yang Ramah Lingkungan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PENYEBAB PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L.Sacaracharata)

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

I. PENDAHULUAN. Cabai besar ( Capsicum annum L.) merupakan komoditas sayuran tergolong

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

I. PENDAHULUAN. bagi manusia, seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, dan chikungunya

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Konsentrasi efektif daun sirih sebagai penolak nyamuk Ae. aegypti pada lengan uji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BABI PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob Gram positif yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat. menulis, pengaduk, mistar, hands prayer, Hot plat, kompor gas, cawan petri, gelas

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

PESTISIDA ALAMI MENDUKUNG BUDIDAYA STROBERI ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat (Depkes RI, 2006), utamanya adalah gingivitis (Suproyo, 2009).

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. hama utama pada kedelai, antara lain Ophiomyia phaseoli Try., Melanagromyza

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiaca Linn.) merupakan tanaman buah yang dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

PENGARUH MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav ) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit karat pada tanaman kedelai disebabkan oleh jamur. Menurut Semangun (1996), jamur P. pachyrhizi Syd.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah tumbuh-tumbuhan. Berbagai macam tumbuhan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis),

AKTIVITAS ANTIMIKROBA KOMBINASI REBUSAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) TERHADAP Candida albicans.

EKTSRAK DAUN SIRIH (Piper betle L) UNTUK PENCEGAHAN IFEKSI JAMUR SAPROLEGNIA SP. PADA TELUR IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypopthalmus)

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

TOKSISITAS GRANULA EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

ACTIVITY TEST OF BETEL LEAF EXTRACT (Piper betle Linn.) TO INHIBIT THE GROWTH of Pseudomonas aeruginosa

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2014, hal Vol. 11 No. 1 ISSN: EISSN : Online :

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

OCH 3 CH 2 CH CH 2. Gambar.1.1. Struktur eugenol

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan September selama 15 hari. Buah

Efektivitas Sirih Merah dalam Perawatan Luka Perineum di Bidan Praktik Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh Ekstrak GAMAL TEMBAKAU Terhadap Pertumbuhan Linier Tabel l.pengaruh Ekstrak GAMAL TEMBAKAU Terhadap Pertumbuhan Linier GAMAL TEMBAKAU Perlakuan ( Dosis ) Regresi ( cm/hari) R 2 Kontrol Y = 0.645x 0.036 R2 = 0.990 1 % Y = 0.382x + 0.329 R2 = 0.980 0.3% Y = 0.556x 0.113 R2 = 0.988 0.5% Y = 0.619x + 0.009 R2 = 0.989 0.7% Y = 0.557x + 0.053 R2 = 0.978 0.9% Y = 0.553x + 0.075 R2 = 0.982 Hasil analisis regresi pertumbuhan linier koloni M. Fragariae dari uji ekstrak tanaman GAMAL TEMBAKAU secara in vitro secara umum memperlihatkan penghambatan pertumbuhan linier koloni M. Fragariae.Hal ini dapat terlihat dari perbedaan-perbedaan koefisien-koefisien regresi antara kontrol dengan dosis-dosis perlakuan. Pada Tabel 1 terlihat dimana kontrol, 1 %, 0.3 %, 0.5 %, 0.7 %, 0.9 %, berturut-turut mempunyai koefisien regresi sebesar 0.645, 0.382, 0.556, 0.619, 0.557, 0.553. nilai-nilai koefisien regresi ini menunjukkan laju pertumbuhan linier M. 31

Fragariae setiap harinya. Laju penghambatan pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan dengan dosis 1 % dengan koefisien regresi 0.382 atau dengan kata lain pertambahan pertumbuhan M. Fragariae sebesar 0.382 cm perharinya. Di susul perlakuan dengan dosis 0.9 % dengan 0.553 cm per hari, dosis 0.3 % dengan 0.556 cm per hari, dosis 0.7 % dengan 0.557 cm per hari, dan disis 0.5 % dengan 0.619 cm per hari. Sedangakan jika di bandingkan dengan kontrol memiliki koefisie regresi 0.645 dengan pertumbuhan 0.645 cm per hari. Berdasarkan tabel di atas dimana pertumbuhan linier M. Fragariae dapat terlihat pada grafik di bawah ini. Pengamatan 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Gambar 2 : Analisis Regresi Pengaruh Ekstrak GAMAL TEMBAKAU Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp) Gamal Tembakau Kontrol y = 0.645x - 0.036 R² = 0.990 1 % y = 0.382x + 0.329 R² = 0.980 0.3 % y = 0.556x - 0.113 R² = 0.988 0.5 % y = 0.619x + 0.009 R² = 0.989 0.7 % y = 0.557x + 0.053 R² = 0.978 0.9 % y = 0.553x + 0.075 R² = 0.982 1 2 3 4 Hari Pengamatan 5 6 7 8 9 32

Pengaruh Ekstrak GAMAL SIRIH Terhadap Pertumbuhan Linier Tabe 2. Pengaruh Ekstrak GAMAL SIRIH Terhadap Pertumbuhan Linier Perlakuan ( Dosis ) Regresi ( cm/hari) R 2 Kontrol Y = 0.589x 0.114 R2 = 0.993 1 % Y = 0.510x 0.092 R2 = 0.985 GAMAL SIRIH 0.3% Y = 0.421x 0.047 R2 = 0.984 0.5% Y = 0.428x 0.119 R2 = 0.977 0.7% Y = 0.454x 0.047 R2 = 0.964 0.9% Y = 0.423x 0.064 R2 = 0.976 Pada Tabel 2 terlihat dimana kontrol, 1 %, 0.3 %, 0.5 %, 0.7 %, 0.9 %, berturut-turut mempunyai koefisien regresi sebesar 0.589, 0.510, 0.421, 0.428, 0.454, 0.423. Nilai-nilai koefisien regresi ini menunjukkan laju pertumbuhan linier M. Fragariae setiap harinya. Laju penghambatan pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan dengan dosis 0.3 % dengan koefisien regresi 0.421 atau dengan kata lain pertambahan pertumbuhan M. Fragariae sebesar 0.421 cm perharinya. Di susul perlakuan dengan dosis 0.9 % dengan 0. 423 cm per hari, dosis 0.5 % dengan 0.428 cm per hari, dosis 0.7 % dengan 0.454 cm per hari, dan disis 1 % dengan 0.510 cm 33

per hari. Sedangakan jika di bandingkan dengan kontrol memiliki koefisie regresi 0.589 dengan pertumbuhan 0.589 cm per hari. Berdasarkan tabel di atas dimana pertumbuhan linier M. Fragariae dapat terlihat pada grafik di bawah ini. Pengamatan 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 GAMAL SIRIH Kontrol y = 0.589x - 0.114 R² = 0.993 1 % y = 0.510x - 0.092 R² = 0.985 0.3 % y = 0.421x - 0.047 R² = 0.984 0.5 % y = 0.428x - 0.119 R² = 0.977 0.7 % y = 0.454x - 0.047 R² = 0.964 0.9 % y = 0.423x + 0.064 R² = 0.976 1.00 0.50 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari Penamatang Gambar 3 : Analisis Regresi Pengaruh Ekstrak GAMAL SIRIH Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp) 34

Pengaruh Ekstrak MAJA Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp). Tabe 3. Pengaruh Ekstrak MAJA Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp). Perlakuan ( Dosis ) Regresi ( cm/hari) R 2 Kontrol Y = 0.712x 0.381 R2 = 0.994 1 % Y = 0.598x 0.290 R2 = 0.990 MAJA 0.3% Y = 0.584 x 0.4 R2 = 0.978 0.5% Y = 0.655x 0.435 R2 = 0.990 0.7% Y = 0.643x 0.242 R2 = 0.978 0.9% Y = 0.567x 0.376 R2 = 0.979 Pada Tabel 3 terlihat dimana kontrol, 1 %, 0.3 %, 0.5 %, 0.7 %, 0.9 %, berturut-turut mempunyai koefisien regresi sebesar 0.712, 0.598, 0.584, 0.655, 0.643, 0.567. Nilai-nilai koefisien regresi ini menunjukkan laju pertumbuhan linier M. Fragariae setiap harinya. Laju penghambatan pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan dengan dosis 0.9 % dengan koefisien regresi 0.567 atau dengan kata lain pertambahan pertumbuhan M. Fragariae sebesar 0.567 cm perharinya. Di susul perlakuan dengan dosis 0.3 % dengan 0. 584 cm per hari, dosis 1 % dengan 0.598 cm per hari, dosis 0.7 % dengan 0.643 cm per hari, dan disis 0.5 % dengan 0.655 cm per 35

hari. Sedangakan jika di bandingkan dengan kontrol memiliki koefisie regresi 0.712 dengan pertumbuhan 0.712 cm per hari. Berdasarkan tabel di atas dimana pertumbuhan linier M. Fragariae dapat terlihat pada grafik di bawah ini. Pengamatan 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 MAJA Kontrol y = 0.712x - 0.381 R² = 0.994 1 % y = 0.598x - 0.290 R² = 0.990 0.3 % y = 0.584x - 0.4 R² = 0.978 0.5 % y = 0.655x - 0.435 R² = 0.990 0.7 % y = 0.643x - 0.242 R² = 0.978 0.9 % y = 0.567x - 0.376 R² = 0.979 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari Pengamatan Gambar 4 : Analisis Regresi Pengaruh Ekstrak MAJA Terhadap Pertumbuhan Linier 36

Pengaruh Ekstrak MAJA Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp). Tabe 4. Pengaruh Ekstrak NIMBA Terhadap Pertumbuhan Linier Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp). Perlakuan ( Dosis ) Regresi ( cm/hari) R 2 Kontrol Y = 0.713x 0.602 R2 = 0.982 1 % Y = 0.467x 0.15 R2 = 0.984 NIMBA 0.3% Y = 0.494x 0.207 R2 = 0.978 0.5% Y = 0.416x 0.045 R2 = 0.955 0.7% Y = 0.507x 0.276 R2 = 0.964 0.9% Y = 0.418x 0.121 R2 = 0.963 Pada Tabel 4 terlihat dimana kontrol, 1 %, 0.3 %, 0.5 %, 0.7 %, 0.9 %, berturut-turut mempunyai koefisien regresi sebesar 0.713, 0.467, 0.494, 0.416, 0.507, 0.418. Nilai-nilai koefisien regresi ini menunjukkan laju pertumbuhan linier M. Fragariae setiap harinya. Laju penghambatan pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan dengan dosis 0.5 % dengan koefisien regresi 0.416 atau dengan kata lain pertambahan pertumbuhan M. Fragariae sebesar 0.416 cm perharinya. Di susul perlakuan dengan dosis 0.9 % dengan 0. 418 cm per hari, dosis 1 % dengan 0.467 cm per hari, dosis 0.3 % dengan 0.494 cm per hari, dan disis 0.7 % dengan 0.507 cm per 37

hari. Sedangakan jika di bandingkan dengan kontrol memiliki koefisie regresi 0.713 dengan pertumbuhan 0.713 cm per hari. Berdasarkan tabel di atas dimana pertumbuhan linier M. Fragariae dapat terlihat pada grafik di bawah ini. Pengamatan 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 NIMBA Kontrol y = 0.713x - 0.602 R² = 0.982 1 % y = 0.467x - 0.15 R² = 0.984 0.3 % y = 0.494x - 0.207 R² = 0.978 0.5 % y = 0.416x - 0.045 R² = 0.955 0.7 % y = 0.507x - 0.276 R² = 0.964 0.9 % y = 0.418x - 0.121 R² = 0.963 1 3 5 7 9 Hari Pengamatan Gambar 5: Analisis Regresi Pengaruh Ekstrak NIMBA Terhadap Pertumbuhan Linier 38

Pembahasan Berdasarkan data yang ada pada table di atas dalam hal ini terdapat ekstrak yang mampu menghambat perkembangan Mycosphaerella Fragariae) pada Tanaman Stroberi (Fragaria sp) dimana seperti pada table diatas terdapat ekstrak yang terbuat dari daun nimba diman daun nimba mampu menghambat perkembangan cendawan hal ini di sebabkan karena pada daun nimba terdapat zat yang mengandung antimicrobial yang terkadung di dalam ekstrak daun yang dimana ekstrak tersebut mampu mempengaruhi perkembangan cendawan. Dimana hal ini sesuai dengan pernyataan dari Nursasangko (1993) bahwa minyak margosa yang terkandung di dalam daun nimbi mengandung belerang dan belerang sangat mudah menguap sehingga penghambatan terhadap pertumbuhan koloni jamur sangat kuat. Sesuai dengan pendapat (Zakiah, 2003) menyatakan bah wa pada daun nimbi terdapat zat aktif dimana salah satu zat aktif yang dimiliki daun nimbi tersebut adalah azadirachtin, dimana senyawa ini ini adalah senyawa tritepenoid yang berguna sebagai sumber terbaik untuk biopestisida. Nimba mengandung bahan aktif yang dapat di gunakan sebagai pestisida nabati yang terdiri dari 4 senyawa alami yaitu azadirachtin, selanin,melontriol dan nimbi. Selain dari itu, nimbi mengandung belerang sebagaimana kita ketahui, belerang adalah salah satu bahan aktif pembunuh jamur, tidak hanya toksik terhadap manusia dan vertebrata lainnya (Mirin, 1977). 39

Sedangkan untuk daun sirih diman ekstrak tanaman ini juga memiliki kandungan zat sehingga mampu menghambat perkembangan cendawan dimana daun sirih memiliki kandungan kimia minyak atsiri1% - 4,2 %, hidroksikavicol, kavicol, 7,2-16,7 %, allylpyro - katekol 0-9,6 %, karvakrol 2,2-5,6 %, eugenol 20, 8-42,5 %, eugenol methyl ether 4,2-15,8 %, p - cymene 1,2-2,5 %, cineole 2,4-4,8 %, caryophyllene 3,0-9,8 %, cadinene 2,4-15,8 %, estragol, terpenena, seskuiterpena, fenil propane, diastase 0,8-1,8 %, gula, pati (Wijayakusuma, 1994). Menurut Moeljanto (2006) daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betle fenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol dan karvakrol Beberapa penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung diastase, gula,dan tanin. Dari hasil penelitian Darsam (1994), dijelaskan bahwa cairan perasan daun sirih dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan jamur. Sesuai dengan pendapat (Suharso, 2003) bahwa senyawa yang terkandung pada daun sirih yang terbesar adalah Chavicol dan Betlephenol dimana senyawa ini memiliki daya antiseptic yang kuat. Pada table di atas dimana ekstrak buah maja juga memiliki pengaruh dapat menghambat perkembangan cendawan dimana perkembangannya tidak begitu menhambat diman hal ini di karenakan melalui pendaekatan berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu untuk perlakuan pada tanaman kakao dengan hama sasarannya hal ini di kaitan dengan pengendalian cendawan berdasarkan kandungan yang dimiliki oleh buah maja tersebut ini memiliki kandungan yang dapat menghambat oviposis imago PBK. Hal ini sesuai dengan pendapat (Temmarola dan Sylvia, 2004). Ekstrak 40

buah maja juga memiliki senyawa spoin pada ekstrak buah maja yang dimana merupakan senyawa aktif permukaan yang bersifat seperti sabun.dan merupakan bahan pelarut minyak dalam air (Novisan, 2002) sehingga jika di aplikasikan dapat merusak kulit dari telur hama. Buah maja juga dapat bersifat feedent deterent atau penghambat makan pada serangga. Dan buah maja juga mengandung senyawa folifenol yang merupakan asam fenolik sebagai anti mikroba yang memiliki kemampuan tinggi dalam memproteksi serta mencegah serangga mikro organism (Bernays dan Chapman, 1994) Sedangkan untuk ekstrak tembakau dimana seperti yang kita ketahui bahwa kandungan yang dimiliki oleh tembakau yaitu dimana tembakau memiliki kandungan senyawa nikotin dimana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut terungkap bahwa senyawa nikotin (C10H14N2) dengan kesamaan indeks 94 yang mempunyai toksisitas 83% (efektif). 41