PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 09 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN, MEMUTUSKAN :

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2003 TENTNAG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 18 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2010 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 04 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 7

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 24 TAHUN 2011 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN KOLONG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DAM PESISIR DALAM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR DENG AN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN, PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi hajat hidup orang banyak, sehingga perlu dilakukan pengelolaan, pengawasan dan pengujian terhadap kualitas air secara intensif dan terus-menerus agar bermanfaat bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan, Pengawasan dan Pengujian Kualitas Air; : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 5059); 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Limbah Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4153); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Bangka Selatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2008 Nomor 9); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN dan BUPATI BANGKA SELATAN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN, PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KUALITAS AIR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 5. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan. 6. Instansi adalah lembaga Perangkat Daerah yang mempunyai fungsi dan tugas pokok di bidang pengelolaan, pengawasan dan pengujian kualitas air. 7. Pengelolaan Kualitas Air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.

8. Pengawasan Kualitas Air adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pengamatan sarana, pemeriksaan contoh air, rekomendasi dan saran tindak lanjut hasil pemeriksaan. 9. Pengujian Kualitas Air adalah kegiatan pengujian contoh air secara fisik, bakteriologis dan kimia yang dilakukan dilaboratorium. 10. Sumber Air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. 11. Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan/atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan. 12. Kelas Air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. 13. Kriteria Mutu Air adalah tolok ukur mutu untuk setiap kelas air. 14. Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar makhuk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya didalam air. 15. Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air cekungan tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. 16. Air Minum adalah air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga, air yang didistribusikan melalui tangki air, dan air yang digunakan untuk produksi bahan makanan yang disajikan kepada masyarakat melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 17. Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. 18. Air Kolam Renang adalah air dalam kolam renang yang digunakan untuk olahraga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. 19. Air Pemandian Umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian bagi umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. 20. Air Permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai, danau, lahan basah atau laut.

21. Perusahaan Daerah Air Minum adalah perusahaan yang mengolah air menjadi air bersih sehingga layak untuk keperluan rumah tangga. 22. Contoh Air adalah sebagian air yang diambil sebagai bahan untuk keperluan pemeriksaan laboratorium. 23. Laboratorium adalah tempat untuk melakukan pemeriksaan contoh air secara fisik, mikrobiologi dan kimia yang disediakan oleh Pemerintah Daerah atau milik swasta yang ditunjuk oleh Bupati. 24. Pengelola Air adalah orang pribadi atau badan usaha yang memproduksi dan/atau menyalurkan air, atau bergerak pada bidang usaha yang menggunakan air sebagai sarana utama/pokok. 25. Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. 26. Beban Pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah. 27. Daya Tampung Beban Pencemaran adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemar tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. 28. Air Limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud air. 29. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air suatu usaha dan/atau kegiatan. 30. Petugas adalah tenaga sanitarian yang mempunyai tugas pengawasan kualitas air. 31. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perijinan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan. 32. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II RUANG LINGKUP DAN KEBIJAKAN Bagian Kesatu Ruang Lingkup Pengendalian Pencemaran Air Pasal 2 (1) Ruang lingkup pengelolaan kualitas air meliputi kegiatan : a. penyusunan rencana pendayagunaan air; b. penetapan klasifikasi mutu air; c. penetapan kriteria mutu air; d. penetapan baku mutu air; e. penetapan status mutu air; f. penetapan baku mutu air sasaran; g. pengujian kualitas air. (2) Ruang lingkup pengelolaan pencemaran air meliputi kegiatan : a. menetapkan daya tampung beban pencemaran; b. melaksanakan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemaran; c. menetapkan baku mutu air limbah; d. menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air; e. memantau kualitas dan kuantitas air. Bagian Kedua Kebijakan Pasal 3 (1) Pengelolaan dan pengujian kualitas air diselenggarakan secara terpadu dengan pendekatan ekosistem; (2) Keterpaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi Pasal 4 (1) Penyelenggaraan pengelolaan dan pengujian kualitas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengujian kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan : a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. pengawasan dan pengujian. Pasal 5 (1) Pengelolaan air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang dinginkan sesuai dengan peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiah. (2) Pengujian kualitas air dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang akan digunakan sehingga penggunaan air tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan. (3) Upaya pengelolaan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada : a. sumber air; b. mata air; c. akuifer air tanah dalam. BAB III PENGELOLAAN KUALITAS AIR Bagian Kesatu Pendayagunaan Air, klasifikasi Peruntukan Air dan Kriteria Mutu Air Pasal 6 (1) Upaya pengelolaan kualitas air didasarkan pada peruntukan air sesuai dengan rencana pendayagunaan air; (2) Rencana pendayagunaan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi potensi pemanfaatan atau penggunaaan air, pencadangan air berdasarkan ketersediannya, baik kualitas maupun kuantitas, fungsi ekonomis, fungsi ekologis dengan memperhatikan nilai-nilai agama serta adat istiadat yang hidup dalam masyarakat setempat. Pasal 7 Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : a. kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pasal 8 Kriteria mutu air dari setiap kelas air mengacu kepada perundang-undangan. ketentuan peraturan Pasal 9 Pendayagunaan air, peruntukan air dan kriteria mutu air sebagimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 digunakan sebagai dasar untuk penetapan baku mutu air. Bagian Kedua Baku Mutu Air Pasal 10 Baku mutu air ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian kelas air dan kriteria mutu air sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Baku mutu air sumber air ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian ketiga Status Mutu air Pasal 12 (1) Status mutu air dinilai dengan cara membandingkan mutu air dengan baku mutu air sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Status mutu air dinyatakan : a. kondisi cemar, apabila mutu air tidak memenuhi baku mutu air; b. kondisi baik, apabila mutu air memenuhi baku mutu air. (3) Tingkatan cemar dan tingkatan baik status mutu air sebagimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan perhitungan tertentu yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Mutu Air Sasaran Pasal 13 (1) Dalam rangka peningkatan mutu air pada sumber air perlu ditetapkan mutu air sasaran. (2) Mutu air sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperlukan bagi sungai yang dikategorikan sebagai berikut : a. sungai yang kualitas airnya relatif buruk atau tidak memenuhi baku mutu yang ada, ditingkatkan mencapai baku mutu tertentu; b. sungai yang sudah memiliki peruntukan tertentu, ditingkatkan lagi ke tingkat yang lebih baik. (3) Mutu air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Gubernur. BAB IV PENGUJIAN KUALITAS AIR Pasal 14 (1) Setiap pengelola air wajib menjaga dan memeriksa kualitas air yang dikelolanya di laboratorium. (2) Orang pribadi atau badan usaha selain pengelola air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat memeriksakan kualitas airnya. (3) Pemeriksaan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), meliputi : a. air minum; b. air bersih; c. air kolam renang; d. air pemandian umum; e. air permukaan; dan f. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

(4) Pemeriksaaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, dilakukan di laboratorium pada instansi atau laboratorium swasta yang ditunjuk Bupati. (5) Pemeriksaan air sebagaimana dimaksud pada ayat (3), huruf b, huruf c, dan huruf d dilakukan di laboratorium mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban atas pemeriksaan kualitas air, terhadap sumber air pada: a. lembaga pendidikan formal negeri atau swasta; b. tempat ibadah; c. panti sosial; d. lembaga perangkat desa; e. instansi vertikal; f. permukiman masyarakat; g. mata air yang dikelola secara sosial; Pasal 15 Hasil pengujian kualitas air yang dilakukan oleh laboratorium milik swasta yang ditunjuk Bupati wajib dilaporkan kepada kepala Instansi setiap bulan. BAB V TATA CARA PEMERIKSAAN KUALITAS AIR Pasal 16 (1) Tata cara pemeriksaan kualitas air bagi pengelola air dan pemohon selain pengelola air sebagai berikut : a. mengajukan permohonan kepada Kepala Instansi c.q. pengelola laboratorium dan mengisi formulir yang telah disediakan dengan melampirkan persyaratan : 1. fotokopi identitas pemohon; 2. denah lokasi dan; 3. fotokopi rekomendasi terakhir untuk pemeriksaan lanjutan/berkala. b. petugas dari Instansi menentukan titik dan mengambil contoh air di lapangan untuk diperiksa; dan c. hasil pemeriksaan contoh air sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan kepada pemohon paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.

(2) Penentuan titik dan jumlah contoh air dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. air perpipaan : 1. Jumlah penduduk < 5.000 jiwa sampel diambil setiap bulan paling sedikit 1 (satu) sampel; 2. Jumlah penduduk 5.000 s/d 100.000 jiwa sampel diambil setiap bulan paling sedikit 1 sampel per 5.000 jiwa; 3. Jumlah penduduk > 100.000 jiwa sampel diambil setiap bulan paling sedikit 1 sampel per 10.000 jiwa ditambah 10 sampel tambahan. b. air minum isi ulang : 1. Air baku paling sedikit 1 (satu) sampel setiap 3 (tiga) bulan dan 2. Air yang siap dimasukkan dalam botol isi ulang, paling sedikit 1 (satu) sampel setiap bulan. c. air yang berasal selain dari sebagaiaman dimaksud pada huruf a dan huruf b angka 1(satu) sampel untuk setiap sumber setiap 6 (enam) bulan. (3) Hasil pengujian kualitas air yang lulus uji diberikan sertifikat lulus uji. (4) Hasil pengujian kualitas air yang tidak lulus uji diberikan surat tidak lulus uji. (5) Penandatanganan sertifikat lulus uji dan surat tidak lulus uji oleh instansi terkait. BAB VI PENGAWASAN KUALITAS AIR Pasal 17 (1) Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta meningkatkan kualitas air. (2) Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh instansi terkait. Pasal 18 (1) Kegiatan pengawasan kualitas air mencakup : a. pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air; b. pemeriksaan contoh air; c. analisis hasil pemeriksaan; d. perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, dan e. kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggungan/perbaikan termasuk kegiatan penyuluhan. (2) Hasil pengawasan kualitas air dilaporkan secara berkala kepada Bupati.

Pasal 19 (1) Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air, instansi menentukan parameter kualitas air yang diperiksa sesuai kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air, jaringan perpipaan dan air permukaan. (2) Pemilihan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah pemeriksaan kondisi awal kualitas air yang mengacu standar parameter lengkap yang diatur oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Pemilihan parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Bupati. Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah dapat menetapkan keadaan khusus/darurat yang berakibat penyimpangan terhadap syarat kualitas air sepanjang tidak membahayakan kesehatan. (2) Keadaan khusus/darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah kondisi yang tidak seperti keadaan biasanya, dimana telah terjadi sesuatu diluar keadaan. BAB VII PERSYARATAN KUALITAS AIR Pasal 21 (1) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan dengan parameter, sebagai berikut: a. air minum, air bersih, atau air pemandian umum, yang terdiri dari: 1. fisik; 2. bakteriologis; 3. kimiawi; dan 4. radioaktifitas. b. air kolam renang, yang terdiri dari: 1. fisik; 2. mikrobiologis; dan 3. kimiawi. c. air permukaan, yang terdiri dari : 1. fisik; 2. mikrobiologis; dan 3. kimiawi.

(2) Parameter sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi nilai ambang baku yang pengaturannya mengacu pada ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII KEWAJIBAN DAN HAK Bagian Kesatu Kewajiban dan hak Bupati Pasal 22 Bupati mempunyai kewajiban : a. melakukan pembinaan, pengujian dan pengawasan terhadap kualitas air; b. menyediakan laboratorium sesuai kewenangan; dan c. melaporkan kepada Gubernur atas penetapan keadaan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. Pasal 23 Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, dilakukan oleh Kepala Instansi dengan cara : a. pengamatan lapangan dan pengambilan contoh air termasuk air pada sumber air baku proses produksi, jaringan distribusi, air minum isi ulang dan air permukaan; b. pemeriksaan contoh air dilakukan di tempat/di lapangan dan/atau di laboratorium; c. analisa hasil pengujian laboratorium dan pengamatan lapangan; d. perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan pengujian kualitas air; e. kegiatan tindak lanjut berupa penyuluhan, pemantauan upaya penanggulangan dan pemantauan upaya perbaikan; dan f. penyuluhan kepada masyarakat. Pasal 24 Bupati berhak memberikan toleransi terhadap persyaratan kualitas air dalam hal keadaan khusus/darurat, sepanjang tidak membahayakan kesehatan. Bagian Kedua Kewajiban dan hak Pengelola air Pasal 25 Pengelola Air berkewajiban : a. menguji kualitas air yang dikelolanya secara periodik di laboratorium;

b. menghentikan penggunaan air apabila terjadi penurunan kualitas air yang membahayakan bagi kesehatan sampai ada rekomendasi dari instansi terkait; c. memperbaiki dan menjaga kualitas air yang dikelolanya sesuai petunjuk pengelola laboratorium, berdasarkan hasil pengujian; d. memasang sertifikat lulus uji/surat tidak lulus uji hasil pengujian terbaru di lokasi usaha pada tempat yang mudah dibaca umum; dan e. melaporkan hasil pengujian kepada Kepala Instansi bagi pengelola air yang menguji air di laboratorium milik swasta yang ditunjuk Bupati atau laboratorium yang ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 26 Pengelola Air berhak : a. mendapat pelayanan pengujian kualitas air yang dikelolanya; dan b. memperoleh setifikat hasil uji kualitas air yang dikelolanya. BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 27 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan Pasal 25 dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan tertulis. (2) Terhadap pelanggaran yang dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menerbitkan peringatan paling banyak 2 (dua) kali dengan jangka waktu masing-masing peringatan paling cepat 7 (tujuh) hari. (3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak peringatan kedua diberikan yang bersangkutan tidak mematuhi, maka dilakukan penindakan hukum. Pasal 28 Dalam hal adanya pelanggaran kualitas air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, maka terhadap pelanggar langsung dikenakan penindakan hukum.

BAB X PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 29 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. (2) Wujud peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa pelaporan atau informasi kepada instansi terkait. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 25 diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 31 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah menurut hukum yang bertanggung jawab. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan. Ditetapkan di Toboali pada tanggal 30 Desember 2011 BUPATI BANGKA SELATAN, ttd. JAMRO H. JALIL Diundangkan di Toboali pada tanggal 30 Desember 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN, ttd. AHMAD DAMIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 43