Ibe S. Palogai
ODA DAN KANKER YANG MENYEMBUHKAN Oleh: Ibe S. Palogai Aku membayangkan wajahmu buah dada yang terjangkit kanker stadium wafat sedang aku adalah seorang oda yang diasingkan oleh orang-orang Tak usah kau takar sakitnya bukankah kita pernah sepakat mencintai tanpa harus bercinta? lalu apa guna kemaluan tanyamu dengan menanggalkan pakaian memperlihatkan buah dada yang penuh luka puting yang tak beres tapi kekasihku, itu telaga, tempat anak kita kelak belajar berenang Apakah aku harus menyiapkan tumpukan kondom agar oda ini tak tertular, tapi aku ingat, menyiumpun dapat menularkan penyakit ini lalu apa nikmat sebuah hubungan badan jika tak berciuman? atau kita hanya bertelanjang badan dan membiarkan para mani keluar dengan sendirinya tidak, aku tidak ingin oda ini tertular kepadamu 25 tahun berlalu Kita sudah tua, aku tetap dengan oda dan kau masih setia dengan kanker kita kian larut menikmati cibir orang-orang yang keluar dari bibirnya
menjadi limbah pada perasaan kita menghujat penyakit yang kita bahkan sudah lupa kita ini penganut agama penyakit begitu kata orang Kita sudah merawat luka sampai sejauh ini sengan setia mencintainya seperti para pengukur sudut yang selalu membawa teodolit terima kasih telah menyiapkan satu masa yang panjang untuk tetap menjadi penyakit yang menyembuhkanku Makassar Januari 2014
MAAFKAN AKU UNTUK PUISI Oleh: Ibe S. Palogai Pada bagian ini kau mungkin senang berbasa-basi menciptakan keremunan perasaan tak pasti untuk sesuatu yang orang kejar mati Kau menebar wajah ke semua kumis lelaki mengumbar pesona parfum istimewa belahan dadamu mengampuni mata orang-orang dari kejijikan limbah kota dan polusi perusahaan-perusahaan yang macet mencemari sungai, lautan, udara, juga perasaan kita Awalnya, aku tumpahkan semua warna yang kau pilih katanya, agar yang indah bukan hanya pelangi namun akhirnya, tak ada yang bisa mengampuni para penyembah buah dada dari serangan beha dan lenaan belalai gajah yang senang menusuk kemaluan para janda maafkan aku untuk puisi ini terlalu banyak perempuan janda maupun perawan yang aku sebut-sebut membawanya seperti hinaan para penyenang kemungkinan
yang menyulam diri dari cairan ajaib milik lelaki ketika menyentuh janinmu akan lahir nabi-nabi baru kelak, mereka bergotong royong menghapus jejak kenabiannya dengan perampokan, pembunuhan, pencurian, juga korupsi ia melakukannya dengan senang hati sekadar pembuang basa-basi Makassar Januari 2014
KOTA YANG PUTUS CINTA BERJUTA TAHUN LAMANYA Oleh: Ibe S. Palogai Di kotaku, rindu diadaptasi menjadi kebencian orang gemar meninggalkan kiblat, menemukan cinta barunya saling menikam, bahkan memakan mirip adegan orang-orang depresi akibat putus cinta yang mewarnai tivi rumahku mungkin juga tivi rumahmu Orang-orang mencemari halaman rumah bertumpuk sampah organik sisa belanja bulanan mereka menerima gaji untuk membayar utang dari pemuka agama, makelar hidup, dan para pandai kata menggadaikan hari-hari penting dalam hidupnya untuk menakar selama apa ia bisa bertahan Pada mulanya, orang gemar saling mengunjungi. menyapa dan berbagi makanan tapi tamu abad milenium memudahkan dapurnya mengubah jagung, ubi rebus, dan songkolo menjadi kfc, mcd, atau apapun labelnya Orang-orang kemudian mendirikan pagar setinggi leher saling curiga, iri hati, mengintai, dan membenci kita telah kehilangan rasa cinta
Mungkin kita butuh gempa bumi yang disusul tsunami agar rumah-rumah tinggi itu membuka pintunya menjadikan kediamannya sebagai tempat yang aman Makassar Januari 2014
PEREMPUAN YANG MENUNGGU MATA PISAU Oleh: Ibe S. Palogai Seperti kerata api yang lincah berhenti di stasiun kau selalu membuka pintu tiap telingamu mendengar derap kaki meski hanya desis angin ribut yang mengacak-acak halamanmu menerbangkan ranting patah, daun-daun, juga pembungkus plastik yang sengaja kau letakkan di kiri pot bunga kamboja di terasmu kau adalah penunggu yang ramah juga setia Seorang lelaki berjubah hitam dan mengenakan topi seniman yang kau temui di pasar malam ia berjanji akan datang ke rumahmu membawa kopi juga puisi-puisi yang ingin kau dengar ia bacakan untukmu membawamu masuk ke dalam dunia yang tak kau kenal sama sekali Ini hari kesembilan kau menantinya seorang lelaki aneh yang berhasil menarikmu ke sebuah lengkungan membuatmu merasa berarti kau selalu menyimpan selusin pembenaran mungkin ia sedang tersesat, atau menghadapi masalah besar kau meyakininya seperti sarang merapati selalu percaya bahwa pemiliknya pasti akan kembali
Namun kau benar, lelaki itu datang bersama seorang perempuan jarinya bercincin sama, sedang saat itu kau butuh teman untuk bercinta melampiaskan banyak hari dalam hidupmu yang bukan kebahagiaan itu terasa menyakitkan, akhirnya kau berlari ke dapur membawa dirimu ke dalam dunia yang tak kau inginkan sebenarnya, aku hanya menunggu pisau untuk diriku katamu sambil mencocokkan tulang rusukmu dan sebilah pisau dapur yang merah Makassar Januari 2014