BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1 1

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 86 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2008 TENTANG

D A F T A R I S I Halaman

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN LUWU TIMUR

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 17 TAHUN 2010

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2008 NOMOR 06 SERI D 01

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan (2)

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI WALIKOTA. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI BUPATI TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN KETAPANG

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH SULAWESI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 46 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel...

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN SUMBA TENGAH

URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG

KATA PENGANTAR. Pangkalpinang, Maret 2015 KEPALA BAPPEDA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 02 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN I-1

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TORAJA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA PAREPARE

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Transkripsi:

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Kerangka Indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian pembangunan dari serangkaian strategi yang telah dilaksanakan untuk menghadapi permasalahan dan isu strategis yang ada. Kerangka keberhasilan ini menjadi bahan perumusan kebijakan lebih lanjut yang didasarkan pada visi dan misi kepala daerah terpilih nantinya. Sebelum menentukan indikator makro yang akan digunakan, terlebih dahulu perlu ditetapkan bahwa indikator-indikator tersebut memenuhi syarat kaidah pengukuran indikator yang SMART yaitu : 1) Terukur; indikator yang akan digunakan dapat dengan mudah diukur; 2) Spesifik; dalam artian bahwa indikator yang digunakan harus terarah menunjukkan perkembangan kondisi yang dapat diukur keberhasilannya; 3) Terjangkau; Indikator yang akan digunakan bersifat mudah digunakan dan tidak rumit dalam perhitungannya; kemudahan mendapatkan data dari sumber yang jelas dan resmi juga diperhatikan. 4) Realistis; Indikator yang digunakan merupakan indikator yang logis dalam hal mengukur kondisi dan perubahan yang ingin dicapai; 5) Masa Waktu; Indikator pengukur yang digunakan memiliki masa waktu pengukuran tertentu dan dapat dilakukan secara rutin/tahunan. Penyusunan kerangka keberhasilan di dalam rancangan RPJMD Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 ini, diselaraskan dengan program yang kira-kira tepat untuk dilaksanakan oleh masing-masing SKPD. Adapun nomenklatur program menggunakan nomenklatur yang telah ada di dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, nomenklatur program di APBD selama ini yang dianggap masih relevan, dan beberapa nama program baru sebagai alternatif. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka penyusunan rumpun urusan beserta kerangka keberhasilan dalam RPJMD ini telah disesuaikan dengan rumpun urusan sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut. Namun demikian bahwa di tahun 2016 baik di dalam RKPD maupun APBD masih menggunakan rumpun urusan yang didasarkan pada Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu mapping urusan yang didasarkan pada perubahan regulasi tersebut. Hal ini agar implementasi transisi perumusan RPJMD di tahun 2017 sesuai dengan visi misi Kepala Daerah dapat mudah disusun. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, urusan pemerintahan terbagi ke dalam urusan wajib dan pilihan dimana terdapat 26 urusan wajib yang meliputi: 1) pendidikan, 2) kesehatan, 3) pekerjaan umum, 4) perumahan, 5) penataan ruang, 6) perencanaan pembangunan, 7) perhubungan, 8) lingkungan hidup, 9) pertanahan, 10) kependudukan dan pencatatan sipil, 11) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, 12) keluarga berencana dan keluarga sejahtera, 13) sosial, 14) ketenagakerjaan, 15) koperasi dan UKM, 16) penanaman modal, 17) kebudayaan, 18) pemuda dan olahraga, 19) kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, 20) IX-1

otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, 21) ketahanan pangan, 22) pemberdayaan masyarakat desa, 23) statistik, 24) kearsipan, 25) komunikasi dan informasi, dan 26) perpustakaan, serta 8 urusan pilihan yang meliputi: 1) pertanian, 2) kehutanan, 3) energi dan sumberdaya mineral, 4) pariwisata, 5) kelautan dan perikanan, 6) perdagangan, 7) industri, dan 8) ketransmigrasian. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terdapat rumpun atau pengelompokan urusan yang mengalami perubahan. Pengganti Undang-Undang 32 Tahun 2004 ini membuat klasifikasi urusan pemerintahan menjadi tiga kelompok yaitu: 1. Urusan pemerintahan absolut yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. 2. Urusan pemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. 3. Urusan pemerintahan umum yaitu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan arahan mengenai konstruksi kinerja pemerintah yang dibangun ke dalam sistem yang disebut dengan istilah Arsitektur Kinerja Pembangunan Daerah. Di dalam arsitektur kinerja pembangunan daerah tersebut, kinerja daerah dapat diukur melalui tiga tingkatan (leveling indicator), yaitu: 1. Dampak (Impact); dimana menekankan pada kondisi capaian hasil pembangunan yang merujuk pada keberhasilan pencapaian visi/misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Dikarenakan yang diukur adalah keberjasilan visi/misi, tujuan dan sasaran daerah yang tidak lain berkaitan dengan periodesasai kepala daerah terpilih, maka dampak (impact) dikatakan berhasil atau tidak tentunya dengan melihat perubahan kondisi setelah lima tahun pelaksanaan pembangunan di daerah. Dengan kata lain indikator dampak (impact) merupakan alat ukur keberhasilan pembangunan yang memiliki area perubahan jangka menengah lima tahunan. Visi/misi kepala daerah terpilih dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan kondisi sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah selama lima tahun sesuai dengan yang dijanjikan di dalam RPJMD. 2. Hasil (Outcome); dimana menekankan pada kondisi capaian hasil pembangunan yang merujuk pada kemanfaatan rankaian keluaran (output) yang dihasilkan oleh sebuah atau beberapa kegiatan. Indikator hasil seyogyanya diukur setelah seluruh keluaran (output) kegiatan selesai dicapai, artinya dapat dikatakan bahwa hasil (outcome) merupakan berfungsinya sebuah output dalam mencapai suatu kondisi tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena hasil berkaitan dengan keluaran suatu kegiatan, maka pengukuran hasil pun kemudian dapat dilakukan setiap tahun sesuai dengan keluaran (output) kegiatan yang ada. Dikarenakan hasil (outcome) merupakan capaian kondisi yang merepresentasikan keberhasilan fungsi dari serangkaian keluaran (output) kegiatan, maka hasil (outcome) ini menjadi kunci pokok pemerintah daerah dalam melihat pelaksanaan program-program yang dijalankan oleh SKPD dalam rangka mencapai visi/misi, tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Dengan kata lain IX-2

hasil (outcome) mendefinisikan sebuah kondisi yang merupakan alat ukur keberhasilan suatu program. 3. Keluran (Output); dimana menekankan pada capaian suatu barang, jasa, atau kuantitas orang dari serangkaian proses kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya. Indikator keluaran (output) menjadi domain kegiatan. Setiap kegiatan harus memiliki keluran (output) yang jelas yang dicapai melalui serangkaian proses kegiatan disertai sejumlah alokasi anggaran untuk menggerakan sumberdaya yang diperlukan. Dalam hal ini proses perumusan anggaran berdasar prestasi kerja sangat diperlukan agar besaran alokasi anggaran dapat merepresentasikan proses kegiatan dalam mencapai output secara wajar. Gambaran mengenai arsitektur kinerja pembangunan daerah dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 9.1. Arsitektur Kinerja Pembangunan Daerah Dari uraian tersebut, maka jelas bahwa pengukuran keberhasilan pembangunan di daerah dibagi ke dalam tiga tingkatan indikator (leveling indicator) yaitu level dampak (impact), level hasil (outcome), dan level keluaran (output).pemisahan tingkatan indikator ini penting agar nantinya tidak menimbulkan kebingungan dan kerancuan dalam implementasi setiap tahunnya dalam penyusunan dokumen perencanaan, penganggaran, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pertanggungjawaban oleh masing-masing SKPD dan untuk kepentingan daerah. Teknis perumusan kerangka keberhasilan dan dan program pada RPJMD Kota Tanjungbalai Tahun 2016-2021 dilakukan dalam tahap sebagai berikut: IX-3

Pertama, dimulai dengan melihat permasalahan pembangunan dan isu strategis yang telah dianalisis dimana telah dirumuskan secara runtut dalam kerangka tujuan dan sasaran pembangunan daerah. Kedua, memetakan alat ukur keberhasilan urusan dalam mencapai sasaran pembangunan daerah. Alat ukur tersebut selanjutnya akan menjadi bahan perumusan indikator kinerja daerah yang menjadi ukuran keberhasilan visi dan misi kepala daerah terpilih. Bahan penyusunan kerangka keberhasilan mengambil dari hasil studi pendahuluan yang disesuaikan dengan regulasi yang ada, kewenangan, perkembangan pembahasan isu strategis, dan indikator tambahan yang merupakan kebutuhan kebijakan daerah. Ketiga, perumusan program pembangunan dalam mencapai kerangka keberhasilan. Nomenklatur program sedapat mungkin menggunakan nomenklatur sebagaimana yang telah ada dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun demikian beberapa hal kebijakan yang belum ada di dalam peraturan tersebut kemudian diarahkan menggunakan nomenklatur program baru yang merupakan local content kebijakan daerah. Perumusan program pembangunan juga melihat dari program-program yang telah berjalan dalam APBD Kota Tanjungbalai. Beberapa nomenklatur program yang masih dianggap relevan terhadap analisis permasalahan pembangunan, isu strategis, kerangka tujuan dan sasaran pembangunan daerah tetap dipertahankan untuk dilanjutkan kembali. Hubungan urusan, indikator dan program pembangunan daerah dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 9.2. Hubungan Urusan, Indikator dan Program Pembangunan Daerah Urusan 1 Indikator 1 Program 1 Indikator 2 Indikator 3 Program 2 Dari gambar tersebut di atas menjadi jelas bahwa suatu indikator atau kerangka keberhasilan akan dicapai melalui program yang jelas oleh masing-masing SKPD. Sehingga nantinya akan mudah dalam monitoring dan evaluasi tingkat keberhasilan program dan kegiatan SKPD setiap tahunnya. Ketika indikatornya tidak tercapai maka pemerintah daerah dengan mudah dapat menentukan program apa dan SKPD mana yang perlu untuk diintervensi melalui kebijakan percepatan pencapaian target. IX-4

Penulisan kerangka keberhasilan atau indikator tersebut berangkat dari masingmasing urusan hanya untuk memudahkan SKPD nantinya dalam menyusun indikator program yang akan dituangkan di dalam Renstra SKPD. Indikator di tiap urusan sebagaimana gambar di atas hanya bersifat alat bantu semata karena indikator dampak (impact), sebagaimana telah diuraikan sebelumnya baru akan dirumuskan bersamaan dengan penyusunan tujuan dan sasaran RPJMD di tahun 2016. Gambar 9.3. Hubungan Urusan, Indikator dan Program Pembangunan Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kerangka keberhasilan yang terdapat pada Bab IX RPJMD merupakan alat ukur keberhasilan visi/misi kepala daerah selama lima tahun ke depan. Di setiap tahunnya, indikator kinerja daerah tersebut digunakan sebagai target tahunan yang direncanakan, dimonitor, dan dipertanggungjawabkan oleh kepala daerah melalui mekanisme yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang ada. Di tingkat SKPD, indikator kinerja daerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD merupakan indikator kinerja yang harus dicapai oleh SKPD sebagai kepanjangan tangan kepala daerah dalam mencapai tujuan dan sasaran daerah. Indikator Kinerja SKPD dapat digunakan sebagai indikator kinerja utama SKPD selama lima tahun. Kondisi hasil (outcome) tersebut akan dicapai melalui serangkaian program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Setiap tahunnya, kondisi ini menjadi bahan penyusunan Renja SKPD, masuk dalam DPA SKPD, bahan perjanjian kinerja SKPD, sampai dengan evaluasi, pelaporan dan pertanggungjawaban program dan kegiatan SKPD. Di tingkat personal, indikator kinerja utama SKPD itulah menjadi tanggungjawab kepala SKPD untuk mencapainya.dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD, tentunya kepala SKPD dibantu oleh bidang-bidang yang menjadi struktur dibawahnya.demikian juga indikator capaian yang menjadi kinerja kepala SKPD juga IX-5

dibantu oleh keberhasilan program yang dijalankan oleh masing-masing bidang sesuai tugas pokok dan fungsinya. Kesesuaian indiaktor dengan program di tiap bidang nantinya menjadi tanggungjawab kinerja masing-masing kepala bidang (eselon III). Di tingkat eselon IV, maka kinerjanya diukur melalui kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya. Ketercapaian keluaran (output) kegiatan menjadi kinerja di tataran teknis. Distribusi tanggung jawab inilah bahan perumusan kinerja pegawai di masing-masing organisasi di daerah. Gambaran mengenai distribusi tanggungjawab terhadap pencapaian indikator kinerja daerah dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 9.4. Distribusi Tanggungjawab Pencapaian Indikator Kinerja daerah Kerangka Keberhasilan yang digambarkan dalam indikator kinerja daerah menurut urusan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 9.1. IX-6