BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbudaya. Kegiatan belajar dilaksanakan hari Senin sampai dengan Sabtu.

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ada hubungan antara perilaku asertif dan kontrol diri pada pegawai administrasi sekolah

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER EMOTIONAL AUTONOMY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan mental/psikologis. Penyesuaian dan adaptasi dibutuhkan untuk mengatasi perubahan simultan ini dan usaha untuk membentuk perasaan identitas yang matur (Potter dan Perry, 2005). Masalah yang dihadapi individu pada masa remaja akhir relatif sama dengan masalah yang dihadapi pada masa remaja awal. Perbedaannya terletak pada cara individu menghadapi masalah yang dimaksud. Jika pada masa remaja awal individu sering memperlihatkan rasa marah, sering sangat sedih dan kecewa, maka pada masa remaja akhir, hal yang demikian tidak lagi sering nampak. Umumnya individu yang tengah memasuki masa remaja akhir mulai mampu menghadapi permasalahan dengan lebih tenang dan matang. Ketenangan dan kematangan dalam menghadapi kekecewaan ditunjang oleh adanya kemampuan berpikir logis dan realistis serta kemampuan untuk menguasai perasaan (Khan, 2012). 1

Seseorang yang memiliki ketenangan dan kematangan dalam menghadapi berbagai masalah ditentukan oleh perilaku asertif yang dimilikinya. Hayati (2010) menyatakan dalam penelitiannya bahwa perilaku asertif yang dapat dilihat pada seseorang yaitu mampu mengkomunikasikan pemikiran dan perasaannya dengan baik ketika ada seseorang yang menyampaikan suatu informasi, mampu memberikan saran kepada teman, mengekspresikan perasaannya baik positif maupun negatif. Perubahan selanjutnya yang dapat diamati pada diri seseorang yang memiliki asertif baik adalah mampu mengutarakan keinginannya secara baik, mampu memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan baik, berani berkata tidak jika dipengaruhi untuk berbuat negatif, berani mengambil resiko dan mampu mempertahankan miliknya dengan tidak emosional. Secara pendidikan remaja ditahap akhir berada dalam pendidikan tinggi atau disebut mahasiswa. Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan menimpa dirinya (Djojodibroto, 2004). Seseorang mahasiswa menurut Rosita (2004) dituntut untuk menjadi lebih mandiri, mampu berinisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku. Semua hal tersebut dapat dicapai bila individu dapat berinteraksi secara baik dan dapat berperilaku asertif. Perilaku asertif punya

dampak baik terhadap orang lain ataupun diri sendiri. Dampak terhadap diri sendiri misalnya timbulnya rasa percaya diri pada individu tersebut. Tidak semua mahasiswa dapat berperilaku asertif. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah (Yosep, 2007). Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa asertif merupakan bentuk perilaku untuk menyampaikan perasaan diri dengan kepastian dan memperhatikan komunikasi yang menunjukkan respek pada orang lain. Mahasiswa laki-laki maupun perempuan sadar bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif. Banyak pula mahasiswa yang cemas atau takut untuk berperilaku asertif, atau bahkan banyak individu selain mahasiswa yang kurang terampil dalam mengekspresikan diri secara asertif. Hal ini mendapat pengaruh dari latar belakang budaya keluarga dimana anak remaja itu tinggal, urutan anak tersebut dalam keluarga, pola asuh orang tua, jenis kelamin, status sosial ekonomi orang tua atau bahkan sistem kekuasaan orang tua (Novianti dan Tjalla, 2009). Proses pembentukan perilaku asertif tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal baik itu dari keluarga khususnya orangtua maupun masyarakat sekitar. Komponen pertama dan utama yang diperlukan dalam penanaman perilaku asertif adalah orang tua. Hal tersebut dikarenakan orang tua merupakan figur utama yang paling dekat dengan kehidupan seseorang pada saat masa anak-anak (Sari, 2007). Menurut Hayati (2010) bahwa bimbingan yang diberikan orang tua harus berlangsung dalam suasana penuh

kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Semua dukungan tersebut merupakan jawaban yang nyata untuk mewujudkan tumbuhnya generasi yang unggul di masa yang akan datang. Hasil penelitian Marini dan Andriani (2005) menunjukan bahwa asertivitas remaja dengan pola asuh demokrasi lebih tinggi daripada remaja dengan pola asuh permasif dan otoriter. Orangtua yang menerapkan pola asuh demokrasi membuat suatu tuntutan sesuai dengan kematangan dan menetapkan batas-batas yang wajar. Pada Saat yang sama mereka menunjukan kehangatan dan kasih sayang dan mendengarkan keluhan anak dengan sabar. Sehingga anak akan menunjukan perkembangan emosional, kognitif dan sosial yang positif. Namun, jika orangtua memberikan pola asuh yang salah terhadap anaknya maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku asertif, hal tersebut maka akan merugikan bagi remaja itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Tarkhan, Bazleh dan Sheikmahmoudi (2012) menyimpulkan, kurangnya perilaku asertif menyebabkan ekspresi seperti berbohong, sanjungan, dan konflik non-nyata mengancam cara berpikir seseorang. Cacat pada kemampuan sosial dan kurangnya perilaku asertif membahayakan kesehatan mental seseorang seperti terjadi kecemasan, ketidakmampuan, dan tidak adanya konsep diri, sehingga menyebabkan depresi dan penyakit

psikosomatik dan kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap 20 mahasiswa yang ada di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diperoleh data bahwa ada 6 mahasiswa mengungkapkan bahwa jika dia diajak teman untuk melakukan sesuatu hal yang tidak baik mereka tidak bisa mengungkapkan secara jujur bahwa mereka tidak mau melakukannya karena merasa tidak enak dan takut menyinggung perasaan, 4 mahasiswa yang sesekali mau mengikuti ajakan teman, 5 mahasiswa yang menyatakan bahwa mereka selalu berbicara jujur dan tegas dengan cara meminta maaf bahwa mereka tidak ingin melakukan ajakan teman untuk melakukan suatu hal yang tidak baik, 2 mahasiswa yang sampai saat ini orangtuanya selalu mengajarkan untuk selalu berani mengungkapkan pendapat pada oranglain dan 3 mahasiswa dari masa kanak-kanak sampai saat ini selalu diberikan kebebasan dalam menentukan sesuatu. Peneliti juga melakukan observasi terhadap 8 responden di tempat berkumpulnya mahasiswa diperoleh bahwa ada 4 mahasiswa yang aktif dalam berbicara dan menguasai pembicaraan, 2 mahasiswa pasif terhadap pembicaraan, 2 mahasiswa yang diam saja ketika teman-temannya sedang berbicara. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto Angkatan 2014.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu Bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku asertif mahasiswa keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2014. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku asertif mahasiswa keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden (jenis kelamin, umur dan urutan anak). b. Mendeskripsikan pola asuh orang tua mahasiswa keperawatan S1 angkatan 2014. c. Mengetahui perilaku asertif mahasiswa keperawatan S1 angkatan 2014. d. Mendeskripsikan hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku asertif mahasiswa keperawatan S1 angkatan 2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Diharapkan hasil dari penelitian dapat dijadikan sebuah informasi dan ilmu tambahan bagi responden tentang bagaimana hubungan antara pola asuh dengan perilaku asertif. 2. Bagi Fakultar Ilmu Kesehatan Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam memberikan materi perkuliahan tentang bagaimana hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku asertif. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai refrensi tambahan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sama dengan tema penelitian ini. E. Penelitian Terkait 1. Gunawan (2013) Judul: Hubungan konsep diri, lingkungan dan pergaulan teman sebaya dengan perilaku asertif siswa SMA Negeri 1 Salem Kabupaten Brebes. Tujuan penelitian ini adalah ntuk mengetahui hubungan konsep diri dan lingkungan pergaulan teman sebaya dengan perilaku asertif siswa SMA Negeri 1 Salem Kabupaten Brebes. Metode penelitian ini merupakan penelitian korelasional dan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Salem Kabupaten Brebes tahun 2012 sebanyak 178 orang. teknik

pengambilan sampel proportional random sampling dengan jumlah sampel 64 dan untuk analisa data menggunakan uji chi square. Hasil dari penelitian ini menunjukan ada hubungan antara konsep diri (p value = 0,014), lingkungan (p value = 0,001) dan pergaulan teman sebaya (p value = 0,000) dengan perilaku asertif. Perbedaan dalam peneltian ini adalah variabel bebas (konsep diri, lingkungan dan pergaulan teman sebaya), sampel siswa, tempat penelitian SMA di Brebes, teknik pengambilan sampel proportional random sampling, Persamaan variabel terikat perilaku asertif, cross sectional dan uji chi square. 2. Marini dan Andriani (2005) Judul: Perbedaan asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orangtua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan asertivitas remaja ditinjau dari pola asuh orangtua. Penelitian ini didasarkan pada 4 tipe pola asuh orangtua yaitu pola asuh authotritative, authoritarian, permassive, uninnvolved sedangkan teori asertif digunakan teori Esler, Miler dan Heinsen, Jinshon dan Pinkton dalam Martin dan Polan (1980). Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, data dikumpulkan dengan skala asertivitas dan pola asuh orangtua. Sampel yang digunakan adalah remaja usia 15-18 tahun sebanyak 100 responden yang ada di SMU 01 Medang yang masih memiliki orang tua lengkap. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan uji analisis menggunakan ANOVA.

Perbedaan penelitian ini adalah jenis penelitan lapangan, data dikumpulkan skala asertivitas, sampel 100 responden, jumlah sampel 100, uji analisis dengan uji ANOVA, sedangkan persamaannya yaitu samasama meneliti pola asuh dan perilaku asertif. 3. Karima dan Anindyajati (2012) Judul: Peran harga diri terhadap asertivitas remaja penyalahguna narkoba (penelitian pada remaja penyalahguna narkoba di tempat-tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesignifikansian hubungan serta peran antara harga diri terhadap asertivitas pada remaja penyalahguna narkoba. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik regresi yaitu melihat kesignifikansian hubungan serta peran antara harga diri yang dianggap sebagai variabel prediktor terhadap asertivitas yang dianggap sebagai variabel kriteria. Sampel penelitian ini adalah para residen di beberapa tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba, yang termasuk dalam kategori remaja akhir atau berusia 19-22 tahun, diambil dengan teknik purpossive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui alat ukur berupa angket yang dimodifikasi dari teori Palmer & Froehner untuk skala asertivitas dan Frey & Carlock untuk skala harga diri. Perbedaan penelitian ini yaitu variabel bebas harga diri,variabel terikat asertivitas, teknik sampling purposive sampling, jenis sampel, sedangkan persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti perilaku asertif, pengumpulan data menggunakan kuesioner.