BAB II SENTRAL DAN TRAFFIC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 KONSEP DASAR TRAFIK

REKAYASA TRAFIK TELEKOMUNIKASI

PENS. Konsep dan Teori Trafik. Prima Kristalina. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) Lab. Komunikasi Digital E107 (2016)

Secara umum, pengertian trafik adalah perpindahan suatu benda dari suatu tempat ke tempat lain.

Pendahuluan Rekayasa Trafik

REKAYASA TRAFIK. DERAJAT PELAYANAN (Lanjutan)

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Pendahuluan Rekayasa Trafik

BAB II LANDASAN TEORI

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS

TRAFIK TELEKOMUNIKASI 1

Trafik fik P t ar 1 Oleh: Mike Y l u iana liana PENS-ITS

[Rekayasa Trafik] [Pertemuan 9] Overview [Little s Law Birth and Death Process Poisson Model Erlang-B Model]

REKAYASA TRAFIK KONSEP REKAYASA TRAFIK TELEKOMUNIKASI (2)

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisa Kegagalan Panggil Pada Sentral Telepon Digital

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD. Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching

ANALISIS TRAFFIC JARINGAN DENGAN ALGORITMA ERLANG TANPA DELAY

STUDI ANALISIS TRAFIK LAYANAN PHONE BANKING

PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK TRAFIK. Oleh : Mike Yuliana PENS

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Mike Yuliana PENS PEMODELAN TRAFIK

Modul 9. EE 4712 Sistem Komunikasi Bergerak Basic Mobile Teletraffic Engineering. Oleh : Nachwan Mufti A, ST

ANALISIS PARAMETER NETWORK SENTRAL NEAX 61EDI PT. TELKOM LHOKSEUMAWE. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

PERCOBAAN 5 SWITCHING NETWORK DENGAN SIMULASI PC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI REVENUE DAN PERFORMANSI JARINGAN SELULER MENGGUNAKAN ALGORITHMA CALL ADMISSION CONTROL DAN DYNAMIC PRICING

ANALISIS TRAFIK TRUNK GATEWAY

Konsep Trafik TES 3114 Rekayasa Trafik

ANALISIS DAN PERBANDINGAN TRAFIK JARINGAN SOFTSWITCH TIAP TRUNK PADA BULAN JANUARI DAN FEBRUARI DI STO MAJAPAHIT

BAB 3 REBALANCING GPRS TIME SLOT (GTS) TRAFFIC DATA GSM 900 MHZ

Komputer, terminal, telephone, dsb

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

Trafik Telekomunikasi

REKAYASA TRAFIK. Bab 2. Konsep tentang Trafik. Dr. Jusak STIKOM Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER

ANALISIS PERFORMANSI PENGGUNAAN SENTRAL TELEPON OTOMATIS (STO) PADA MULTI EXCHANGE AREA (MEA) PEKANBARU (STUDI KASUS PT. TELKOM RIAU DARATAN)

BAB V SIGNALING. (CAS dan CCS7 Lihat Software) Oleh : Suherman, ST.

Makalah Seminar Kerja Praktek. PERANGKAT MOBILE MEDIA GATEWAY R5.0 (M-MGW R5.0) PADA NETWORK SWITCHING SUBSYSTEM (NSS) PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG

ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN CDMA BERDASARKAN DATA RADIO BASE STATION (RBS) PT INDOSAT DIVISI STARONE MEDAN

REKAYASA TRAFIK. Bab 2. Konsep tentang Trafik. Dr. Jusak STIKOM Surabaya

Teknologi Telekomunikasi

PERCOBAAN 2. MULTIPLEXER/DEMULTIPLEXER UNIT dan SWITCHING NETWORK UNIT

Network Planning dan Dimensioning

ANALISIS KINERJA SISTEM INTERFACE MSOAN V5.2 MENGGUNAKAN METODE AVERAGE DAILY PEAK HOUR DI PT TELKOM PURWOKERTO

Bab 9. Circuit Switching

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT

REKAYASA TRAFIK ARRIVAL PROCESS.

BAB II DASAR TEORI. Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NGN PSTN TO PSDN FOR TEKNOLOGI SOFTSWITCH

Memahami proses switching dalam sistem telepon Memahami rangkaian switching yang digunakan dalam sistem komunikasi telepon Menjelaskan aplikasi dan

BAB VII EVALUASI UNJUK KERJA JARINGAN

Analisis Unjuk Kerja Jaringan Pensinyalan No.7

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN. 1.1 Jadwal Kerja Praktek. Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan di PT. Telekomunikasi, Tbk

Sentral Telepon. Syah Alam, M.T STTI JAKARTA

BAB III PEMBAHASAN. Kerja Praktek dimulai pada tanggal 5 Juli hingga 31 Juli 2010.

DIGITAL LINE UNIT (DLU) PADA SENTRAL SWITCHING ELECTRONIC WAHLER SYSTEM DIGITAL (EWSD) PT.TELKOM TBK REGIONAL PANGKALPINANG

SISTEM PABX ERICSSON MD110 BC9 PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 6 NO. 1 Maret 2013

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

Makalah Seminar Tugas akhir ANALISIS KAPASITAS KANAL TRAFIK BTS PADA JARINGAN CDMA 450 UNTUK LAYANAN SUARA

VoIP (Voice Over Internet Protocol)

ANALISIS TRAFIK SUARA JARINGAN KOMUNIKASI TELEPON PT. BADAK NGL BONTANG KALIMANTAN TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI

Powered by TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Bab 2. Tinjauan Pustaka

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

BAB II DASAR TEORI. kebutuhan akan layanan telekomunikasi bergerak (mobile) tidak hanya sebatas untuk

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

HAND OUT EK. 354 REKAYASA TRAFIK

Analisis Data Statistik Parameter Trafik Performansi Sentral AT&T 5ESS (Studi Kasus : PT Telkom Riau Daratan)

RANCANG BANGUN VISUALISASI CALL SETUP UNTUK MODUL PEMBELAJARAN SISTEM TELEPON

REKAYASA TRAFIK BIRTH & DEATH PROCESS, SISTEM RUGI.

RUMUS RUGI ERLANG ATAU RUMUS ERLANG B ATAU RUMUS GRADE OF SERVICE

P A B X (Private Automatic Branch Exchange)

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

TEKNIK SWITCHING SWITCHING BERTINGKAT DAN PROBABILITAS BLOCKING

Rekayasa Trafik Telekomunikasi Sistem Loss. TEU9948 Indar Surahmat

Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk

ANALISIS PROTOKOL ISUP DAN PROTOKOL BICC PADA CORE NETWORK UMTS REL.4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

BAB II DASAR TEORI. menjadi pilihan adalah teknologi GSM (Global System for Mobile

Cell boundaries (seven cell repeating pattern)

PENGUKURAN KONFIGURASI TRUNK PADA JARINGAN TELEKOMUNIKASI SELULAR

ANALISIS KINERJA SWITCHING MENGGUNAKAN MOBILE SOFTSWITCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Muhammad Aswan (L2F008064), Ir. Sudjadi, M.T. ( )

Setelah mempelajari bagian ini diharapkan dapat: Memahami prinsip switching mekanik pada telepon Memahami prinsip switching elektronik pada telepon

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol

Jaringan Switching. Untuk transmisi data yang melampaui area lokal. Simpul switching tidak berkaitan dengan isi data.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : REKAYASA TRAFIK* / 8 KODE MK / SKS / SIFAT : AK / 3 SKS / MK UTAMA

BAB III KONFIGURASI JARINGAN CDMA 450

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

Jaringan Komputer Switching

Transkripsi:

BAB II SENTRAL DAN TRAFFIC 2.1 Sentral Telepon Digital Sentral telepon mempunyai tugas utama sebagai tempat menyambungkan peralatan komunikasi dari dua pelanggan untuk dapat saling tukar dua informasi dan memutuskan kembali bila hubungan tersebut tidak diperlukan lagi. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka sentral telepon harus dapat memberi tahu pelanggan yang ingin menghubungi pelanggan lain dengan informasi mengenai tersedianya saluran, kondisi pelanggan yang ingin dihubungi dan informasi mengenai telah berakhirnya suatu hubungan. Selain itu sentral telepon harus dapat memberitahu pelanggan mengenai biaya pemakaian saluran yang telah digunakan. Sentral telepon digital merupakan suatu system yang di kontrol oleh processor, sehingga untuk dapat beroperasi diperlukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 2.1.1 Dasar dasar switching digital Switching digital memiliki tiga proses dasar, yaitu : a) Time Switch Time switch adalah proses switching digital yang hanya dapat mengubah time slot, tetapi tidak mengubah highway. b) Space Switch Space switch adalah proses switching yang hanya bisa mengubah highway, tidak bisa mengubah time slot. 5

6 c) Space Time Switch Proses space-time switch adalah gabungan antara kedua proses diatas, sehingga kanal bicara atau ts pada bagian input dapat di ubah ts maupun highway-nya. 2.1.2 Perangkat Keras Sentral Digital Agar sentral dapat beroperasi dengan baik maka sentral tersebut harus memiliki unit-unit sebagai berikut: a. Akses unit yaitu tempat keluar masuk unit luar sentral yang ingin berhubungan dengan sentral (pelanggan atau trunk). b. Switching unit yaitu tempat menyambungkan suatu pelanggan satu dengan pelanggan lain. c. Processor unit yaitu tempat memproses segala kegiatan dalam sentral. d. Signalling unit yaitu tempat menproses pensinyalan. Semua unit-unit fungsional diatas masing-masing mempunyai processor untuk pengontrolannya, semua processor itu dikordinir oleh processor unit. Akses Unit Signalling Unit Switching Unit Processor Unit Gambar 2.1 Blok diagram Sentral Digital

7 2.1.3 Perangkat Lunak Sentral Digital Sentral digital beroperasi dengan dikontrol oleh processor, oleh karena itu diperlukan perangkat lunak atau software yang berupa program dan data untuk menjalankan sentral. Dalam sentral digital secara prinsip software dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : a. Operating System ( OS ) Operating system digunakan untuk menjalankan hardware, status operating system sejajar dan saling terkait dengan user software. Operating system menyediakan semua program yang diperlukan untuk memproses user software. Setiap microprocessor mempunyai operating system ( OS ) sendiri sendiri, bergantung pada tugasnya. Operating system terdiri atas : Executive Program Safeguarding program User Software b. User software User software digunakan untuk bermacam aplikasi seperti mengimplementasikan call processing. Fungsi administrasi dan pemeliharaan serta menyediakan data base yang sesuai untuk aplikasi yang diperlukan. Setiap software mempunyai fungsi yang beragam dan terbagi dalam sub program. Sub program ini terdiri dari modul modul program yang merupakan unit terkecil software yang komplikasi oleh system.

8 Komponen dari software adalah data, berbagai type data diklasifikasikan sesuai dengan tipe data, scope, lifetime, dan dimana data tersebut perlu disimpan. User software terdiri atas : Call Processing program Administration Program Maintenance Program Database 2.2 DASAR TRAFFIC 2.2.1 Pengertian Traffic Trafik dapat di definisikan sebagai perpindahan informasi informasi dari suatu source menuju destination melalui media telekomunikasi. Besaran dari suatu traffic telekomunikasi di ukur dalam satuan waktu, sedangkan nilai traffic dari suatu kanal adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Tujuan perhitungan traffic ini salah satunya adalah mengetahui mutu pelayanan jaringan telekomunikasi ( Quality of Service ) dan unjuk kerja jaringan ( Network Performance ). Ada 3 ( tiga ) jenis traffic dalam dunia telekomunikasi, yaitu: 1. Offered Traffic, adalah traffic yang ditawarkan atau yang masuk ke system jaringan. 2. Carried Traffic, adalah traffic yang dimuat atau yang mendapat saluran. 3. Lost Traffic, adalah traffic yang hilang atau yang tidak mendapat saluran.

9 Ao G Ac Ar Ao = Ac + Ar G = Jaringan Telekomunikasi ( Switching Network ) Ao = Offered Traffic Ac = Caried Traffic Ar = Lost Traffic 2.2.2 Satuan Traffic Erlang adalah satuan intensitas trafik yang diambil dari nama seorang ilmuan Dermark, Agner Krarup Erlang (1878-1929). Erlang juga dapat diartikan sebagai jumlah rata-rata saluran yang diduduki secara bersamaan dalam periode waktu tertentu. Tetapi selain erlang juga masih ada satuan satuan lainnya, yaitu Vrkehrseintheit ( VE ), Cent Call Second ( CCS ), Unit Calls ( UC ), Apples Reduitstal Heure Chargee ( ARHC ) dan Equested Busy Hour Call ( EBHC ). Hubungan satuan satuan traffic diatas dapat di gambarkan sebagai berikut : 1 Erlang = 1 TU = 1 VE = 36 CCS = 36 HCS = 36 UC = 30 ARHC = 30 EBHC

10 Tabel 2.1 hubungan satuan traffic. Erlang / TU / VE CCS / HCS / UC ARHC / EBHC Erlang / TU / VE 1 36 30 CCS / HCS / UC 1 / 36 1 5 / 6 ARHC / EBHC 1 / 30 6 / 5 1 2.2.3 Besaran Traffic a. Intensitas Traffic Adalah jumlah seluruh waktu pendudukan pada N buah saluran per satuan waktu pengamatan T. N A = 1 Σ tn T n = 1 A T tn b. Volume Traffic. = Intensitas Traffic = Periode waktu pengamatan = total waktu pendudukan saluran ke n (jam) Adalah jumlah total waktu pendudukan. t = T V = J ( t ) dt t = 0 V T J(t) = Volume Traffic = Periode waktu pengamatan = Jumlah kanal yang diduduki saat t c. Waktu pendudukan rata-rata tiap saluran ( Holding Time ). N Tr = 1 Σ tn N n = 1 N = Jumlah saluran yang diamati tn = total waktu pendudukan saluran ke n (jam)

11 d. Jumlah penduduk rata-rata per satuan waktu C = A _ N tr T A = Intensitas Traffic Tr = Waktu pendudukan rata-rata tiap saluran N = Jumlah saluran T = Periode waktu pengamatan Dari persamaan - persamaan diatas, maka besarnya lalu lintas traffic dapat di asumsikan sebagai berikut : A = C T A = Arus Traffic ( traffic flow ) C = Jumlah panggilan yang di bangkitkan selama satu periode 1 T = Rata rata holding time ( jam ) e. Blocking Probability Adalah rata rata rasio antara panggilan yang di tolak terhadap total jumlah panggilan datang selama jam sibuk, dan disebut juga Grade of Service ( GOS ). Standart GOS yang direkomendasikan oleh CCITT tidak boleh melebihi 1 %, artinya bila ada 100 panggilan yang datang bersamaan, maka hanya 1 panggilan yang di perkenankan ditolak. GOS = ( Offered Traffic Carried Traffic ) / Offered Traffic Average Busy Season Busy Hour ( ABSBH ) adalah rata rata traffic di dalam 10 hari tersibuk selama satu tahun. GOS = Grade of Service Offered traffic = traffic yang ditawarkan ke system jaringan Carried Traffic = traffic yang dimuat

12 f. Jam Sibuk ( Time Consistent Busy Hour ) Adalah periode satu jam ( 60 menit ) dalam satu hari dimana trafficnya mampunyai nilai tertinggi dalam jangka waktu lama. Jadi jam sibuk ini di dapat dari kurva rata rata dari banyak kurva ( banyak hari ). Penentuan TCBH didasarkan kepada : 10 High Day Busy Hour ( 10 HDBH ) adalah rata rata traffic di dalam 10 hari tersibuk selama satu tahun. High Day Busy Hour ( HDBH ) adalah beban traffic tertinggi di antara 10 hari tersibuk selama satu tahun. g. Jam Tersibuk ( Busiest Hour atau Bounching Busy Hour ) Adalah periode satu jam tiap hari dimana traffic tertinggi. Dimana jam tersibuk ini di dapat dari satu kurva ( satu hari ). Tiap hari mempunyai jam tersibuk yang berbeda. h. Penanganan Panggilan Yang Tidak Sukses Hal ini terjadi pada saat congestion atau biasa disebut dengan kemacetan, Dalam kondisi ini customer kemungkinan melakukan panggilan ulang atau menunggu. System telepon dapat diklarifikasikan : 1. Loss System : Panggilan yang datang saat sirkit sibuk, akan ditolak atau dibuang dari system. Bila terjadi repeat call ( panggilan ulang ) akan di anggap panggilan baru. System loss ini biasanya digunakan untuk menentukan jumlah saluran antar sentral PSTN. 2. Delay System : panggilan yang tidak dapat dilayani karena seluruh sirkit sibuk, maka panggilan panggilan tersebut diperkenankan menunggu pada ruang tunggu ( buffer ) yang disediakan. System ini biasanya digunakan untuk menentukan kapasitas ( bandwidth ) saluran antar sentral ISDN ( Intelegence Service Digital Network ) atau untuk

13 menentukan kapasitas buffer sentral PSTN ( Public Switching Telephone Network ). 3. Overflow system : panggilan panggilan yang tidak terlayani karena seluruh group sirkit kesuatu arah dalam kondisi diduduki, maka diluapkan ( diroutingkan ) atau di-over ke group sirkit arah lain ( alternative routing ). i. QOS ( Quality of Service ) / Mutu pelayanan Mutu pelayanan jaringan telekomunikasi dapat dikatakan bekerja dengan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Keberhasilan penyambungan yang tinggi. b. Keterhubungan bagus ( kualitas suara ) dan terhubung penuh ( dari mana / kemana saja dapat dihubungi ). c. Waktu tunda untuk dapat dial / idle tone sekecil mungkin d. Response yang ramah dari provider kepada pelanggan. e. Waktu pelayanan yang cepat untuk pelanggan baru. f. Tersedianya service tone ( busy tone, telephone out of order, dsb ) 2.2.4 Routing Routing adalah membuat route baru kesuatu destination melalui satu atau lebih trunk group outgoing dengan memperhatikan ketentuan parameter yang harus disesuaikan dengan signaling ke sentral tujuan. Routing Traffic adalah pengaturan lalu lintas pembicaraan telepon dari source ke destination agar suatu panggilan dapat terlayani dengan baik.

14 KONFIGURASI TRANSMISI SDH LUCENT ARNET KOTA PERIODE : 2014 6.7 km CKG JIA TGA KPK PLT KT1 ANC 13 km 13.4 km 6.3 km 7.7 km 4.5 km 14 (932-502) km (378-284) (252-27) 11.8 km 6. 212 km MRY KDY 64R0301,64R0302 2xSTM-64 7.2 km SLP KRT SM 3.37 km 4,37 km MGD TP CIL MRD 4P0304 6.2 km 6.5 km 1xSTM-16 1xSTM4 New Juni09 5.9 km 6.38 km (529-296) 5.9 km 6 km 2.6 km 16R0303 11.2 km CID 3.9 km 5 km 3.007 km KT2 KMY STR KLG 1xSTM-16 7.4 km 8.6 km 2.3 km 2.6 km (2313-1314) 7.347 km 64R0101,64R0102,64R0103 64R0104,64R0105,64OLO 6xSTM-64 4.84 km 6.58 km CPP GB1 PGG LEGENDS: KB KB 5.62 km SM2 4.15 km GB2 4.7 km TB JT 8.24 km 6.09 km Existing Fiber Optic Cable New Fiber Optic Route 24 core (99-00) E1 TPS-TPK New Fiber Optic Route 48 core New Fiber Optic Route 96 core Shared Fiber Optic Cable bundle XXX XXX Equipment Location Equipment Gateway Location XXX FO Cable Pass Through Gambar 2.2 konfigurasi SDH lucent arnet kota Gambar diatas menjelaskan konfigurasi multiplex transmisi SDH Lucent Arnet Kota. Ada beberapa lokasi yang dilalui oleh ruas Kota, salah satu rute transmisi yang dilewati oleh ruas tersebut adalah ruas Kota 2 Kota 1. Dalam konfigurasi diatas dapat kita lihat bahwa agar informasi Kota 2 menuju Kota 1 dapat terhubung maka pada sistem transmisi harus melewati lokasi Ancol terlebih dahulu yang berperan sebagai penghubung antara Kota 2 - Kota 1 dengan menggunakan kabel fiber optic. Akan tetapi dalam sistem routing traffic, rute tersebut dapat secara langsung ( direct ) tanpa harus melalui lokasi Ancol terlebih dahulu seperti hal yang dilakukan oleh transmisi.