BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya. Hamalik (Jihad dan Haris, 2012: 15) mengatakan tujuan belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengartikannya dalam konteks apa, lingkup apa dan jenjang mana. Secara umum,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berpikir manusia dapat memperoleh informasi, baik informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ghufron dan Risnawita (2010: 38-39) menjelaskan bahwa:

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Syah (Jihad & Haris, 2012: 1) mengatakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku peserta didik yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sudjana (Jihad & Haris, 2012: 2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Slameto (Jihad & Haris, 2012: 2) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slavin (Trianto, 2014: 18) mengemukakan defenisi belajar adalah perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.

Sedangkan menurut Alsa (Ghufron & Risnawita, 2010: 4) berpendapat bahwa belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada setiap manusia yang mengalami proses belajar, relatif menetap dan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Individu adalah satu kesatuan yang masing-masing memiliki ciri khasnya, dan karena itu tidak ada dua individu yang sama. Karena setiap individu memiliki keunikan tersendiri dan tidak pernah ada dua orang yang memiliki pengalaman hidup yang sama persis, hampir dipastikan bahwa gaya kognitif masing-masing orang berbeda satu dengan yang lainnya. Menurut Nasution (2013: 94), gaya kognitif adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang peserta didik dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Sedangkan menurut Ghufron & Risnawita (2010: 42) mendefinisikan bahwa gaya kognitif merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar, atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalaui persepsi yang berbeda. James dan Gardner (Ghufron & Risnawita, 2010: 42) berpendapat bahwa gaya kognitif adalah cara yang kompleks di mana para peserta didik menganggap dan merasa paling efektif dan efisien dalam proses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari. Kolb (Ghufron & Risnawita, 2010: 43) mengatakan bahwa gaya

kognitif merupakan metode yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, sehingga pada prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa, gaya kognitif merupakan cara yang dimiliki oleh setiap individu dalam memperoleh, menanggapi dan mengolah informasi yang diterima sehingga mampu menguasai informasi tersebut dengan baik. Menurut Purnawanto dalam salah satu artikel pendidikan yang dikirim oleh Hafizhusna Gaya Belajar VS Gaya Mengajar mengatakan bahwa, tidak semua anak memiliki gaya belajar yang sama. Meskipun mereka bersekolah dan bahkan berada di dalam kelas yang sama. Kemampuan setiap anak dalam memahami dan menyerap mata pelajaran berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi dan menyimpannya dalam memori otak mereka. Sedangkan menurut salah satu artikel pendidikan Apa Gaya Belajar Anak Anda yang dimuat dalam Kompas.com mengatakan bahwa, tidak semua orang memproses informasi dengan cara yang sama. Itu sebabnya kita perlu mengetahui bagaimana gaya kerja otak diterjemahkan ke dalam gaya belajar yang berbeda-beda pula. Dengan mengenal perbedaan gaya-gaya yang mendasar ini, orang tua dan pendidik akan lebih mudah menemukan referensi gaya-gaya belajar yang paling efektif untuk anak dan peserta didik didiknya. Menurut Ghufron & Risnawita (2010: 38) masalah yang sering dihadapi saat proses pembelajaran yaitu, peserta didik menginginkan proses belajar mengajar yang

sesuai dengan gaya belajarnya. Sebagian peserta didik lebih suka pendidik mereka mengajar dengan menulis segalanya di papan tulis dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Akan tetapi, sebagian peserta didik lain lebih suka pendidik mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan, dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada peserta didik yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Gaya kognitif seseorang menentukan bagaimana dia bisa menyerap informasi melalui inderanya pada saat proses belajar berlangsung, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap suatu informasi yang diberikan. Dengan mengetahui gaya kognitif, dapat memberikan pikiran positif terhadap kemampuan berpikir peserta didik sehingga akhirnya dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar peserta didik itu sendiri. Demikian pula halnya tentang gaya belajar dikatakan oleh Ambrosius S. Forek dalam skripsinya Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta didik Kelas VIID SMPK Sancta Familia Kupang Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa gaya belajar secara parsial, mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya (Juliah, dalam Jihad & Haris, 2012: 15). Setelah melalui proses belajar, maka peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan belajar, yang disebut juga sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar. Sudjana (Jihad & Haris, 2012: 15) berpendapat,

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap manusia yang mengalami proses belajar ataupun dari pengalaman yang dialaminya. Untuk dapat memahami gaya kognitif setiap peserta didik agar hasil belajar yang dicapai dapat dikatakan baik, maka seorang pengajar atau pendidik harus mampu mengolah pembelajaran di dalam kelas dengan baik pula. Pendidik harus mampu memahami karakteristik setiap peserta didik dengan gaya kognitif masing-masing peserta didik yang tidak dapat disamakan dengan teman sebayanya. Pendidik yang professional dituntut untuk dapat menyikapi segala kondisi yang terjadi di sekolah dengan sekreatif dan sebijaksana mungkin. Saat ini banyak sekali model pembelajaran yang ditawarkan untuk membantu pendidik dalam mengelola suatu proses pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran ini maka proses pembelajaran dapat lebih aktif, kreatif dan lebih menyenangkan khususnya dalam pelajaran Fisika. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah, (Problem Based Instruction) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) difokuskan kepada peserta didik, sehingga peserta didik diarahkan menjadi peserta didik yang mandiri, terlibat langsung secara aktif, dan terlibat dalam pembelajaran kelompok. Model pembelajaran ini membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam memberikan alasan dan berpikir ketika mereka mencari data atau informasi agar mendapatkan solusi untuk suatu masalah yang autentik. Menurut Sugiyanto (2009: 152) peran pendidik harus sering memfungsikan diri sebagai

pembimbing dan fasilitator sehingga peserta didik dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Dewey (Trianto, 2014: 64), belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan komunikasi dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukkan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Trianto (2014: 63) mengatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip penggunaan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Ratumanan (Trianto 2014: 64) mengatakan bahwa pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) merupakan suatu model pembelajaran yang mengkhususkan peserta didik untuk mempelajari suatu materi dengan menyelidiki masalah autentik yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan kemudian menemukan solusi atas masalah tersebut berdasarkan hasil penemuan yang ia lakukan sendiri. SMPK St. Theresia Kupang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang saat ini menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan (KTSP) dengan nilai

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran Fisika adalah 70. Dari hasil observasi awal yang dilakukan, ditemukan beberapa masalah di dalam proses pembelajaran, yakni beberapa peserta didik kesulitan dalam menerima informasi yang diberikan pendidik, terdapat perbedaan penerimaan informasi oleh setiap peserta didik. Ada peserta didik yang cepat dalam menerima informasi yang diberikan, ada pula peserta didik yang sangat lambat dalam menerima informasi. Karena perbedaan ini, membuat beberapa peserta didik melakukan keributan selama proses pembelajaran yang hanya dapat dihentikan apabila pendidik mata pelajaran memberikan ancaman berupa pukulan ataupun hukuman yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi cepat lambatnya peserta didik menerima informasi yang diberikan yaitu masih banyak kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa memperhatikan bagaimana karakteristik dari setiap peserta didik, pendidik lebih banyak melakukan pengajaran menggunakan model pembelajaran langsung dengan metode ceramah. Dengan begini banyak peserta didik yang tidak dapat memahami informasi dan pelajaran yang diberikan dengan baik sehingga respon peserta didik sangat rendah selama proses pembelajaran berlangsung yang berakibat pada pencapaian nilai akhir dari proses pembelajaran tidak mencapai nilai KKM. Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat menunjang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sangat global dewasa ini. Di sekolah, pelajaran Fisika diajarkan bukan hanya sekedar agar peserta didik tahu konsep-konsep Fisika, tetapi juga diajarkan agar peserta didik mampu memahami dan menerapkan konsep Fisika dengan hal nyata yang terjadi di dalam lingkungan hidup sehari-hari

dengan melakukan pengamatan, berdiskusi, eksperimen dan mengambil kesimpulan dari kegiatan-kegiatan Fisika yang dipelajari. Kalor merupakan salah satu materi pokok dalam cabang ilmu Fisika pada jenjang SMP kelas VIID semester genap. Pada materi pokok ini peserta didik dituntut untuk bisa menguasai kompetensi dasar Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi ini akan digunakan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk melihat bagaimana peserta didik dapat menemukan masalah autentik yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan bisa mendapatkan solusi untuk masalah yang ditemukan. Berdasarkan uraian di atas, maka ingin dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Materi Pokok Kalor pada Peserta didik Kelas VIID SMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran 2015/2016 B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan umum dari penelitian ini adalah: Adakah Pengaruh dari Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Materi Pokok Kalor pada Peserta didik Kelas VIID SMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran 2015/2016 Secara spesifik, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction)?

2. Bagaimana ketuntasan indikator yang dicapai dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction)? 3. Bagaimana hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction)? 4. Bagaimana deskripsi gaya kognitif peserta didik di kelas VIID SMPK St.Theresia Kupang tahun ajaran 2015/2016? 5. Adakah pengaruh yang signifikan antara gaya kognitif terhadap hasil belajar peserta didik SMPK St. Theresia Kupang tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan dan Menyelidiki Pengaruh Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar dengan Menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Materi Pokok Kalor pada Peserta Didik Kelas VIID SMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran 2015/2016 Secara spesifik, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kemampuan pendidik dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction). 2. Mendeskripsikan ketuntasan indikator yang dicapai dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction). 3. Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction).

4. Mendeskripsikan gaya kognitif peserta didik kelas VIID SMPK St. Theresia Kupang tahun ajaran 2015/2016. 5. Menyelidiki pengaruh gaya kognitif terhadap hasil belajar peserta didik SMPK St. Theresia Kupang tahun ajaran 2015/2016. D. Batasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan antara lain: 1. Gaya Kognitif Gaya kognitif merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Pada penelitian yang akan dilakukan, gaya kognitif yang akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil belajar adalah gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Gaya kognitif field dependent adalah gaya kognitif yang dipengaruhi oleh lingkungan sedangkan gaya kognitif field independent adalah gaya kognitif yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (problem based instruction) Model pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. 4. Kalor Kalor merupakan energi yang berpindah dari suhu yang tinggi ke suhu yang lebih rendah E. Lingkup Penelitian Adapun lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Sampel penelitian adalah peserta didik kelas VIID SMPK St. Theresia Kupang Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Perlakuan kurang dari satu semester yaitu pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 materi pokok Kalor. F. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik a. Meningkatkan semangat belajar b. Mengetahui gaya kognitif masing-masing c. Meningkatkan peran aktif dalam proses pembelajaran d. Meningkatkan hasil belajar

2. Bagi pendidik a. Sebagai bahan refleksi agar dapat mengetahui gaya kognitif masing-masing peserta didik sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik b. Sebagai bahan refleksi agar dapat memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik c. Sebagai bahan refleksi agar mengetahui masalah-masalah yang dialami peserta didik sehingga menghambat proses pembelajaran 3. Bagi peneliti a. Agar memiliki pengetahuan yang luas mengenai gaya kognitif masing-masing peserta didik sehingga mampu mengatasi masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran ketika sudah menjadi pendidik b. Agar memiliki pengetahuan tentang model pembelajaran berdasarkan masalah dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya khususnya dalam pelajaran Fisika.