KUMIS. Disusun oleh: LIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA ARHTRITIS GOUT DI KELURAHAN PRAWIRODIRJAN YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PETRI KURNIAWAN

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DI DESA MALANGGATEN KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

Disusun Oleh: VERA HAZIELAWATI

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

Miftahul Mualimah, Pengaruh Pemberian Air Beluntas (Pluchea Indica Less) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Wanita Menopause

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

ABSTRAK. EFEK ASUPAN EMPING GORENG (PRODUK OLAHAN MELINJO Gnetum Gnemon ) TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH LAKI-LAKI DEWASA

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG GOUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003),

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

ABSTRAK PENGARUH SEDUHAN DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA

Shinta Tari a) Frans Salesman b) Akto Yudowaluyo b) Mahasiswa Program Studi Ners STIKes Citra Husada Mandiri Kupang, NTT 85221

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

PENGARUH RENDAM AIR GARAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PENDERITA GOUT DI DESA KAUMAN KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI. Oleh : AGENG FIRMAN ALAMSYAH NIM: Di Poskesdes, Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET ASAM URAT DI PUSKESMAS GAMPING I NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN AUDIOVISUAL TENTANG HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA KELAS X SMK N 1 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA ANAK DI JANTURAN MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI ARTRITIS GOUT PADA LANJUT USIA DI KAMPUNG TEGALGENDU KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN PENDERITA GOUT ARTRITIS TENTANG TERAPI OLAHRAGA GOUT ARTRITIS

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

PENGARUH KONSUMSI BELIMBING MANIS TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN, KEJADIAN KONSTIPASI DAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KLATEN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

ABSTRAK. PERBANDINGAN EFEK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN FUROSEMID TERHADAP DIURESIS PADA LAKI-LAKI DEWASA

GIFT THE EFFECTIVENESS THERAPY OF SOURSOP LEAF TEA TO URIC ACID LEVELS IN PATIENT WITH GOUT ARTHRITIS IN CLINIC GAMPING II SLEMAN YOGYAKARTA ABSTRACT

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : TRI SUSANTI

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PRIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Venny Risca Ardiyantini

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

UPAYA PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI DIET PARE PADA PENDERITA DIABETUS MILLITUS DI KLINIK SEHAT MIGUNANI KLATEN

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. disebut the silence disease. Penyakit ini juga dikenal sebagai heterogenous

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

PENGARUH KONSUMSI JUS NANAS TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

ABSTRAK PENGARUH KOPI ROBUSTA DAN KOPI ARABICA TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI PURIN

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN ASAM URAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA ASAM URAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016 PENGARUH PEMBERIAN AIR BELUNTAS TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRACT ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN KUMIS KUCING TERHADAP KADAR ASAM URAT PADAA PENDERITA ARTHRITIS GOUT DI KELURAHAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: LIA ANGGRIANI 080201022 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2012

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN KUMIS KUCING TERHADAP KADAR ASAM URAT PADAA PENDERITA ARTHRITIS GOUT DI KELURAHAN NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakartaa Disusun oleh: LIA ANGGRIANI 080201022 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2012 i

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN KUMIS KUCING TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA ARTHRITIS GOUT DI KELURAHAN NGAMPILAN YOGYAKARTA 1 Lia Anggriani 2, Widaryati 3 INTISARI Latar Belakang: Penyakit asam urat bisa menimbulkan banyak komplikasi bagi penderitanya jika tidak segera diobati seperti komplikasi ke ginjal, jantung, infeksi dan lain-lain yang bisa menimbulkan kematian. Sebagian besar penderita adalah pria berusia 40-50 tahun (90%) dan wanita (10%) pada masa menopause. Pengobatan asam urat bisa dilakukan dengan memberikan daun kumis kucing. Daun kumis kucing mengandung orthosiphon glikosida dan garam kalium yang membantu melarutkan asam urat, fosfat, dan oksalat dalam tubuh manusia. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat pada penderita arthritis gout di kelurahan Ngampilan. Metode Penelitian: Rancangan penelitian pre eksperimen dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dan pengambilan sampel dengan metode Purposive Sampling yang berjumlah 10 orang. Pengumpulan data dengan pengisian lembar identitas dan pengukuran kadar asam urat menggunakan alat Glucosa Urid Acid. Analisa data menggunakan Paired T-test. Hasil: Hasil penelitian diperoleh nilai rerata pretest 7.62 mg/dl dan nilai rerata posttest 6.14 mg/dl. Nilai Paired t-test menunjukkan asymp.sig (2-tailed) untuk kadar asam urat sebelum dan setelah diberi perlakuan nilai p sebesar 0,019 (p < 0,05 ), artinya ada beda rerata kadar asam urat sebelum dengan setelah pemberian air rebusan kumis kucing. Kesimpulan: Ada pengaruh pemberian air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat pada penderita arthritis gout. Saran: Bagi masyarakat agar dapat memanfaatkan obat tradisional yaitu air rebusan kumis kucing dalam menurunkan kadar asam urat. Kata kunci: Arthritis Gout, Asam Urat, Kumis Kucing. 1 Judul Skripsi 2 Mahasiswa STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta iii

THE EFFECT OF GIVING ORTHOSIPHON GLANDIFLORIS BOWLED WATER TOWARD URIC ACID LEVELS ON GOUT ARTHRITIS SUFFERERS VILLAGE OF NGAMPILAN OF YOGYAKARTA 1 Lia Anggriani 2, Widaryati 3 ABSTRACT Background:Gout can cause many complication for sufferings if it is not immediately cured for example to kidney, heart, infection and etc it can cause to death.many more sufferings are men of 40-50 years old (90%) and woman (10%) in menopause peiod. Management of curing gout arthritis can give example Orthosiphon glandiforis benth. Orthosiphon glandiforis benth consist of are orthosiphon glikosida and calium that help to dissolve urid acid, fosfat, and oksalat in the body of people. Research Methodology:.Research design used in this research is Pre-Experimental Design with One Group Pretest Post-test plan. Population in this study as many as 30 people. Sample was taken by using Purposive sampling metodh as many as 10 people. Data were collected by filling of identity thread and glucose urid acid was used as measuring instrument. Paired t-test was used in analyzing the data. Research Findings:. analysis of the test result it is found that the average og pretest value is 7,62 mg/dl and the average of post-test value is 6,14 mg/dl. The value of Paired t-test shows asymp.sig (2-tailed) for uric acid levels before and after being given treatment of p value as many as 0,019 (p<0,05) means there is difference of average between the value before the provision of orthosiphon glandiforis bowled water and the value after of orthosiphon glandiforis bowled water. Conclusion:.There is difference of average between before the treatment of giving orthosiphon glandiforis bowled water and after the treatment of giving orthosiphon glandiforis bowled water. Suggestion:.The result of this study can give knowledge and insight to society to make use of traditional treatment is using orthosiphon glandigoris for decrease value of urid acid levels. Keywords:Gout Arthritis, Urid Acid, Orthosiphon Glandiforis References: 15 books (2001-2011), 2 journals, 1 theses, 8 articles Pages: xiv, 67 pages, 7 tables, 3 pictures, 1 grafic, 16 appendices 2 1 Title of thesis 2 Student of School of Nursing Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3 Lecturer of School of Nursing Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta iv

PENDAHULUAN Menurut Darmawan (2008), (Pakar Penyakit Rematik WHO), Arthritis gout (asam urat) adalah salah satu dari 110 jenis penyakit rematik.pada umumnya penderita akan menderita seumur hidup, sebagian tidak kambuh, dan sebagian kecil beberapa kali mengalami kambuhnya arthritis akut.penulis sebagai WHO Expert on the Rheumatic Disease setelah melakukan penelitian sejak 1990 menemukan bahwa kadar asam urat pada pria sehat seharusnya berada di bawah angka 5 mg%. Berdasarkan data The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 2002, jumlah penderita asam urat di Amerika Serikat mencapai 2,1 juta.sebagian besar penderita adalah pria berusia 40-50 tahun (90%) dan wanita (10%) pada masa menopause.menurut Isbagio (2008), di dunia suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya menderita penyakit asam urat adalah pada orang Maori di Australia, sedangkan di Indonesia, prevalensi tertinggi terjadi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Menurut Ekayatun, Mirantim & Khasanah (2010), berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia yang penduduknya menderita asam urat. Sedangkan untuk kota Yogyakarta, prevalensi penduduk yang terkena asam urat tidak diketahui. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara oleh peneliti kepada Ibu Endang yang merupakan salah satu pengelola Penyakit Tidak Menular (PTM) di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengatakan bahwa penyakit asam urat tidak tercatat di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta karena penyakit ini bukan merupakan penyakit menular atau penyakit mematikan. Hal ini merupakan salah satu alasan penyakit asam urat tidak termasuk dalam penyakit yang mendapatkan kebijakan dari pemerintah. Penyakit asam urat itu sendiri bisa menimbulkan banyak komplikasi bagi penderitanya. Menurut Kertia (2009), asam urat merupakan penyakit komplikasi dari hiperurisemia apabila hal ini tidak segera diobati maka akan berakibat terjadinya infeksi. Jika hal ini terjadi di sekitar tofi (timbunan kristal monosodium urat monohidrat di sekitar sendi) yang sudah lama maka akan terjadi infeksi yang akan mengeluarkan banyak nanah, sehingga menyebabkan nyeri hebat, bertambah bengkak, kaku bahkan demam. Jadi, infeksi ini akan memperberat gejala penyakit asam urat. Sedangkan menurut Dalimartha (2008), asam urat pada kondisi kronis akan menyebabkan komplikasi ke ginjal, jantung, infeksi dan lain-lain yang menimbulkan kematian. Selain itu bisa menyebabkan kecacatan tidak terbatas pada sendi, penyakit asam urat juga dapat menyebabkan kecacatan pada organ lain. Menurut Hartyastuti (2009), WHO juga merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Hal ini menunjukkan dukungan WHO untuk back to nature. Berdasarkan data WHO (Juli 2002), perkembangan pemanfaatan obat-obatan tradisional atau pengobatan alternatif di beberapa negara adalah sebagai berikut 75% penduduk Perancis menggunakan pengobatan alternatif; 77% klinik terapi di Jerman menggunakan akupuntur; Pasar untuk pengobatan alternatif di Amerika Serikat mencapai 60 juta USD pertahun; 95% rumah sakit di Cina sudah memiliki klinik tradisional; 70% penduduk India menggunakan obat tradisional; 1

1.120 puskesmas di Thailand sudah memiliki sistem terpadu untuk pengobatan tradisional; 40% penduduk di Indonesia menggunakan pengobatan tradisional; 70% diantaranya adalah di pedesaan. Obat tradisional yang berasal dari tanaman memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia.hal ini disebabkan karena efek dari tanaman obat bersifat alami, tidak sekeras efek dari obat-obatan kimia. Tubuh manusia relatif lebih mudah menerima obat dari bahan tanaman dibandingkan dengan obat kimiawi (Muhlisah, 2007). Menurut Dalimartha (2008), pengobatan herbal atau berbahan baku tumbuhan juga bermanfaat untuk mencegah peninggian dan mengontrol kadar asam urat darah. Dalam dunia pengobatan tradisional Indonesia salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam pengobatan asam urat adalah kumis kucing. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan obat tradisional sebagai obat untuk penderita asam urat yaitu berupa daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth). Daun/herba kumis kucing mengandung orthosiphon glikosida, minyak asiri, minyak lemak, saponin, sapofonin, sejumlah besar garam kalium, mionositol, dan sinensetin.menurut Utami (2010), kandungan ortosifonin dan garam kalium (terutama pada daunnya), merupakan komponen utama yang membantu larutnya asam urat, fosfat, dan oksalat dalam tubuh manusia. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada warga di Kelurahan Ngampilan diketahui bahwa kepedulian, kepekaan serta kesadaran masyarakat terhadap penyakit asam urat itu tidak begitu berarti dibandingkan penyakit-penyakit lainnya seperti hepatitis, diabetes, hipertensi, dan penyakit lainnya. Karena mereka menganggap penyakit itu sepele, mereka tidak meminum obat secara rutin disamping juga tidak adanya penggunaan tanaman atau obat tradisioanal. Mengetahui hal tersebut penelitiakan melakukan penelitian pada tanaman tradisional kumis kucing. Dengan demikian, penulis memberi judul Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kumis Kucing Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Arthritis Gout Di Kelurahan Ngampilan dalam penulisan proposal penelitian ini. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Eksperimen dengan rancangan One Group Pretest Posttest yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi (pre test), kemudian di observasi lagi setelah intervensi(post test) (Nursalam, 2003). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gout di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Jumlah populasi didapatkan dari data Puskesmas Ngampilan Yogyakarta sebanyak 30 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi sampel penelitian. Sampel penelitian ini adalah penderita arthritis gout di Kelurahan Ngampilan. Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan tehnik 2

PurposiveSampling, yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Penentuan jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 10 orang. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan adalah alat Glucose Uric Acid (GU) yang telah dilakukan uji kalibrasi terlebih dahulu. Alat untuk memeriksa asam urat ini memiliki kode standar yaitu 8284. Metode pengolahan data pada penelitian ini, pengolahan data dilakukan mulai dari persiapan pengumpulan data, editing, dan tabulasi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Kelurahan Ngampilan yang menderita arthritis gout sebanyak 30 orang. Dari populasi tersebut kemudian dipilih responden yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian yang ditentukan oleh peneliti,yaitu dengan usia 35-70 tahun,yang nilai kadar asam urat untuk laki-laki >7 mg/dl dan untuk perempuan >6 mg/dl. Berdasarkan data yang telah didapatkan, jumlah subjek penelitian yang sesuai berjumlah 10 orang. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut. Berdasarkan Usia Dari data hasil penelitian, diperoleh karakteristik responden berdasarkan usia seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden No. Usia Frekuensi Persentase 1 2 3 4 35-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 66-75 tahun Total 2 4 3 1 10 20% 40% 30% 10% 100% Sumber: data primer 2012 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak berada dalam rentang usia 46-55 tahun sebanyak 4 responden (40%). 3

Berdasarkan Jenis Kelamin Dari data hasil penelitian, diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1. 2. Laki-laki Perempuan Total 4 3 7 10 30% 70% 100% Sumber:data primer 2012 Berdasarkan Tabel 4.2, sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 7 responden(70%). Analisa Univariat Penelitian ini untuk mengetahui kadar asam urat pada penderita arthritis gout di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta yang ditunjukkan oleh tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kadar Asam urat Selama Dua Minggu No. Pretest Hari ke 4 Hari ke 7 Hari ke 10 Hari ke Perubahan 14 1 11,3 12,8 15 13,1 12,4 Naik 2 7,2 6,8 4,0 4,0 4,5 Turun 3 6,1 4,8 4,6 9,4 4,9 Turun 4 6,9 4,8 3,1 2,8 2,3 Turun 5 8,6 11,3 6,0 7,1 6,9 Turun 6 6,3 6,6 6,0 4,5 4,0 Turun 7 7,1 7,0 7,2 6,4 6,6 Turun 8 6,2 7,0 6,9 6,2 4,8 Turun 9 9,4 9,4 12,4 7,7 7,3 Turun 10 7,1 7,6 9,4 8,0 7,7 Naik Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar asam urat pada responden pada hari ke 4 yaitu 5 responden(50%) mengalami peningkatan kadar asam urat dan 5 reponden (50%) mengalami penurunan kadar asam urat. Pada hari ke 7menunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar asam urat yaitu 4 responden(40%) mengalami peningkatan kadar asam urat dan 6 reponden (60%) mengalami penurunan kadar asam urat. Sedangkan pada hari ke 10menunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar asam urat yaitu 3 responden(30%) mengalami peningkatan kadar asam urat, 6 reponden (60%) mengalami penurunan kadar asam urat dan 1 responden(10%) dengan kadar asam urat tetap dan pada hari ke 14 menunjukkan bahwa hasil pengukuran kadar asam urat yaitu2 responden(20%) mengalami peningkatan kadar asam urat dan 8 reponden (80%) mengalami penurunan kadar asam urat.

Nilai mean dan standar deviasi pre dan post test pada hasil pengukuran kadar asam urat penderita arthritis gout dapat dilihat pada tabel 4.4 adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 Nilai Mean dan Standar Deviasi Pre dan Post test Pada Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Penderita Arhtritis Gout. Mean 5 Std. Deviation Pre test 7,6200 1,66587 Hari ke 4 7,8100 2,77096 Hari ke 7 7,4600 3,78336 Hari ke 10 6,9200 2,94950 Hari ke 14 6,1400 2,77096 Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata asam urat dari 10 respondenyang diteliti adalah sebesar 7,6200 sebelum diberikan air rebusan kumis kucing. Setelah diberikan perlakuan berupa air rebusan kumis kucing nilai rata-rata asam urat pada hari ke 4 sebesar 7,8100, pada hari ke 7 sebesar 7,4600, pada hari ke 10 sebesar 6,9200, dan pada hari ke 14 sebesar 6,1400. Dari tabel 4.4 juga dapat dilihat nilai standar deviasi pada 10 responden sebesar 1,66587 sebelum diberi perlakuan berupa air rebusan kumis kucing. Setelah diberikan standar deviasi pada hari ke 4 sebesar 2,77096 pada hari e 7 sebesar 3,78336, pada hari ke 10 sebesar 2,94950, dan pada hari ke 14 sebesar 2,77096. Uji normalitas Sebelum dilakukan uji bivariat maka akan dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas kolmogorov-smirnov hasil pengukuran kadar asam urat pada penderita Arthritis Gout dengan nilai Asymp.Sig (2 tailed) post test pada hari ke 4 sebesar 0,655, hari ke 7 sebesar 0,679, pada hari ke 10 sebesar 0,966 dan pada hari ke 14 sebesar 0,877. Dari nilai nilai Asymp.Sig (2 tailed) post testpada hari ke 4 sampai hari ke 14, data terdistibusi secara normal karena Asymp.Sig (p > 0,05). Analisa bivariat Tabel 4.6 Hasil Uji Paired t-test Pengaruh Air Rebusan Kumis Kucing Terhadap Kadar Asam Urat Selama Dua Minggu Variabel (Pengaruh air rebusan kumis kucing t hitung t tabel Sig terhadap kadar asam urat) Hari ke 4-0,445 1,833 0,667 Hari ke 7 0,193 1,833 0,851 Hari ke 10 0,980 1,833 0,353 Hari ke 14 2,845 1,833 0,019 Hasil uji Paired t-test pada tabel 4.6 didapatkan bahwa tidak ada pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat pada hari ke 4, 7, dan 10 yang ditunjukkan dengan nilai t hitung pada hari ke 4 sebesar -0,445, hari ke 7 sebesar 0,193, dan hari ke 10 sebesar 0,980 (t hitung < t tabel=1,833) dengan nilai p pada

hari ke 4 sebesar 0,667, hari ke 7 sebesar 0,851, dan hari ke 10 sebesar 0,353 (p>0,05). Sedangkan pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat ditunjukkan pada hari ke 14 yang ditunjukkan oleh nilai t hitung= 2,845 > table = 1,833 dengan nilai p = 0,019 < 0,05. PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat pada penderita arthritis gout di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta.Yang diteliti dalam penelitian ini meliputi kadar asam urat sebelum diberikan air rebusan kumis kucing,kadar asam urat setelah diberikan air rebusan kumis kucing dan pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat. Kadar asam urat sebelum diberikan air rebusan kumis kucing Berdasarkan data yang didapatkan dari 10 responden penyebab tingginya kadar asam urat yaitu akibat dari konsumsi makanan tinggi purin seperti daging, jeroan, bayam, kacang tanah, kerang, kembang kol, buncis, dan kepiting dan juga mengkonsumsi makanan yang mengandung alkohol berlebihan seperti buah alpukad, nanas, mangga dan tape. Hal inilah yang membuat tingginya kadar asam urat dalam darah pada 10 responden di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Kadar Asam Urat Setelah Pemberian Air Rebusan Kumis Kucing Pada penelitian ini dengan jumlah responden sebanyak 10 orang diantaranya laki-laki berjumlah 3 orang (30%) dan perempuan 7 orang (70%). Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan hasil pengukuran nilai rata-rata kadar asam urat setelah diberikan perlakuan selama 2 minggu dengan diberikan air rebusan kumis kucing menunjukkan penurunan kadar asam urat dari nilai rata-rata 7,62 menjadi 6,14. Pada penelitian ini, asam urat dinyatakan turun jika kadar asam urat setelah diberikan perlakuan kadarnya akan lebih rendah dari pada sebelum diberikan air rebusan kumis kucing. Pada penelitian ini peneliti tidak menganjurkan reponden untuk diet atau membatasi konsumsi makanan sehingga dalam hal ini perubahan kadar asam urat tidak dipengaruhi oleh faktor diet makanan tinggi purin. Hasil penelitian pada hari ke 7 seperti pada tabel 4.3 didapatkan hasil 4 responden (40%) mengalami peningkatan kadar asam urat sedangkan 6 responden (60%) mengalami penurunan kadar asam urat.penurunan kadar asam urat yang lebih banyak dibandingkan pada hari ke 4 ini karena efek dari tanaman obat yang lama terhadap tubuh.menurut Muslihah (2007), efek dari tanaman obat bersifat alami, tidak sekeras efek dari obat-obatan kimia. Hasil penelitian pada hari ke 10 seperti ditunjukkan tabel 4.3 didapatkan hasil 3 responden (30%) mengalami peningkatan kadar asam urat, 6 responden (60%) mengalami penurunan kadar asam urat dan 1 responden(10%) tetap kadar asam urat.pada 1 orang responden yang tetap kadar asam urat ini karena proses kerja tanaman kumis kucing yang memerlukan waktu lama pada responden sehingga tidak mengalami perubahan dalam kadar asam urat.selain itu ditunjang pada konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi yang menghambat keluarnya asam urat. Sedangkan pada hasil penelitian pada hari ke 6

14 didapatkan hasil 2 responden (20%) mengalami peningkatan kadar asam urat dan 8 responden (80%) mengalami penurunan kadar asam urat. Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat mengalami penurunan kadar asam urat lebih banyak pada hari ke 14 atau selama 2 minggu setelah diberi perlakuan air rebusan kumis kucing. Ini terbukti dari kandungan kumis kucing seperti yang diungkapkan oleh Agoes (2010), bahwa daun kumis kucing mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat, fosfat dan oksalat dari tubuh. Terutama dari kandung kemih, empedu dan ginjal. Selain itu seperti yang diungkapkan oleh Pramono & Katno (2002), bahwa proses penyembuhan asam urat memerlukan waktu yang lama sehingga penurunan kadar asam urat selama 2 minggu dirasakan lebih mempunyai efek dibandingkan postest sebelumnya. Pengaruh air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat Berdasarkan hasil penelitian selama 2 minggu didapatkan hasil nilai p=0,019 (p<0,005) maka Ha diterima artinya air rebusan kumis kucing mampu untuk menurunkan kadar asam urat pada penderita Arhtritis gout di Kelurahan Ngampilan Yogyakarta. Dari teori yang ada bahwa kumis kucing mengandung orthosiphon glikosida, garam kalium, senyawa flavonoid, minyak atsiri,saponin, dan tanin. Orthosiphonin glikosida mampu memperbanyak produksi urin (diuretik) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah (Dewani & Sitanggang 2006). Menurut Dalimartha (2008), daun kumis kucing mengandung kadar kalium (boorsma) yang cukup tinggi. Unsur kalium dalam tanaman ini sangat berarti dalam membantu tubuh membuang kelebihan asam urat lewat urin dan juga dapat merangsang pengeluaran cairan dalam tubuh yang ini menyebabkan proses pengeluaran kemih lancer, otomatis tekanan darah akan menurun. Kandungan orthosiphonin dan garam kalium ( terutama pada daunnya) merupakan kompenen utama yang membantu larutnya asam urat. Minyak atsiri berfungsi untuk menenangkan syaraf pusat dan menurunkan tekanan darah tinggi. Kandungan saponin dan tanin pada daun kumis kucing bisa mengatasi keputihan. Menurut Kertia (2009), asam urat yaitu asam yang terbentuk akibat metabolisme purin (berasal dari makanan yang mengandung protein) di dalam tubuh. Asam urat dapat dicegah agar tetap normal, menurut Utami (2010) asam urat dapat dicegah dengan cara hindari makanan tinggi purin, olahraga agar berat badan tetap normal, mengurangi minuman dan makanan yang mengandung alkohol. Menurut Dalimartha (2008), penderita hiperuresemia sebaiknya menghindari makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan,udang,kepiting,makanan kaleng,alkohol,buah-buahan yang terlalu masak dan menghasilkan alkohol,melinjo dan emping melinjo. Hasil pemeriksaan kadar asam urat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain obat-obatan dan penyakit gagal ginjal. Dalam penelitian ini faktor-faktor seperti makanan tidak dikendalikan,jadi responden tetap mengkonsumsi makanan sehari-hari sama seperti sebelum diberikan air rebusan kumis kucing.selain faktor makanan faktor lainnya seperti konsumsi obat 7

dikendalikan karena akan menggangu pengaruh hasil pengukuran kadar asam urat dalam darah pada responden. Penelitian ini telah melakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Keterbatasan penelitian hanya menggunakan sampel sebanyak 10 orang sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil penelitian.penelitian ini tidak disertai pembatasan jenis makanan sehingga akan mempengaruhi kadar asam urat responden. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Sebelum diberikan pemberian air rebusan kumis kucing pada penderita arthritis gout rerata kadar asam urat sebesar 7,62 mg/dl. Setelah diberikan pemberian airrebusan kumis kucing selama dua minggu rerata kadar asam urat sebesar 6,14 mg/dlada pengaruh pemberian air rebusan kumis kucing terhadap kadar asam urat pada penderita arthritis gout yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,019 (p < 0,05) dan nilai t hitung sebesar 2,845, t tabel sebesar 1,833 (t hitung > t tabel) pada analisa Paired t-test. SARAN Bagi masyarakat dapat memanfaatkan obat tradisional, seperti air rebusan kumis kucing untuk menurunkan kadar asam urat melalui sosialisasi. Bagi perawat untuk lebih memberikan promosi kesehatan tentang manfaat kumis kucing pada penderita arthritis gout. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak dan membatasi jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat menambah keakuratan hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia, Salemba Medika Buku I, Jakarta. Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta. Darmawan, J. 2008. Komplikasi dan Kematian Dini Akibat Asam Urat oleh John Darmawan Pakar Penyakit Rematik WHO.http://www.elithaeri.net/2008/01/04/komplikasi-dan-kematian-dini-akibat-asam-urat/, diakses tanggal 26 Oktober 2011. Hartyastuti, P. 2009. Pengembangan Strategi dan Sistem Pengobatan Tradisional Sebagai Pelayanan Kesehatan, 2, http://cdbethesda.org, diakses tanggal 25 Oktober 2011 11:50. Kertia, N. 2009. Asam Urat, B First, Yogyakarta. Kurnia, D. 2009. Solusi Tepat Brantas Asam Urat, Cemerlang Publishing, Yogyakarta. 8

Misnadiarly. 2007. Rematik (Asam Urat, Hiperurisemia, Arhtritis Gout), Pustaka Populer Obor, Jakarta. Muhlisah, F. 2007. Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Penebar Swadaya, Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Riwidikdo, H. 2009. Statistik Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Program R dan SPSS, Pustaka Rihama, Yogyakarta. Sugiyono. 2010 & 2011. Statistik Untuk Penelitian, Alfa Beta, Bandung. Tobing. 2010. Patofiologi Asam Urat.http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikelkedokteran/patofisiologi-gout-arthritis/, diakses tanggal 7 November 2011. Utami, F. 2010. Hidup Sehat Bebas Diabetes dan Asam Urat, Genius Publisher, Yogyakarta. Yatim, F. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian (Arhtritis atau Arthralgia), Pustaka Populer Obor, Jakarta. 9