BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SATRESKRIM POLRES Kebumen. Pantai Mekaran Kebumen bahwa: Bangladesh dan Nepal.

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan dan Jawaban atas Wawancara yang Dilakukan Kepada Beberapa Narasumber:

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Sejarah dan Perkembangan UNHCR

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

BAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

PERLINDUNGAN PENGUNGSI LINTAS BATAS NEGARA DI INDONESIA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL 1 Oleh : Vindy Septia Anggrainy 2

dari 3 kasus juga masih dalam proses UNHCR lainnya. Negara-negara ketiga (Canada), Denmark, Finland, Jerman ( Germany), Netherland, Selandia Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELUNDUPAN IMIGRAN DI PERAIRAN INDONESIA DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Monica Kristianti Sitompul, Siti Muslimah, Anugrah Adiastuti

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan yang diakibatkan oleh peperangan. dengan Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of

BAB I PENDAHULUAN. Hukum keimigrasian di Indonesia telah ada sejak pemerintahan Kolonial Belanda. Ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

DAFTAR SINGKATAN. Intergovernmental Committee for European Migration. Intergovernmental Committee for Migration

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk sekitar 231 juta jiwa merupakan negara kepulauan yang memiliki

Analisis Kebijakan Keimigrasian dalam Upaya Pencegahan Penyelundupan Orang dan Imigran Gelap di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia

Missbach, Antje, Trouble transit. UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology. Resensi Buku

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan yang mendasar dan esensial bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak untuk mendatangi dan mendiaminya. Salah satu kawasan

BAB I PENDAHULUAN yang menyatakan bahwasanya setiap orang berhak untuk mencari dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.

BAB III POTENSI ANCAMAN YANG DIAKIBATKAN OLEH HADIRNYA IMIGRAN ILEGAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di muka maka dapat. disimpulkan bahwa:

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENGUNGSI (REFUGEE) DALAM HUKUM INTERNASIONAL FITRIANI / D

BAB I PENDAHULUAN. (born) human beings has inherent dignity and is inviolable (not-to be-violated),

BAB III KEBIJAKAN REGULASI DAN TATA KELOLA PENGUNGSI ASING DI NEGARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. samudera, yaitu samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sehingga

JURNAL WANUA JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS HASANUDDIN Volume 1 No. 3. September-Desember 2016

KONVENSI JENEWA 1951 TENTANG STATUS PENGUNGSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PENERBITAN KARTU IZIN TINGGAL TERBATAS DAN KARTU IZIN TINGGAL TETAP WARGA NEGARA ASING

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

SINERGI UNITED NATIONS HIGH COMMISSIONER FOR REFUGEES

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

BAB III ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENGATASI MASUKNYA IMIGRAN GELAP DI INDONESIA. 3.1 Faktor Masuknya Imigran Gelap Ke Indonesia

PERAN UNITED NATION HIGH OF COMMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DALAM MENANGANI PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH TAHUN

JURNAL PERANAN UNHCR TERHADAP PERLINDUNGAN PENGUNGSI ROHINGYA DI ACEH INDONESIA

BAB III PENANGANANAN PENGUNGSI ROHINGYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA. 3.1Kedatangan Pengungsi Rohingya di Indonesia

Journal of International Relations, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2015, hal Online di

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

URGENSI PENANGANAN PENGUNGSI/MIGRAN ILEGAL DI INDONESIA SEBAGAI NEGARA TRANSIT BERDASARKAN KONVENSI TENTANG STATUS PENGUNGSI

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Commonwealth Australia selanjutnya disebut sebagai 'Para Pihak';

PENYELUNDUPAN MANUSIA: MEMAHAMI DISTORSI ANTARA DILEMA KEMANUSIAAN, KEJAHATAN TRANSNASIONAL, DAN DILEMA KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

JURNAL ILMIAH PERANAN INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM MENANGANI IMIGRAN ILEGAL ASAL TIMUR-TENGAH DI INDONESIA

UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI MASALAH IMIGRAN ILEGAL YANG MENUJU AUSTRALIA TAHUN Abstract

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya:

BAB I PENDAHULUAN. 94, No. 3/4. page: 15 2 Ibid. P Ibid, P. 29.

Kebijakan Pemerintah Indonesia melalui Sekuritisasi Migrasi Pengungsi Rohingya di Aceh tahun

ALASAN INDONESIA-AUSTRALIA BEKERJASAMA DALAM BALI PROCESS UNTUK MENANGGULANGI IRREGULAR MIGRATION

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

URGENSI PENANGANAN PENGUNGSI/MIGRAN ILEGAL DI INDONESIA SEBAGAI NEGARA TRANSIT BERDASARKAN KONVENSI TENTANG STATUS PENGUNGSI

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB III PENUTUP. bahwa upaya Indonesia dalam menangani masalah illegal fishing di zona

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI SUMATERA BARAT PROVINSI RIAU PROVINSI JAMBI RUDENIM PEKANBARU

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan dengan dunia internasional sebagai centre of gravity kawasan

PENUNDAAN RATIFIKASI KONVENSI 1951 DAN PROTOKOL 1967 TENTANG STATUS PENGUNGSI OLEH PEMERINTAH INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

PROSEDUR TEKNIS PERMOHONAN DAN PEMBERIAN VISA KUNJUNGAN DAN VISA TINGGAL TERBATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PUSAT STATISTIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG AKAN BERTOLAK KE LUAR NEGERI.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat di silang lalu lintas dunia. Letak geografis tersebut menyebabkan kini menghadapi masalah besar terkait penyelundupan manusia. Lalu lintas barang, jasa dan juga manusia yang sangat ramai di negeri dengan ribuan pulau ini, kini tampil bak pisau bermata dua bagi Indonesia (IOM, 2009: i). Lalu lintas orang dari dan ke Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu, tercermin dari data perlintasan baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) seluruh Indonesia. Berikut ini adalah contoh perlintasan di Lima Tempat Perlintasan Imigrasi tahun 2008-2009 (Asep Kurnia, 2011: 2) : Tabel 1 Data Perlintasan di Lima Tempat Pemeriksaan Imigrasi Tahun 2008 No. TPI Keberangkatan Kedatangan Jumlah 1. Batam 274.067 249.567 523.634 2. Soekarno- 1.224.669 1.897.013 3.121.628 Hatta 3. Ngurah Rai 763.875 328.996 1.092.871 4. Polonia 201.195 138.630 339.825 5. Juanda 207.386 225.727 433.113 Jumlah 2.671.192 2.839.933 5.511.125 Sumber : Pusat Data Ditjen Imigrasi, 2010

2 Tabel 2 Data Perlintasan di Lima Tempat Pemeriksaan Imigrasi Tahun 2009 No. TPI Keberangkatan Kedatangan Jumlah 1. Batam 212.163 195.090 407.253 2. Soekarno- 2.972.086 2.660.773 5.632.859 Hatta 3. Ngurah Rai 934.300 472.363 1.406.663 4. Polonia 341.129 253.680 594.809 5. Juanda 274.028 239.958 513.986 Jumlah 4.733.706 3.821.864 8.555.570 Sumber : Pusat Data Ditjen Imigrasi, 2010 Seiring dengan meningkatnya lalu lintas manusia, tantangan ke depan semakin berat terkait dengan eskalasi kejahatan transnasional seperti terorisme, sindikat narkotika, imigrasi ilegal (imigran ilegal) dan sejenisnya. Kejahatan-kejahatan tersebut menjadi isu keamanan global dan sangat membahayakan keamanan setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang harus berhadapan dengan permasalahan orang asing pencari suaka dan pengungsi yang masuk dan tinggal di wilayah Indonesia. Meski bukan negara tujuan pencari suaka dan pengungsi biasanya mempunyai tujuan ke Pulau Christmas tapi karena letak geografis yang strategis maka Indonesia sering menjadi tempat persinggahan terakhir sebelum sampai di Pulau Christmas. Kehadiran imigran ilegal tersebut akan memunculkan masalah demografi (kependudukan) dan konflik ekonomi sosial yang kemudian berbanding lurus dengan meningkatnya kriminalitas (Budi Winarno, 2001: 314). Berdasarkan data yang disampaikan oleh International Organization for Migration (IOM), sejak Desember 1999 sampai dengan 30 April 2010 jumlah

3 imigran disetiap dunia yang ditangani IOM sebanyak 7.917 orang, imigran yang pulang secara sukarela ke negara asalnya 1.508 orang, imigran yang dititipkan ke negara ketiga 1.432 orang, imigran dalam pengawasan IOM 1.255 orang, serta imigran lainnya 3.722 orang (Asep Kurnia, 2011: 3). Adapun imigran ilegal yang masuk ke Indonesia dan dalam pengawasan IOM sebanyak 1.255 orang dengan rincian berikut : Tabel 3 Data Imigran Ilegal di Indonesia per 30 April 2010 No. Negara Asal Jumlah Imigran Ilegal % 1. Afghanistan 659 52,5% 2. Srilanka 229 18,2% 3. Irak 186 14,8% 4. Myanmar 60 4,8% 5. Iran 51 4,1% 6. Vietnam 33 2,6% 7. Pakistan 14 1,1% 8. Bangladesh 12 1,0% 9. Negara Lainnya 11 0,9% Jumlah 1.255 100% Sumber : International Organization for Migration, 2010 Secara global, UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugee) memberikan bantuan bagi jutaan orang di seluruh dunia yang meninggalkan negara asal mereka karena konflik. Sampai dengan Desember 2011, UNHCR Jakarta telah menangani 1.006 pengungsi yang terdaftar di Indonesia. Adapun pencari suaka yang telah terdaftar di UNHCR Jakarta adalah sebanyak 7.315 orang (data sampai dengan Februari 2015). Pengungsi dan pencari suaka yang ditangani oleh UNHCR Jakarta tersebut terdiri dari

4 warga negara Afghanistan (59%), Iran (8%), Somalia (8%) dan Iraq (6%) (www.unhcr.or.id). Beberapa waktu yang lalu tepatnya Senin, tanggal 24 Februari 2014 sekira pukul 12.00 WIB di wilayah Pantai Mekaran Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, telah terdampar sebuah kapal sekoci yang membawa 26 ( dua puluh enam) warga negara asing yang berasal dari Irak, Iran, Mesir, Pakistan, Bangladesh dan Nepal tanpa dilengkapi dengan dokumen yang sah (Wawancara dengan Briptu Rudi Sulistiawan, Penyidik Pembantu SATRESKRIM, POLRES Kebumen, 12 Sepember 2015). Setelah dilakukan penyelidikan di Polres Kebumen, akhirnya diketahui bahwa para imigran tersebut bertujuan ke Pulau Christmas (Christmas Island) Australia dengan maksud untuk mencari suaka. Para imigran gelap tersebut diantaranya ada yang benar-benar tidak memiliki passpor serta dokumen perjalanan, namun ada pula imigran yang sudah mempunyai dokumendokumen yang sah namun dokumen tersebut dicuri. Polres Kabupaten Kebumen memperintahkan penanganan para imigran tersebut ke petugas Imigrasi Cilacap. Menurut Pasal 1 ayat (4) pada Draft Peraturan Presiden tentang Penanganan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi bahwa United Nation High Commissioner for Refugees yang selanjutnya disebut sebagai UNHCR adalah Komisariat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa Urusan Pengungsi yang memberikan perlindungan dan bantuan kepada pencari suaka dan pengungsi berdasarkan Memorandum Saling Pengertian dengan Pemerintah Republik Indonesia. Indonesia bukanlah penandatangan Konvensi Pengungsi tahun

5 1951, maka pemerintah telah mengizinkan dua lembaga internasional untuk mengurusi para pencari suaka, yaitu kantor United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) yang mengawasi proses penentuan status sebagai pengungsi, penempatan ke negara ketiga, dan repatriasi, serta International Organisation for Migration (IOM) yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan sehari-hari, meliputi penyediaan makanan, akomodasi, dan perawatan kesehatan (www.suaka.or.id). Berdasarkan uraian di atas penulis ingin meneliti dalam bentuk skripsi dengan judul PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING PENCARI SUAKA DI INDONESIA (Kajian terhadap Imigran Gelap Pencari Suaka yang Terdampar di Pantai Mekaran Kebumen). B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana penanganan terhadap imigran gelap pencari suaka yang terdampar di Pantai Mekaran Kebumen? 2. Apa saja hambatan dalam menangani imigran gelap pencari suaka di Indonesia yang terdampar di Pantai Mekaran Kebumen? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui penanganan terhadap imigran gelap pencari suaka yang terdampar di Pantai Mekaran Kebumen. 2. Mengetahui hambatan dalam menangani imigran gelap pencari suaka di Indonesia yang terdampar di Pantai Mekaran Kebumen.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, terutama di bidang hukum internasional. b. Menjadi sumber informasi dan pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti. 2. Manfaat Praktis a. Memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S1. b. Memberikan kontribusi dan pemahaman bagi masyarakat atau pembaca tentang penanganan orang asing pencari suaka di Indonesia.