PENDAHULUAN BAB I. 1.1.Latar Belakang. Fisika kuantum merupakan bagian dari fisika modern yang mempelajari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Materi penjumlahan pada kelas rendah adalah materi yang harus benarbenar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB V PEMBAHASAN. menggambarkan perbedaan hasil belajar matematika yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

Etik Andriani Aunillah Kusno. STKIP PGRI Sidoarjo Jl.Jenggala Kotak Pos 149 Kemiri Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin hari

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 3 JP

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) informasi pada

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan saat ini tidak hanya sebatas proses pembelajaran dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROBLEM BASED LEARNING. R. Nety Rustikayanti, S.Kp., M.Kep. 2016

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Redox. Vol.6, No.1 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab. Sebaliknya, jika memiliki tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Usaha tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Fisika kuantum merupakan bagian dari fisika modern yang mempelajari partikel pada level konstanta planck (Planck Order) yang saat ini merupakan ilmu yang sangat penting untuk kemajuan teknologi secara khusus semikonduktor dan nanoteknologi. Bahkan dapat dikatakan tidak ada teknologi tanpa mekanika kuantum. Dikalangan mahasiswa (studentsof university) fisika kuantum merupakan ilmu dan pembelajaran yang sangat sulit, tetapi setiap mahasiswa harus melewati mata kuliah ini karena fisika kuantum telah menjadi mata kuliah dasar keahlian. Dianggap sulit karena ilmu fisika kuantum merupakan ilmu yang kompleks ( memerlukan pemahaman disiplin ilmu lain ) dan kontra-intuitif sehingga dalam mempelajari fisika kuantum, mahasiswa dituntut untuk lebih profesional dalam hal pembelajarannya. Mahasiswa membutuhkan lebih banyak waktu dan refleksi untuk menyerap ide ide dasar dari fisika kuantum (Johnston, 2006 ). Kebanyakan mahasiswa yang mempelajari fisika kuantum banyak menemukan hal abstrak dan sulit. Hal ini karena mekanika merupakan ilmu yang kompleks dan pembelajaran dari dosen juga tidak banyak berubah sejak tahun - tahun awal mekanika kuantum dibangun, sehingga dosen harus menyelidiki cara cara pembelajaran yang mungkin lebih efektif dan efisien agar ide ide dapat sampai kepada mahasiswa. 1

2 Ada dua kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mempelajari mekanika kuantum. Pertama adalah formalisme matematika dan yang kedua adalah bagaimana interpretasi yang dihasilkan. Formalisme matematika yang dimaksud disini adalah berupa deret fourier,persamaan differensial,fungsi kompleks serta ruang hilbert.interpretasi konseptual yang dibutuhkan dapat berupa fungsi gelombang,interpretasi Max Born, prinsip ketidakpastian Heisenberg serta persamaan Schrodinger sebagai persamaan pokok mekanika kuantum. Tuntutan tinggi dari kesulitan ini harus dihadapi baik mahasiswa maupun dosen yang mengajarkannya sehingga tafsiran kuantum dapat dipahami ( Muller, 1998 ). Kesulitan dalam pembelajaran mekanika kuantum telah banyak diteliti oleh peneliti. Kebanyakan mahasiswa merasa terkejut dengan perubahan yang besar dari mekanika klasik ke mekanika kuantum. Perubahan ini dapat dimengerti seperti formalisme matematis yang sangat sulit dan adanya kontraintuitif. Ketidaksiapan perubahan ini membawa dampak beban yang berat dan juga mengakibatkan kesalahan konsep ( incorrect conceptual ) serta menghambat pertumbuhan pemahaman mahasiswa (Jones, 1991). Konteks pendidikan di mana mahasiswa saat ini belajar tentang mekanika kuantum sangat berbeda dari lingkungan sosial di mana para ilmuwan pertama sekali mendalilkan dan kemudian mengembangkannya dengan cara menggambarkan perilaku materi pada skala mikroskopis. Butuh waktu hampir 30 tahun untuk teori asli dikembangkan.fisikawan berjuang untuk memahami dan memperbaiki ide-ide baru dan konsep yang awalnya sangat kontroversial dan berdasarkan filosofis dan prinsip matematika.sebaliknya, sebagian besar

3 mahasiswa fisika yang memasuki program universitas hari ini telah menggunakan materi yang telah disusun oleh banyak pakar danterus disempurnakan.konsep fisika ditingkat sekolah lanjutan atas memiliki rasa Newtonian yang kuat, dalam arti bahwa meskipun sebagian besar pengalaman siswa di tingkat sekolah lanjutan juga memiliki pengalaman yang kontraintuitif. Vygotsky menjelaskan aktivitas sebagai proses yang dilakukan dalam konteks sosial, di mana kelompok atau individu bergulat dengan informasi baru atau tuntutan baru untuk membuat sesuatu yang berarti, untuk menyelesaikan masalah dan untuk beradaptasi dengan kondisi baru. Dalam pembelajaran tradisional, dimana model pembelajaran mengasumsikan dengan siswa berhasil ketika dapat mengerjakan tugas tugas.sehingga keberhasilan pembelajaran hanya dilihat dari kemampuan siswa menjawab soal soal. Dalam konteks ini keberhasilan guru terletak pada memfasilitasi proses tersebut. Dalam konteks pembelajaran profesional kemampuan guru adalah agar siswa dapat menerapkan konsep dan prinsip pada pada level yang lebih tinggi,serta mahir dalam pemecahan masalah. Berdasarkan banyaknya kesulitan belajar siswa berbagai macam upaya telah dilakukan dalam dunia pendidikan, seperti contoh kecilnya tadi adalah terciptanya berbagai model pembelajaran yang memang dirancang dengan melihat kondisi perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Salah satu contoh model pembelajaran yang ditemukan adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Menurut Tan (Rusman2010), Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pada

4 model ini kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pendidik (guru) memahami konsep dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini.mungkin disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya kepada para guru tentang model ini. Dimana, menurut Tan (Rusman 2010), merupakan model pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan prkatisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran. Berdasarkan latarbelakang diatas maka peneliti sangat tertarik melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan diatas serta meminimalisasi kesulitan kesulitan yang timbul dengan mendesain bahan ajar untuk masalah tersebut. Adapun judul penelitian saya berjudul Pengembangan Bahan Ajar Fisika Kuantum Berbasis Masalah Pada Program Studi S1 Fisika.

5 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan beberapa penelitian tentang pembelajaran mekanika kuantum yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kesulitan yang dialami mahasiswa dalam pembelajaranfisika kuantum. Kesulitan berupa formalisme matematika yang sulit dan konsep fisika yang dalam dan kompleks. 2. Rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar mahasiswa. 3. Kurang tersedianya bahan ajar berbasis masalah dalam pembelajaran fisika kuantum 1.3.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Apakah bahan ajar fisika kuantum berbasis masalah pada program studi S1 Fisika layak digunakan menurut standart BSNP? 2. Apakah penggunaan bahan ajar fisika kuantum berbasis masalahdapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa?. 3. Apakahpenggunaan bahan ajar fisika kuantum berbasis masalahdapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa?.

6 1.4.Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar fisika kuantum berbasis masalah yang layak digunakan sesuai standar BSNP dimana bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika kuantum mahasiswa serta dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa terhadap pembelajaran fisika kuantum. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bahan ajar yang dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran fisika kuantum dengan model pembelajaran berbasis masalah. 2. Bahan ajar yang dikembangkandapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. 3. Bahan ajar yang dikembangkandapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa. 4. Bahan ajar yangdikembangkan dapat mengatasi kesulitan matematisdan perubahan yang besar dan kontraintuitif antara mekanika klasik dengan fisika kuantum 5. Dengan dihasilkannya bahan ajarfisika kuantum berbasis masalah dalam penelitian ini diharapkan membuka jalan untuk penelitian selanjutnya dalam meningkatkan kualitas penelitian dalam mekanika kuantum.

7 1.6.Batasan Penelitian Dari uraian identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut maka untuk lebih memfokuskan penelitian ini maka penelitian dilakukan dengan batasan masalah sesusai dengan tujuan yang diharapkan. Maka batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini difokuskan untuk melihat apakah bahan ajar yang dikembangkan layak digunakan. 2. Penelitian ini difokuskan dan terbatas pada materi efek terobosan,partikel dalam kotak dan osilator harmonik kuantum 3. Penelitian ini difokuskan untuk melihat hasil belajar dan aktivitas belajar. 4. Uji coba produk yang digunakan adalah uji coba terbatas pada satu kelas. 1.7.Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan Dalam penelitian ini adapun spesifikasi produk yang dikembangkan adalah : 1. Bahan ajar yang dikembangkan berbentuk media cetakyakni modul. 2. Bahan ajar fisika kuantum yang dihasilkan adalah berbasis masalah 3. Bahan ajar dikembangkan dalam bahasa indonesia 1.8.Definisi Operasional Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dibuat suatu defenisi operasional sebagai berikut:

8 1. Bahan ajar Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau kumpulan materi pelajaran yang disusun secara sistematisyang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran(belawati, 2003). 2. Pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran berbsasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam Abbas 1997). 3. Hasil Belajar Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang terukur sebagai hasil belajar yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.hamalik(2008). 4. Aktivitasbelajar Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan, yaitu terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya( Sardiman 2008 ) 5. Fisika Kuantum Fisika kuantum adalah cabang fisika yang mengkaji fenomena alam pada level partikel dimana sifat sifat fisika yang timbul berbeda dengan fisika klasik. Contoh Perbedaan tersebut adalah jika dalam fisika

9 klasik energi benda kontinu maka dalam fisika kuantum energi adalah terkuantisasi. Ilmu yang menguraikan serta mengkaji fisika kuantum tersebut dinamakan mekanika kuantum (Wikipedia.org/Wiki).