BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. mudah menderita kelainan gizi, Kejadian gizi kurang seperti fenomena gunung es

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan ke 8 tahap mulai bayi (0-18 bulan), toddler (1,5 3 tahun), anakanak

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang lebih tinggi harus terpenuhi. Pada masa ini balita sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik dapat memiliki angka

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Asi merupakan makanan utama bagi bayi pada enam bulan pertama UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan bayi usia 0-6 bulan. Asi memiliki zat zat gizi terbaik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Promosi kesehatan merupakan pilar dalam. penyelenggaraan misi meningkatkan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. gizi utama yang banyak dijumpai pada balita (Sarmin, 2009). pada anak usia balita (WHO, 2007). Hal ini dibuktikannya dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumberdaya yang sehat, cerdas dan produktif. Salah satu prioritas pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka kematian bayi dan balita. 1 Tingginya angka kematian bayi dan balita merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. 2 Salah satu penyebab yang menonjol diantaranya karena keadaan gizi yang kurang baik, yang merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling berkaitan terutama faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik. 2 Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi. Berdasarkan data dari WHO tahun 2012, sebanyak 6,6 juta kematian karena berkaitan dengan masalah gizi yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Apabila seorang anak mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan terganggu. 3 Status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja di masa yang akan datang. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk 1

2 atau kurang akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia. 2 Enam bulan pertama merupakan masa sangat kritis dalam kehidupan balita. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomotor dan akulturasi terjadi dengan cepat. Maka dari itu, perlu mengetahui tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak terutama kaitanya kebutuhan pangan atau zat gizi. 2 Pada umur 6-12 bulan ASI hanya dapat memenuhi 50% dari kebutuhan. Sehingga dibutuhkan makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan pada anak di atas umur 6 bulan sebagai makanan pelengkap ASI. Pemberian MP ASI diperlukan karena semakin bertambah umur kebutuhan akan zat gizi anak akan meningkat untuk proses tumbuh kembang. Salah satu permasalahan dalam pemberian makanan pada bayi adalah terhentinya pemberian ASI sebelum waktunya dan pemberian MP ASI yang tidak cukup baik jumlah maupun mutu. 2 Menurut Riskesdas, pada tahun 2013 terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri 5,7% balita dengan gizi buruk, dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi pada tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada

3 prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% pada tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG s tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk dan kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4,1% dalam periode 2013 sampai 2015. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurangan gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1%. Terdapat tiga provinsi yang sudah dapat mencapai target MDG s tahun 2015 diantaranya adalah Bali (13,2%), DKI Jakarta (14,0%), kepulauan Bangka Belitung (15,1%). 4 Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi kekurangan gizi pada balita berkisar antara 20,0%-29,0% dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila >30 %, dan di Indonesia sendiri masalah kekurangan gizi mendekati prevalensi tinggi. Di antara 33 provinsi terdapat prevalensi paling tinggi di provinsi Papua barat dan Nusa Tenggara Timur. Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringakat keenam dengan 16,2%. 3 Angka prevalensi di DIY perlu dilakukan penurunan kembali agar dapat mencapai target MDG s 2015 yaitu 15,5%. 4 Meskipun angka gizi kurang di DIY telah mendekati target nasional namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY. Prevalensi balita gizi buruk di 4 kabupaten sudah sesuai harapan yaitu <1%, sedangkan di Kota Yogyakarta masih 1,35%. Berdasarkan data ditemukanya kasus gizi buruk dan yang mendapatkan perawatan di 4

4 kabupaten dan kota diantaranya adalah Kulon Progo 75 kasus, Bantul 52 kasus, Gunung Kidul 44 kasus, Sleman 42 kasus, Kota Yogyakarta 171 kasus, sehingga walaupun sudah memenuhi target nasional tetapi diharapkan seluruh Kabupaten/Kota di DIY sudah berada di bawah 1%. 3 Berdasarkan data tahun 2013 terdapat 18 puskesamas di Kota Yogyakarta, status gizi buruk yang paling tinggi terjadi di puskesmas Gondokusuman 1 dengan kejadian 28 kasus, pada urutan nomor dua di pukesmas Mantrijeron dengan kejadian 27 kasus, dan pada urutan ketiga terjadi di puskesmas Tegalrejo dengan kejadian 20 kasus gizi buruk pada balita. 6 Namun setelah di lihat kembali pada tahun sebelumnya dan tahun setelahnya yaitu tahun 2012 dan 2014 ketiga puskesmas tersebut tidak menunjukkan peningkatan atau penurunan secara stabil setiap tahunnya, namun dari 18 puskesmas yang terdapat di Kota Yogyakarta salah satu yang mengalami peningkatan kejadian gizi buruk pada tiap tahun terjadi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta dengan kejadian 1 kasus pada tahun 2012, tahun 2013 4 kasus, dan tahun 2014 5 kasus. 3,7,8 Seperti halnya penelitian Kuriyan dan Kurpad (2012) yang menyatakan bahwa periode lahir sampai umur dua tahun merupakan critical window untuk mempromosikan pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan kognitif yang optimal. Kuantitas dan kualitas makanan pendamping yang tidak mencukupi, praktik pemberian yang kurang akan memperburuk kondisi kesehatan dan pertumbuhan pada tahun yang penting tersebut. Oleh karena itu, pengenalan makanan pendamping yang

5 tepat serta waktu yang tepat selama masa balita sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan perkembangan. 9 Dampak yang sering terjadi akibat gizi buruk adalah tumbuh kembang anak dan balita akan terganggu, tidak dapat menjalani kehidupan normal, kematian, bahkan dari segi perkembagan negara akan sangat terpengaruh karena SDM yang dibutuhkan akan mengalami masalah besar. 6 Sedangkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk penaggulangan masalah gizi buruk menurut Depkes RI (2013) dirumuskan dalam beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi pada anak (ASI/ MP-ASI). Dari permasalaha yang telah dijelaskan di atas, maka alasan peneliti mengambil judul ini karena berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan dengan wawancara kepada 10 ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Jetis Kota Yogyakarta, di temukan 7 dari 10 belum mengetahui tentang apa itu sesungguhnya makanan pendamping ASI, cara pemberian, cara penyajian, dan tahaptahapa dalam memberikan makanan pendamping ASI. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penyuluhan tentang MP ASI terhadap tingkat pengetahuan tentang MP ASI pada ibu-ibu balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang MP ASI terhadap tingkat pengetahuan tentang MP ASI pada ibu-ibu balita usia 6-12 di wilayah kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang MP ASI di wilayah kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta sebelum diberikan penyuluhan. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang MP ASI di wilayah kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta setelah diberikan penyuluhan. c. Menganalisis pengaruh penyuluhan tentang MP ASI terhadap tingkat pengetahuan tentang MP ASI pada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapakan menjadi referensi dan memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan promosi kesehatan ke masyarakat tentang MP-ASI.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi DIV Kebidanan UGM Dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber referensi baru dalam pemberian promosi kesehatan tentang MP-ASI sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas belajar mahasiswa. b. Bagi peneliti Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan referensi baru mengenai pengaruh penyuluhan tentang MP ASI terhadap tingkat pengetahuan. c. Bagi Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber acuan atau metode untuk promosi kesehatan ke masyarakat tentang MP-ASI. d. Bagi peserta ibu-ibu balita usia 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas Jetis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tentang MP-ASI yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari ketika memberikan MP-ASI ke anaknya untuk menekan masalah gizi kurang, gizi lebih, dan kejadian diare.

8 E. Keaslian Penelitian Penelitian kesehatan serupa yang pernah dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Lola Morica (2012), melakukan penelitian dengan judul, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Bayi Umur 7-12 Bulan di Kelurahan Tangah Sawah Wilayah Kerja Puskesmas Tengah Sawah Bukit Tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik dengan studi Cross Sectional, dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dan sikap ibu mengenai makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi. Dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tindakan ibu tentang makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi. Persamaan penelitian Lola morica dengan penelitian peneliti terletak pada variabel bebasnya yaitu tentang makanan pendamping ASI, untuk metode penelitian yang diambil oleh Lola morica tentang survey Analitik dengan studi Cross sectional, sedangkan penelitian yang di lakukan peneliti menggunakan metode Pre eksperiment design dengan rancanga one group pre-post test. 10

9 2. Nur Amini (2015), melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Penyuluhan Metode Poster Terhadap Pengetahuan Pola Makan Hipertensi Pada Lansia di Desa Rapyak Wetan Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis penelitian Quasi eksperimental dengan rancangan one group pretest posttest. Hasil dari penelitian ini penyuluhan dengan media poster tidak dapat meningkatkan pengetahuan tentang pola makan hipertensi pada lansia di desa krapyak wetan, kabupaten bantul secara bermakna. Persamaan penelitian Nur amin dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat pada rancangan yang digunkan adalah one group pretest-posttest, sedangkan variabel dan metodologinya berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti. 11 3. Nydia Rena Benita (2012), melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji. Penelitian merupakan penelitian yang menggunakan Quasi-eksperimental one group pretest-posttest. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan. Persamaan penelitian Nydia Rena Benita dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat pada rancangan yang digunkan adalah one group pretest-posttest, sedangkan variabel dan metodologinya berbeda dengan yang digunakan oleh peneliti. 12