BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang No. 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat (1) yaitu pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kewajiban yang harus dijalankan salah satunya adalah membayar pajak bagi mereka yang telah memiliki penghasilan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dengan memenuhi syarat perpajakan yaitu harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang merupakan nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan wajib pajak akan bergantung pada ketentuan siapa yang dijadikan subjek pengenaan pajak penghasilan terhutang. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan, subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan disebut Wajib Pajak. Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak, kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Wanita kawin mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya secara terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya. Pada dasarnya Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) sendiri telah mengatur secara jelas bahwa sistem pengenaan pajak Indonesia menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis. Penjelasan Pasal 8 UU PPh nomor 36 tahun 2008 menyatakan, penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabung sebagai satu kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga (dalam hal ini suami). Maksudnya, penghasilan dan kerugian istri akan dianggap sebagai penghasilan dan kerugian suami, sehingga dikenai pajak bersama. Namun jika penghasilan istri hanya didapat satu pemberi kerja dan tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami, maka tidak akan digabung. Dengan catatan penghasilan
tersebut telah dipotong pajak oleh pemberi kerja. Maka atas penghasilan istri tersebut akan dilaporkan dalam lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan, bukan dalam kolom induk. Yaitu dalam kolom penghasilan yang dikenakan PPh Final dan/atau bersifat Final. Sebagai konsekuensi kewajiban perpajakan ada di suami sebagai kepala keluarga, otomatis kewajiban ber-npwp itu juga ada pada suami. Mungkinkah suami istri melakukan kewajiban pajak terpisah, dan istri memiliki NPWP sendiri? Dalam Pasal 8 ayat (2) UU PPh mengatur ada tiga kondisi suami-istri.dapat dikenakan pajak secara terpisah, pertama suami-istri telah berpisah (bercerai).sudah sewajarnya memang jika pajaknya dikenakan terpisah. Biasanya tanggungan anak akan tergantung perjanjian, ikut suami atau istri. Kedua berdasarkan perjanjian tertulis pisah harta oleh suami-istri. Ketiga istri ingin melaksanakan hak dan kewajiban pajak terpisah dari suami, meski tidak ada perjanjian tertulis pisah harta. Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2011 jelas mengatur jika istri ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suami harus mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak. Untuk pertimbangan pribadi (misal: mengajukan pinjaman bank, dll) istri dapat saja memiliki NPWP sendiri, terpisah dari suami karena memang aturannya memungkinkan. Berdasarkan beberapa kasus yang pernah terjadi seringkali para Wajib Pajak (WP) melakukan kesalahan pada perhitungan pajak penghasilan sebagaimana suami istri yang memiliki NPWP terpisah, kasus kesalahan perhitungan ini terjadi pada perhitungan pajak penghasilan suami istri yang memiliki NPWP terpisah Bapak I Wayan X danibu Ni Luh Y pada perhitungan
pajak tahun 2015. Bapak I Wayan X danibu Ni Luh Y melakukan kesalahan pada perhitungan yang sebagaimana skema perhitungan sebenarnya ialah dengan cara menggabung penghasilan netto keduanya baru memisahkannya kedalam perhitungan masing-masing, pada perhitungan yang dilakukan Bapak I Wayan X danibu Ni Luh Y sebagaimana pasangan suami istri ini memiliki NPWP terpisah ialah kesalahan yang dilakukan pada perhitungan pajaknya, mereka langsung menghitung masing-masing pajak terhutang tanpa menggabungkan penghasilan netto mereka terlebih dahulu seperti perhitungan yang sebenarnya. Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka pokok permasalahannya adalah "Bagaimanakah perhitungan Pajak Penghasilan Bapak I Wayan X dengan Ibu Ni Luh Y yang memiliki NPWP terpisah pada tahun 2015?". Penulis mengangkat materi tersebut, dikarenakan banyak wajib pajak khususnya yang memiliki NPWP terpisah belum mengetahui secara detail bagaimana perhitungan yang benar. Pada kesempatan kali ini kasus yang diangkat adalah perhitungan pajak penghasilan Bapak I Wayan X danibu Ni Luh Y yang memiliki NPWP terpisah. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas yaitu untuk mengetahui cara perhitungan pajak penghasilan suami istri yang memiliki NPWP terpisah.
1.2.2 Kegunaan Penelitian 1.Segi Teoritis Kegunaan penelitian ini dilihat dari segi teoritis yaitu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menyumbangkan pemikiran dalam pengetahuan terutama pengetahuan tentang perpajakan pada umumnya, dan perhitungan pajak penghasilan suami istri yang memiliki NPWP terpisah pada khususnya. 2.Segi Praktis Kegunaan penelitian ini dilihat dari segi praktis yaitu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan bahan referensi bagipihak-pihak yang terkaituntukmengambilsuatukebijakan terutama berkaitan dengan perhitungan pajak penghasilan suami istri yang memiliki NPWP terpisah. 1.3 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang dan pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penyajian. BAB II : KAJIANPUSTAKA Bab ini membahas mengenai landasan teori yang relevan dengan penelitian BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian dimana dalam metode penelitian tersebut berisikan lokasi penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam laporan penulisan penelitian. BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang terkait. BAB V: SIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian serta memuat saran-saran yang dianggap perlu untuk diajukan terkait dengan kesimpulan yang diberikan.