BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan kronik dan berulang. Prevalensi pasien skizofrenia pada populasi umum hampir sama di berbagai negara yaitu berkisar 1% dan dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di seluruh dunia (Kaplan dan Sadock, 2007). Gangguan skizofrenia itu sendiri merupakan masalah bagi penderita maupun keluarga karena ditemukan adanya hendaya nyata pada taraf kemampuan fungsional dapat terlihat dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial dan kemampuan merawat dirinya sendiri dan bidang lainnya. Penurunan pada fungsi sosial, perawatan diri dan fungsi pekerjaan menjadi kriteria untuk mendiagnosis skizofrenia pada berbagai sistem diagnostik (Kaplan dan Sadock, 2007; Eric et al., 2015). Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap masalah skizofrenia menunjukkan kepatuhan terapi farmakologis berperan penting untuk menghilangkan gejala psikotik pada skizofrenia. Dimana prevalensi pengobatan dengan antipsikotik 70-80% merupakan lini pertama pada orang yang terdiagnosis skizofrenia (Novick et al., 2015). Dari hasil penelitian ditemukan sekitar 50% dari skizofrenia merespon dengan baik untuk kepatuhan terapi. Ketidakpatuhan dapat disebabkan dari pasien yang menolak 1
2 untuk mengambil obat karena merasa tidak membutuhkan obat atau pasien yang mengakui membutuhkan obat tetapi ketidakpatuhan karena lupa, kendala keuangan atau ekonomi (El-Mallakh et al., 2015). Berbagai penelitian menjelaskan tentang lima dimensi kepatuhan terapi pada pasien skizofrenia yaitu faktor yang terkait penyakit, pasien, terapi, lingkungan, persepsi dokter/tenaga medis (Higashi et al., 2013). Ketidakpatuhan terapi merupakan kontribusi penting untuk kekambuhan dan rehospitalization, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai penelitian. Efek samping dari obat-obatan dapat menjadi tidak nyaman, dan dalam beberapa kasus berbahaya, dan menjadi kontribusi untuk ketidakpatuhan terapi. Meskipun efek samping obat umum terjadi, ada banyak pilihan terapi yang tersedia untuk manajemen terapi, dan manajemen farmakologis yang efektif dapat menghilangkan efek samping. Dalam rangka efektif untuk mengatasi masalah ini, efek samping harus pertama terdeteksi. Oleh karena itu, efek samping obat harus rutin dinilai pada pasien yang menerima terapi farmakologis (Kaplan dan Sadock, 2007). Pada sebuah penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa terapi farmakologis dan intervensi psikososial telah diberikan secara dini untuk orang yang mengalami skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya, dan dapat meningkatkan prognosis bahkan membantu mencegah kronisitas penyakit. Lima kategori utama dari intervensi psikososial yaitu terapi kognitif, program psikoedukasi, intervensi keluarga, program pelatihan keterampilan sosial dan manajemen kasus (Wai et al., 2013).Dalam tiga dekade terakhir, pelatihan
3 keterampilan sosial menjadi perhatian besar oleh praktisi dan peneliti rehabilitasi psikiatri. Pada penelitian sebelumnya berbagai jenis pelatihan keterampilan sosial melalui suatu modul pelatihan telah diformulasikan untuk penderita skizofrenia (Hector et al., 2010). Pelatihan keterampilan sosial dapat dilakukan secara individu maupun kelompok (Catherine et al., 2015). Pelatihan keterampilan sosial merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip bermain peran, praktek dan umpan balik guna meningkatkan kemampuan pasien dalam menyelesaikan masalah depresi, skizofrenia, fobia sosial, kecemasan dan gangguan perilaku kesulitan berinteraksi (Mutia et al., 2016). Dalam penelitian pelatihan keterampilan sosial ini diharapkan dapat menunjang terapi biologi untuk mengurangi gejala, meningkatkan kepatuhan terapi, mengoptimalkan hasil terapi dan meningkatkan adaptasi sosial sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien skizofrenia. (Ibrahim et al., 2015). Penelitian pelatihan keterampilan sosial ini pernah dilakukan oleh Murtini, 2012 dengan judul penelitian keefektifan social skill training untuk menurunkan tanda dan gejala pada pasien skizofrenia, modul pelatihan tentang percakapan dasar dan perawatan diri. Pelaksanaansocial skill training dilakukan dalam 8 sesi yaitu 4 sesi modul percakapan dasar dan 4 sesi modul perawatan diri. Hasil penelitian didapatkan bahwa social skill training(sst)efektif untuk menurunkan dan memperbaiki tanda dan gejala pada pasien skizofrenia.
4 Di samping faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi, peran perawat dalam meningkatkan kepatuhan terapi pasien skizofrenia menjadi sangat penting. Alasannya perawat yang lebih sering langsung berinteraksi dengan pasien dan memberikan obat setelah diresepkan oleh dokter, sehingga apa yang dialami oleh pasien selama pengobatan terpantau oleh perawat. Bila terjadi efek samping obat atau kegawatan psikiatri akibat efek samping obat perawat yang lebih dahulu mengetahui keadaan pasien dan segera konsul pada dokter yang merawat (Higashi et al., 2013). Sehingga perlu meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan perawat tentang manajemen medikasi dalam menjalankan tugas/perawatan pasien skizofrenia di ruang rawat inap, untuk lebih terampil bila terjadi efek samping obat. Selain itu hubungan terapeutik dan komunikasi yang baik antara perawat dan pasien akan memudahkan penyelesaian masalah terapi terutama tentang ketidakpatuhan pengobatan. Perawat dan pasien dapat mendiskusikan obat yang paling tepat atau sesuai dengan kondisi pasien, dan memberi kesempatan pasien untuk memilih terapi yang paling tepat untuk dirinya, obat oral atau obat suntik yang kemudian disampaikan dan didiskusikan dengan dokter yang merawat, sehingga kepatuhan terapi akan tercapai sesuai yang diharapkan, dan akhirnya berdampak pada penurunanan kekambuhan, rehospitalization dari pasien skizofrenia (Catherina et al., 2015 ; Sainza et al., 2016 ; Higashi et al., 2013)
5 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang modul pelatihan keterampilan sosial (manajemen medikasi) dan aplikasinya pada perawat RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah modul manajemen medikasi dalam pelatihan keterampilan sosial dapat diaplikasikan pada perawat untuk meningkatkan kepatuhan terapi. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kemamputerapan modul manajemen medikasi pasien skizofrenia dalam pelatihan keterampilan sosial pada perawat. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis a. Dapat menambah khasanah pengetahuan tentang modul manajemen medikasi dalam pelatihan keterampilan sosial b. Memperluas dan memperdalam bidang intervensi psikososial khususnya pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kepatuhan terapi pasien skizofrenia. c. Dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya tentang pelatihan keterampilan sosial pada pasien yang mengalami gangguan jiwa pada umumnya dan pasien skizofrenia pada khususnya.
6 2. Manfaat praktis a. Bagi pasien skizofrenia, diharapkan dapat dijadikan sebagai terapi tambahan/terapi psikososial yang dapat menunjang farmakoterapi (obat antipsikotik). b. Bagi rumah sakit secara umum, dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tatalaksana secara komprehensif pada pasien skizofrenia. c. Bagi terapis, dapat menjadi pedoman dalam meningkatkan kompetensi terapi psikososial khususnya pelatihan keterampilan sosial.