BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dunia usaha dalam perekonomian pasar bebas sekarang ini semakin ketat.hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan bertambahnya jumlah unit usaha ataupun meningkatnya kegiatan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan pasar.pemerintah telah memberikan berbagai kemudahan untuk dapat lebih meningkatkan kegiatan ekonomi, seperti halnya memberikan bantuan permodalan dan memberikan ijin untuk usaha. Modal sangat dibutuhkan bagi kelangsungan suatu usaha, hal ini juga yang merupakan kendala yang sering dihadapi oleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus menjual saham kepada masyarakat luas jika ingin memiliki modal yang besar untuk mengembangkan perusahaan. Perusahaan go public adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek yang menawarkan sahamnya kepada investor. Sering juga disebut sebagai emiten atau issuer. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang bersangkutan dalam menggerakan berbagai kebijakan ekonominya seperti kebijakan fiskal dan moneter. Selanjutnya dari kebijakan yang diterapkan 1
2 tersebut kondisi stimulus dan bahkan sustainability bisa diperoleh dengan efek lebih jauh mampu memberikan kontribusi positif pada penambahan pendapatan negara terutama dari segi pendapatan pajak (tax income) Pasar modal merupakan sarana yang efektif untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan instrumen keuangan penting dalam suatu perekonomian,yang berfungsi memobilisasi dana dari masyarakat ke sektor produktif (perusahaan). Peran intermediasi keuangan dari masyarakat ke unit usaha tersebut dimaksudkan untuk mencapai kemakmuran. Fahmi (2012) menjelaskan pasar modal merupakan tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Kehadiran pasar modal memperbanyak alternatif pilihan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana (khususnya dana jangka panjang). Hal ini berarti keputusan pembelanjaan semakin bervariasi, sehingga struktur modal perusahaan dapat dioptimalkan. Sementara itu, bagi investor pasar modal akan dapat mempermudah para investor dengan melakukan investasi dalam beberapa instrumen investasi sekaligus untuk mengurangi risiko (Permadhy, 2005). Pasar modal memainkan peranan yang penting dalam dunia perekonomian, peran pasar modal dari sisi perusahaan adalah tersedianya dana dari investor ke perusahan sedangkan dari sisi investor diharapkan akan
3 dapat pengembalian return dari penyetoran dana tersebut. Return merupakan suatu tingkat keuntungan investasi. Tandelilin (2007) membagi return menjadi dua macam, yaitu expected return dan realized return. Keinginan investor untuk memperoleh return juga terjadi pada investasi dalam asset financial. Suatu investasi asset financial menunjukkan kesediaan investormenyediakan sejumlah dana pada saat ini untuk memperoleh sebuah aliran dana pada masa yang akan datang sebagai kompensasi atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan risiko yang tertanggung. Dengan demikian para investor sedang mempertaruhkan suatu nilai sekarang untuk sebuah nilai yang diharapkan pada masa yang akan datang. Para investor dalam asset financial juga mengharapkan return yang maksimal. Harapan untuk memperoleh return yang maksimal tersebut diusahakan agar dapat terwujud dengan mengadakan analisis dan upaya tindakan-tindakan berkaitan dengan investasi dalam sahamnya. Dalam memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang akan didapat, investor terlebih dahulu akan melakukan penelitian terhadap kinerja perusahaan. Kinerja keuangan akan menentukan tinggi rendahnya harga saham dipasar modal. Berarti return saham juga ditentukan oleh kinerja keuangan perusahaan. Untuk itu investor perlu melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan, baik dilakukan sendiri atu pun dengan bantuan broker atau pialang. Menurut Fahmi (2012), pialang adalah perantara antara pembeli dengan penjual sekuritas.
4 Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan sudah dapat bermanfaat untuk memprediksi harga atau return saham dipasar modal, termasuk kondisi keuangan perusahaan di masa depan, adalah dengan cara melakukan analisis rasio keuangan. Laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. (Harjito & Martono, 2008) Ukuran umum yang digunakan para investor dalam menilai kinerja perusahaan adalah analisis rasio keuangan.rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental. Bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio keuangan yang relevan sesuai dengankeputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi keuangan perusahaan yang didapat digunakan untuk memprediksi returnsaham. Rasio keuangan yang dapat dipakai untuk memprediksi return saham antara lainrasio profitabilitas, solvabilitas dan rasio pasar. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka investor haruslah bersedia menanggung risiko yang tinggi pula (high riskhigh return). Risiko dan returnbagaikan dua sisi mata uang
5 yang selalu berdampingan.artinya, dalam berinvestasi disamping menghitung return yang diharapkannya, investasi juga harus memperhatikan risiko yang ditanggungnya. Risiko pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.risiko sistematis disebut juga dengan risiko pasar (market risk) atau risiko yang tidak dapat dibagi (nondiversiable risk) merupakan risiko yang berasal dari kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat didiversifikasikan yang dinyatakan dalam beta (β). Sedangkan risiko tidak sistematis adalah bagian dari risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi.risiko ini terkadang disebut juga risiko unik (unique risk), risiko residual (residual risk) atau risiko khusus perusahaan, Nilai beta dari suatu perusahaan dipergunakan sebagai indikator untuk mengetahui risiko yang berkaitan dengan hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dalam pasar. Risiko ini berasal dari faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar terhadap saham perusahaan tersebut, dan selanjutnya menjadi variabel penentu tingkat pengembalian investasi. Tingkat pengembalian yang diharapkan investor merupakan jumlah probabilitas keuntungan pada serangkaian yang mungkin terjadi.untuk keperluan tersebut investor memerlukan alat ukur yang memadai terhadap proyeksi keuntungan perusahaan di masa mendatang dengan tingkat probabilitas yang berbeda-beda.
6 Data return saham pada sector property, return saham cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor seperti tingkat suku bunga, kondisi perekonomian, dan faktor fundamental dari perusahaan tersebut.faktor fundamental merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga saham.oleh karena itu para investor diharuskan dapat menganalisa terlebih dahulu kinerja keuangan perusahaan yang sahamnya ingin dibeli untuk meminimalisir risiko yang di hadapi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Beta Saham dan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel independen. Berikut merupakan tabel pengaruh kenaika atau penurunan variabel independen terhadap variabel dependen. GAMBAR 1.2 KONDISI NPM 2011-2015 KENAIKAN DAN PENURUNAN VARIABEL LPCK Return NPM DER BETA PBV 2011 - - - - - 2012-2,729970 11,63-0,18-0,378084 0,31 2013-0,290048 4,30-0,19 0,107040 0,04 2014 0,621705 2,62-0,51 0,421666 1,03 2015-1,436218-3,95-0,10-0,551617-1,51 Terlihat pada tabel di atas bahwa terdapat perbedaan hasil pengaruh kenaikan dan penurunan variabel NPM, DER, Beta dan PBV terhadap return saham dengan pendapat dan hasil yang dikemukakan oleh penelitian terdahulu sebelum penelitian ini dilakukan yaitu sebagai berikut.
7 Net Profit Margin (NPM) yang tinggi memberikan sinyal akan keberhasilan perusahaan dalam mengemban tugas dari pemiliknya. Perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan akan mempengaruhi investor maupun calon investor untuk melakukan investasi. Investor akan bersedia membeli saham dengan harga lebih tinggi apabila memperkirakan tingkat Net Profit Margin (NPM) perusahaan naik, dan sebaliknya investor tidak bersedia membeli saham dengan harga tinggi apabila nilainet Profit Margin (NPM) perusahaan rendah. Net Profit Margin (NPM) perusahaan yang meningkat akan menyebabkan investor memburu suatu saham perusahaan akibatnya return perusahaan tersebut akan meningkat pula. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anistia Nurhakim S, Irni Yunita & Aldilla Iradianty (2015) menyatakan bahwa NPM berpengaruh signifikan terhadap retun saham. Yang artinya jika NPM mengalami kenaika Return Saham juga akan mengalami kenaikan. Tetapi pada Tabel 1.1 pada tahun 2012 dan 2013 NPM mengalami kenaikan sedangkan Return Saham mengalami penurunan, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyataka NPM memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur). Peningkatan beban terhadap kreditur akan
8 menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak ekternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return perusahaan juga semakin menurun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agung Sugiarto (2011) menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap retun saham, yang artinya Return akan mengalami kenaikan jika DER mengalami penurunan. Tetapi terliat pada Tabel 1.1 pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 disaat DER mengalami penurunan Return juga mengalami penurunan, seharusnya disaat DER mengalami penurunan Return akan mengalami kenaikan, karena DER bersifat negatif terhadap return saham. Fluktuasi harga saham menunjukan risiko sistematis dari saham tersebut, semakin besar return suatu saham berfluktuasi terhadap return pasar, maka risiko sistematisnya akan lebih besar, demikian pula sebaliknya, semakin kecil fluktuasi return suatu saham terhadap return pasar, semakin kecil pula beta saham tersebut. Karena fluktuasi juga sebagai pengukur risiko, maka beta bernilai 1 menunjukan bahwa risiko sistematik suatu sekuritas atau porto folio sama dengan risiko pasar. Eddy Sutjipto (2008) variabel beta (risiko pasar) mempeunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return. Tetapi pada Tabel 1.1 tahun 2013 Beta mengalami kenaikan
9 sedangkan Return Saham mengalami penurunan, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyataka Beta memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. PBV menggambarkan seberapa besar pasar para investor menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Oleh karena itu dapat diartikan bahwa makin tinggi rasio PBV, makn tinggi apresiasi pasar terhadap prospek perusahaan, namun disisi lain kenaikan atau tngginya rasio PBV dapat juga berarti menngkatnya resiko bagi investor. Secara teoritis rasio PBV yang wajar adalah sebesar dua kali atau dengan kata lain harga saham dikategorikan masih wajar dalam kaitan dengan tingkat resiko investasi apabila harga saham perusahaan adalah dua kali nilai buku suatu perusahaan.menurut penelitian yang dilakukan oleh Agung Sugiarto (2011) menyatakan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap retun saham. Tetapi pada Tabel 1.1 pada tahun 2012 dan 2013 terlihat PBV mengalami kenaikan sedangkan Return Saham mengalami penurunan, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyataka PBV memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Permasalahan diatas yang dijadikan peneliti sebagai ukuran pengambilan keputusan untuk melakukan pengujian. Sehingga penelitian ini menggunakan variabel Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio
10 (DER), Beta Saham dan Price to Book Value (DER) sebagai alat ukur terhadap Return Saham. Dalam hal ini penulis memilih sector property dikarenakan disaat perekonomian Indonesia sedang lesu pada awal sampai pertengahan tahun 2015 banyak kinerja perusahaan terbuka (emiten) yang terkena imbas ekonomi lesu.namun tidak semua emiten mencatat kinerja yang buruk, juga terdapat emiten di sector property yang mencatatkan kinerja baik beberapa emiten property yang mencatat pertumbuhan laba positif di antaranya PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Mega Politan Development Tbk (EMDE), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), PT Lippo Karawaci Cikarang (LPCK). Menurut Kepala Riset NH Korindo Reza Priyambada hal tersebut dikarenakan sector property terbantu dengan kenaikan harga (jual property). Kinerja keuangan merupakan salah satu sentimrn yang mempengaruhi harga saham. Berdasarkan latar belakang tersebut dan bertitik tolak pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang STUDI EMPIRIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI.
11 B. Pembatasan Masalah Guna membatasi adanya masalah yang timbul dan untuk memecahkannya dengan baik maka peneliti melakukan pembatasan masalah yaitu. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return Saham terdapat 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Yang terdiri dari: 1. Faktor internal terdiri dari Net Pofit Margin (NPM) yang merupakan indikator dari rasio profitabilitas dan Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan indikator rasio solvabilitas. 2. Faktor eksternal terdiri dari Beta Saham yang merupakan indikator dari risiko sistematis dan Price to Book Value (PBV) yang merupakan indikaor dari rasio pasar. C. Perumusan Masalah Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. ApakahNet Profit Margin (NPM) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan properti di BEI? 2. ApakahDebt To Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan properti di BEI?
12 3. Apakah Beta Saham berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan properti di BEI? 4. ApakahPrice to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan properti di BEI? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah Net Profit Margin (NPM), berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Untuk mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER), berpengaruh signifikan terhadap return saham. 3. Untuk mengetahui apakah Beta Saham berpengaruh signifikan terhadap return saham. 4. Untuk mengetahui apakah Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap return saham.
13 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lainsebagai berikut: 1. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dari bidang dan hasil penelitian. 2. Bagi Perusahaan dan calon investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan investasi yang tepat dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam upaya meningkatkan laba perusahaan. 3. Bagi Pembaca dan Pihak-Pihak lainnya, sebagai bahan referensi dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis berikutnya.