BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan Sustainable Development

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Daftar Pustaka : 44 ( ) Kata Kunci : Perilaku Bidan, Inisiasi Menyusu Dini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

PENDAHULUAN. sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB I PENDAHULUAN. jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan inisiasi menyusu dini. berdampak psikologis pada ibu dan bayi (Roesli, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. setiap perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan, persalinan dan nifas

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indeks kesehatan merupakan indikator penilaian dan komponen pertama dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di samping bidang pendidikan dan daya beli masyarakat. Indikator penilaian indeks kesehatan terdiri atas angka harapan hidup, angka kematian ibu, dan angka kematian bayi dan anak. (Harian Pikiran Rakyat dalam Heryawan, 2009). Berdasarkan hasil perhitungan kalkulasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) oleh United Nation Development Programme (UNDP) dalam www.depok.go.id tahun 2008 menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-109 dari 179 termasuk dalam kategori Menengah (Peringkat 76 s.d 153). Peringkat Indonesia berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya, seperti Brunei Darussalam (27), Singapura (28), dan Malaysia (63) yang berada pada kategori IPM Tinggi (Peringkat 1 s.d 75). Sedangkan pada kategori menengah Indonesia berada di bawah Thailand (81) dan Philipina (102). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan masyarakatnya. Di Indonesia AKB masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 35 per 1000 pada tahun 2003 (BPS, 2004). Berdasarkan data dari World Factbook (2003), AKB Philipina 24,98 per 1000 kelahiran hidup (KH); Thailand 21,83 per 1000 KH; Malaysia 19 per 1000 KH; Brunei Darussalam 13,5 per 1000 KH; dan Singapura 3,3 per 1000 KH (www.cia.gov). Pada tahun 2007 AKB di Indonesia menurun menjadi 26,9 per 1000 KH, namun angka ini belum mencapai target AKB pada Millenium Development Goal s (MDG s) 2015, yaitu sebesar 17 per 1000 KH (Fadhillah, 2009 dalam www.bascomworld.com). 1

2 Selain AKB, Angka Kematian Neonatal (AKN) atau kematian bayi pada usia 0-28 hari di Indonesia juga masih tinggi. AKN memiliki kontribusi terhadap besaran AKB (Djaja, et. al dalam ojs.lib.unair.ac.id). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, AKN mencapai 25 per 1000 KH, sedangkan hasil SDKI tahun 2002-2003 menunjukkan penurunan 20 per 1000 KH dan angka tersebut tetap tidak berubah hingga tahun 2007(BPS, 2007). Angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan oleh target yang dikeluarkan oleh Depkes RI (2001) yang menyatakan target penurunan angka kematian neonatal sampai tahun 2010 menjadi 15 per 1000 KH. Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat dengan indeks kesehatan pada tahun 2008 menempati peringkat 16 dari 26 daerah lain di Jawa Barat yaitu sebesar 67,01 sedangkan indeks kesehatan propinsi Jawa Barat yang mencapai 70,03 poin. Angka ini masih jauh dari target pencapaian Jawa Barat yaitu 80. Akses terhadap pelayanan kesehatan masih belum cukup mampu mendorong peningkatan indeks kesehatan di Propinsi Jawa Barat khususnya Kabupaten Garut (www.kbi.gemari.or.id). Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia dengan AKB dan AKN yang masih tinggi. Salah satu daerah dengan AKB dan AKN tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari data profil kesehatan Kabupaten Garut pada tahun 2006, AKB di Propinsi Jawa Barat tahun 2004 adalah 43,4 per 1000 KH, sedangkan di Kabupaten Garut adalah 55,9 per 1000 KH pada tahun 2004 dan 54,8 per 1000 KH pada tahun 2005 (Haryanto, 2008). Pada kematian neonatal, di Kabupaten Garut juga masih menunjukkan jumlah yang sangat tinggi, yaitu peningkatan dari 272 kasus pada tahun 2003 menjadi 297 kasus pada tahun 2005 (Puslitkes & Pusat Promkes FKM UI, 2007). Kabupaten Garut terdiri dari 42 (empat puluh dua) kecamatan. Salah satu kecamatan tersebut di Kabupaten Garut adalah Kecamatan Sukaresmi. Kecamatan Sukaresmi terdiri dari 6 (enam) desa dan memiliki 1 (satu) Puskesmas yang terletak di salah satu desanya. Untuk jumlah kematian bayi di Kecamatan Sukaresmi pada tahun 2007 terdapat 10 (sepuluh) kasus (Lap.

3 Bulanan KIA Dinkes Kab. Garut, 2007) dengan kematian neonatal (0-7 hari) sebanyak 9 (sembilan) kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Garut, 2007). Pada tahun 2008, kematian bayi meningkat menjadi 13 kasus (Laporan Tahunan Puskesmas, 2008), meskipun jumlah kematian neonatal (0-7 hari) menurun menjadi 5 (lima) kasus. Berbeda dengan data jumlah kematian bayi yang disebutkan oleh laporan tahunan Puskesmas, data yang disebutkan oleh laporan bulanan KIA Dinas Kabupaten Garut pada tahun 2008 yang menyebutkan jumlah kematian bayi sebanyak 12 kasus. Penyebab kematian bayi dapat terbagi menjadi dua yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah asfiksia (33,6%), infeksi (57,1%), berat bayi lahir rendah atau BBLR (35%), dan feeding problem (14,3%). Sedangkan, penyebab tidak langsung seperti kematian janin, kondisi ibu sebelum hamil, perawatan hamil dan bersalin, serta perawatan satu jam pertama pasca melahirkan (Haryanto, 2008). Upaya intervensi terhadap penyebab langsung kematian bayi tersebut adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI). ASI memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi. Awal menyusui yang baik adalah 30 (tiga puluh) menit setelah bayi lahir, karena dapat merangsang pengeluaran ASI selanjutnya (Rahardjo et.al. dalam Medika, 2007). Pemberian ASI sedini mungkin (satu jam pertama) sangat besar manfaatnya. Proses pemberian ASI pada satu jam pertama ini dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD atau permulaan menyusu dini merupakan proses bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir dengan cara diletakkan di antara perut atau dada ibu dan dibiarkan kontak kulit bayi dan kulit ibu sehingga bayi mencari puting susu ibu dengan sendirinya. IMD memberikan manfaat bagi bayi dan ibu diantaranya adalah membantu bayi untuk memperoleh ASI pertama, meningkatkan produksi ASI, membangun ikatan kasih sayang antara ibu dengan bayi dan lain sebagainya. Manfaat lain dari IMD ditemukan oleh Edmond pada penelitiannya di Ghana dan dipublikasikan melalui Jurnal Pediatrics pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu pada satu jam pertama setelah

4 dilahirkan dengan cara diletakkan diatas dada ibu dan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu, maka 22% nyawa bayi di bawah usia 28 hari dapat diselamatkan, namun jika bayi mendapatkan ASI pertama pada saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 24 (dua puluh empat) jam setelah dilahirkan, maka tinggal 16% nyawa bayi di bawah usia 28 (dua puluh delapan) hari yang dapat diselamatkan (Roesli, 2008). Di Indonesia hanya 8% ibu memberi ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan dan hanya 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal, sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir atau IMD (www.susukolostrum.com). Dalam hal pemberian ASI, di Kabupaten Garut juga termasuk masih rendah. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan mengenai pemberian ASI. Berikut gambaran mengenai pengetahuan pemberian ASI. Tabel 1.1 Pengetahuan Ibu, Suami dan masyarakat tentang pemberian ASI di daerah Proyek SNL-2, Kabupaten Garut, 2007 Pengetahuan tentang ASI Ibu (n=640) Suami (n=209) Pendamping (n=259) n % n % n % Kapan Sebaiknya bayi disusui <= 60 menit 363 56.7 95 45.5 126 48.6 1-24 jam setelah lahir 85 13.3 30 14.4 46 17.8 >24 jam setelah lahir 126 19.7 47 22.5 60 23.2 Tidak tahu/tidak jawab 66 10.3 37 17.7 27 10.4 ASI yang pertama kali keluar yang berwarna kekuningan (kolostrum) boleh diberikan pada bayi 497 77.7 68 32.5 118 45.6 Sampai umur berapa sebaiknya bayi hanya diberikan ASI saja <4 bulan 184 28.8 76 36.4 4 1.5 4-5 bulan 22 3.4 2 1.0 98 37.8 6 bulan 329 51.4 32 15.3 15 5.8 >6 bulan 40 6.3 10 4.8 53. 20.5 Tidak tahu / tidak jawab 65 10.2 89 42.6 142 54.8 Sumber: Puslitkes-FKM UI, 2007

5 Tingkat pemberian ASI pada satu jam pertama di Kabupaten Garut masih rendah yaitu 57 %. Pemberian ASI segera pada satu jam pertama di Kabupaten Garut relatif lebih baik dibanding dengan kabupaten lainnya. Hampir separuh ibu di Kabupaten Garut yang telah melakukan penyusuan segera terhadap bayinya. Namun, survei ini tidak mengukur bagaimana cara ibu melakukan penyusuan segera, sehingga tidak diketahui apakah ibu melakukan penyusuan segera dengan cara yang baik dan benar (Puslitkes & Pusat Promkes FKM UI, 2007). Hasil studi kualitatif menemukan ada 3 (tiga) pola pemberian ASI pertama kali kepada bayi di masyarakat Garut. Jika ASI langsung keluar atau ASI keluar dalam waktu kurang dari 2 (dua) jam setelah persalinan, maka makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi adalah ASI. Namun, jika ASI baru keluar dalam waktu 2 jam setelah persalinan, maka sebelum ASI keluar bayi diberi air putih atau air madu, sedangkan jika ASI baru keluar setelah 2-3 hari persalinan, maka ibu akan memberikan susu formula bayi baik anjuran bidan maupun keluarga (Puslitkes & Pusat Promkes FKM UI, 2007). Di Kabupaten Garut IMD masih merupakan hal baru bagi masyarakatnya termasuk di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut. Menurut bidan di Kecamatan Sukaresmi, IMD baru disosialisasikan pada bulan November 2008, padahal IMD sudah mulai diperkenalkan WHO pada tahun 1998 dalam Evidence For The Ten Steps To Succesfull Breastfeeding. IMD hanya diketahui oleh bidan dan paraji belum mengetahuinya, padahal masih banyak ibu hamil yang melahirkan dengan bantuan pertolongan persalinan oleh paraji yaitu, 32,99% pada tahun 2007 (Profil Kesehatan Garut, 2007). Dengan demikian, masih banyak ibu-ibu yang belum mengenal dan menerapkan IMD. Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah ibu yang sedang hamil karena ibu hamil biasanya sedang mempersiapkan kelahiran anaknya. Oleh karena itu, jika dilihat dari permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian yang salah satunya tentang gambaran pengetahuan, sikap dan niat ibu hamil untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

6 1.2 Perumusan Masalah Status kesehatan neonatal yang masih rendah di Kabupaten Garut. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kematian neonatal setiap kecamatan yang masih tinggi yaitu 6 (enam) kasus pada tahun 2003 dan meningkat menjadi 7 (tujuh) pada tahun 2005. Sedangkan, jumlah kasus kematian neonatal (0-7 hari) di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut masih tinggi pada tahun 2008 yaitu 5 (lima) kasus sehingga kasus kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan yang belum tuntas diselesaikan oleh pemerintah kabupaten Garut. Penyebab masalah ini salah satunya adalah kurangnya pengetahuan mengenai pemberian ASI khususnya IMD sehingga belum terbentuknya sikap dan niat yang kuat pada ibu yang sedang hamil untuk melakukan IMD. Salah satu alasan terpilihnya ibu hamil dalam penelitian ini adalah ibu hamil ini sedang dalam persiapan untuk persalinan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan niat pada ibu hamil untuk melakukan IMD di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut pada tahun 2009. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan niat ibu hamil untuk melakukan IMD di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut tahun 2009? 2. Bagaimana norma subyektif ibu hamil terhadap IMD di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut tahun 2009? 3. Bagaimana kontrol perilaku ibu hamil untuk melakukan IMD di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut tahun 2009? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diperoleh informasi mengenai gambaran pengetahuan, sikap dan niat ibu hamil untuk melakukan IMD secara mendalam. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan niat ibu hamil untuk melakukan IMD

7 2. Mengidentifikasi norma subyektif ibu hamil terhadap IMD. 3. Mengidentifikasi kontrol perilaku ibu hamil untuk melakukan IMD. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan perencanaan dalam salah satu upaya penurunan jumlah kematian neonatal. 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan salah satu sumber informasi mengenai IMD bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP). 1.5.3 Bagi Peneliti Lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan, sikap, dan niat ibu hamil untuk melakukan IMD. 1.6 Ruang lingkup Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian Rapid Assessment Procedures (RAP) yang dilaksanakan di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut pada bulan Mei Juni 2009. Sampel penelitian yang diambil sebanyak 13 orang terdiri dari 4 orang ibu hamil trimester akhir dengan komposisi 2 orang ibu hamil yang berencana melahirkan di bidan dan 2 orang ibu hamil yang berencana melahirkan di paraji. Salah satu alasan yang mendasari penulis meneliti pada ibu hamil khususnya ibu hamil pada trimester akhir di Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut ini karena ibu hamil tersebut sedang mempersiapkan persalinannya.

8 Informan lainnya yaitu 4 orang keluarga ibu hamil, 4 orang penolong persalinan dan 1 orang tokoh agama. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan alat bantu pedoman wawancara, catatan dan tape recorder. Untuk menjaga validitas data dilakukan triangulasi sumber kepada keluarga, penolong persalinan yag ditunjuk oleh ibu hamil dan seorang tokoh agama.