TINJAUAN YURIDIS PELELANGAN BARANG JAMINAN DALAM KREDIT BERMASALAH PADA KANTOR PELAYANAN PIUTANG DAN LELANG NEGARA SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

TATA CARA LELANG DENGAN KEHADIRAN PESERTA (KONVENSIONAL) Umum UANG JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 304/KMK.01/2002 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN LELANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB II DEPOSITO SEBAGAI SALAH SATU SURAT BERHARGA. deposito di Bank lazimnya di letakkan pada persyaratan jangka waktu

kredit dari dana-dana yang di peroleh melalui perjanjian kredit. dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB III PENUTUP. tangan terkait objek jaminan pada perjanjian kredit usaha mikro adalah dengan

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung , 1993, Hukum Perdata Indonesia, Citra

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

R I S A L A H - L E L A N G Nomor :010/PLII.6/2014

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

KEWENANGAN RELATIF KANTOR LELANG DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DEBITUR DI INDONESIA. Oleh : Revy S.M.Korah 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rangkaian pembahasan sebelumnya mengenai perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS PELELANGAN BARANG JAMINAN DALAM KREDIT BERMASALAH PADA KANTOR PELAYANAN PIUTANG DAN LELANG NEGARA SURAKARTA Oleh: Kartiko Adito Putro Kata Kunci: Barang bukti, pelelangan, piutang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji pelaksanaan pelelangan barang jaminan serta hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pelelangan barang jaminan di Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Surakarta dan cara mengatasinya. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis empiris, sehingga data primernya adalah data yang langsung diperoleh di lapangan. Hasil penelitian ini adalah bahwa pemohon mengajukan permohonan lelang secara tertulis kepada Kepala KP2LN setempat dilengkapi dengan syaratsyarat yaitu syarat umum dan syarat khusus. Kepala KP2LN menetapkan hari, tanggal dan waktu pelaksanaan lelang setelah dilakukan analisa kelengkapan dokumen. Pemohon menetapkan besarnya uang jaminan yang harus disetor calon peserta lelang dengan memperhatikan saran dari KP2LN. Pemohon melaksanakan pengumuman lelang melalui surat kabar harian setempat. Pemohon menetapkan nilai limit dari barang yang akan dilelang dan diserahkan sesaat sebelum lelang. Penawaran lelang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, untuk cara penawaran lelang ditentukan oleh Kepala KP2LN atau pejabat sesuai dengan permintaan pemohon lelang secara tertulis. Kendala yang dihadapi kaitannya dengan pihak nasabah/kreditur, kendalanya adalah apabila nasabah telah pindah rumah ataupun pindah tempat bekerja, sehingga setelah didatangi alamatnya yang tercantum dalam data-data yang dimiliki oleh pihak KP2LN ternyata rumah tersebut kosong. Nasabah malu untuk mendatangi lelang. Persaingan harga tidak bisa maksimum/optimal seperti yang diharapkan karena pembeli potensial adalah pedagang yang telah bersatu (kongsi). Lelang tidak bisa berjalan optimal karena lelang bukan merupakan pelayanan utama pada itu sebab pelayanan yang lain, pun harus tetap berjalan seperti biasanya.

A. Pendahuluan Pertumbuhan dan perkembangan perbankan nasional kita tidak lepas dari langkah-langkah kebijaksanaan deregulasi pemerintah sebagai upaya perkembangan dan pembangunan yang diharapkan. Bank mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai lembaga peratara dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit yang diberikan. Dalam situasi sumber-sumber pembiayaan (di luar perbankan) masih terbatas, pemberian kredit perbankan masih sangat berperan menunjang kegiatan perekonomian nasional. Apabila pemberian kredit perbankan berjalan lancar, maka kegiatan perekonomian dapat terus berkembang dan dapat ditingkatkan. Sebaliknya, berkurangnya pemberian kredit perbankan akan berakibat pula kelambatan kegiatan ekonomi dan pembangunan. Istilah kredit, dalam kehidupan kita sehari-hari bukanlah merupakan hal asing. Kita masih sering mendengar istilah kredit yaitu bilamana ada seseorang yang akan mencari pinjaman uang, ia akan mengatakan bahwa ia akan mencari pinjaman kredit. Dengan diperolehnya pinjaman kredit dari kreditur, bagi pihak yang telah menerima pinjaman tersebut untuk selanjutnya berkewajiban mengembalikan pinjaman itu beserta bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan bersama antara pemberi kredit (pihak bank) dengan penerima kredit.

B. Metode Penelitian Guna memperoleh data secara lengkap dan konkret penulis mengadakan penelitian yang berhubungan dengan obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi di Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara Surakarta (KP2LN). Alasan pemilihan (KP2LN) sebagai lokasi penelitian adalah karena adanya pertimbangan tertentu yaitu di lokasi tersebut telah sering terjadi pelaksanaan pelelangan barang jaminan seperti yang diteliti oleh penulis. Penelitian hukum yang dilakukan oleh penulis adalah termasuk jenis penelitian yuridis empiris.hal ini disebabkan peneliti langsung memperoleh data primer atau data yang pertama kali didapatkan di lapangan atau dalam masyarakat.pengertian penelitian yuridis empiris sendiri adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat.disini penulis mencari data di Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (selanjutnya disingkat KP2LN) Surakarta. Penelitian yang dilakukan ini mempunyai sifat deskriptif.pengertian penelitian deskriptif yaitu penelitian yang hanya terbatas pada suatu usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan peristiwa yang sebenarnya terjadi, sehingga penelitian ini hanya bersifat untuk mengungkapkan fakta.hasil penelitian ini ditekankan untuk memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diselidiki. Sumber data dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang berupa aturan-aturan yang dipakai dalam KP2LN. Dalam hal ini sumber data

primernya adalah berupa keterangan dari manajer atau pegawai pada KP2LN Surakarta. 1. Bahan hukum primer Yaitu bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari: a. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 b. PP lelang No. 189 Tahun 1908 2. Bahan hukum sekunder Yaitu bahan yang mendukung dan erat kaitannya dengan bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu. 3. Bahan hukum tersier Merupakan bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.bahan hukum tersier dalam kamus ini berupa kamus hukum. C. Pembahasan Pelaksanaan pelelangan barang jaminan secara umum yang dilakukan oleh KP2LN Surakarta, ada persiapan atau tahapan yang harus dilakukan oleh kreditur selaku pemegang hak tanggungan atau barang jaminan. Dimana dalam Pasal 1131 KUHP ditegaskan bahwa segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan debitur itu. Pemegang barang jaminan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek barang jaminan atas kekuasaan sendiri

melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. Penawaran lelang yang dilakukan tidak langsung secara lisan, peserta lelang mengajukan penawaran dengan menggunakan media audio visual dan telepon. Dalam hal penawaran lelang dilakukan tidak langsung secara tertulis, peserta lelang mengajukan penawaran dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain, LAN (Local area network), intranet, Internet, pesan singkat (short message service/sms) dan facsimile. Pelaksanaan lelang secara tidak langsung dengan penawaran lelang melalui internet, harus memenuhi ketentuan antara lain: 1. Penawaran lelang menggunakan perangkat lunak (software) yang dapat dioperasionalkan untuk penyelenggaraan lelang melalui internet dengan harga semakin meningkat/naik. 2. Peserta lelang yang sah mendapatkan nomor peserta lelang (login) dan sandi akses (password) tertentu agar dapat melakukan penawaran. 3. Penawaran dilakukan sejak mulai pengumuman lelang sampai dengan penutupan penawaran (closing time) seara berkesinambungan. 4. Harga limit bersifat terbuka yang ditayangkan dalam situs (web site). 5. Peserta lelang dapat mengetahui penawaran tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang lainnya secara berkesinambungan. 6. Pejabat lelang menetapkan pemenang lelang berdasarkan cetakan rekapitulasi penawaran yang diproses perangkat lunak (software) lelang melalui internet di tempat pelaksanaan lelang pada saat penutupan penawaran (closing time).

Penawaran lelang yang diselenggarakan KP2LN dapat dilakukan dengan harga lelang inklusif atau dengan harga lelang eksklusif. Lelang yang dilakukan dengan harga lelang Inklusif, harga lelang sama dengan pokok lelang dan sudah termasuk Bea Lelang pembeli. Lelang yang dilakukan dengan Harga Lelang Eksklusif, harga lelang sama dengan pokok lelang namun belum termasuk Bea Lelang pembeli. Penawaran harga lelang yang telah disampaikan oleh peserta lelang kepada pejabat lelang tidak dapat diubah atau dibatalkan oleh peserta lelang. Suatu pelelangan dimana terdapat beberapa peserta lelang yang mengajukan penawaran tertinggi, secara lisan semakin menurun atau tertulis dengan nilai yang sama dan mencapai atau melampaui harga limit, Pejabat Lelang berhak menentukan pemenang lelang dengan cara: 1. Melakukan penawaran lanjutan hanya terdapat peserta lelang yang mengajukan penawaran sama, yang dilakukan secara lisan atau tertulis berdasarkan persetujuan peserta lelang bersangkutan. 2. Apabila penawaran lanjutan tidak dapat dilaksanakan, maka dilakukan penetapan salah satu diantara peserta lelang yang mengajukan penawaran sama dengan melakukan pengundian. Cara penawaran lelang itu ditentukan oleh Kepala KP2LN atau pejabat lelang sesuai permintan pemohon lelang atau penjual secara tertulis. Dalam hal pemohon lelang atau penjual tidak menentukan cara penawaran lelang, kepala KP2LN atau Pejabat Lelang berhak menentukan sendiri cara penawaran lelang. Dalam suatu pelaksanaan lelang, penjual tidak diperkenankan mengusulkan cara penawaran lisan untuk sebagian barang dan cara penawaran tertulis untuk

sebagian barang lainnya. Setiap pelaksanaan lelang dikenakan bea lelang sesuai Peraturan Pemerintah tentan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan. Setiap pelaksanaan lelang dikenakan Uang Miskin sebesar 0,4% dihitung dari pokok lelang. Uang miskin itu dipungut atau dikenakan pada pemenang lelang. Uang miskin itu sendiri adalah uang yang dipungut dari pembeli secara Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Departemen Sosial. Untuk pelaksanaan lelang yang ditahan atau tidak ada penawaran tidak dikenakan Bea Lelang, namun untuk pelaksanaan lelang yang dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Pengadilan dikenakan Bea Lelang Eksekusi. Penawaran lelang dalam Lelang Eksekusi harus dilaksanakan secara langsung. Pelaksanaan pelelangan di KP2LN mempunyai beberapa permasalahan, permasalahan tersebut dapat dari beberapa pihak yaitu: 1. Pihak nasabah: a. Nasabah pindah rumah atau pindah tempat bekerja, sehingga setelah didatangi alamatnya yang tercantum dalam data-data yang dimiliki oleh pihak KP2LN ternyata rumah tersebut kosong. b. Nasabah malu untuk mendatangi lelang. 2. Pihak perusahaan: a. Persaingan harga tidak bisa maksimum/optimal seperti yang diharapkan karena pembeli potensial adalah pedagang yang telah bersatu (kongsi). b. Lelang tidak bisa berjalan optimal karena lelang bukan merupakan pelayanan utama pada itu sebab pelayanan yang lain, pun harus tetap berjalan seperti biasanya.

3. Pihak lain: Harga barang jaminan yang dinilai sebagai barang bekas nilainya tidak stabil dan kurang terukur secara pasti di pasaran. D. Kesimpulan Pemohon mengajukan permohonan lelang secara tertulis kepada Kepala KP2LN setempat dilengkapi dengan syarat-syarat yaitu syarat umum dan syarat khusus. Kepala KP2LN menetapkan hari, tanggal dan waktu pelaksanaan lelang setelah dilakukan analisa kelengkapan dokumen. Pemohon menetapkan besarnya uang jaminan yang harus disetor calon peserta lelang dengan memperhatikan saran dari KP2LN. Pemohon melaksanakan pengumuman lelang melalui surat kabar harian setempat. Pemohon menetapkan nilai limit dari barang yang akan dilelang dan diserahkan sesaat sebelum lelang. Penawaran lelang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, untuk cara penawaran lelang ditentukan oleh Kepala KP2LN atau pejabat sesuai dengan permintaan pemohon lelang secara tertulis. Pelaksanaan lelang dilakukan oleh pejabat lelang bersama-sama dengan pemandu lelang. Pembayaran hasil lelang dilakukan secara tunai oleh pemegang lelang selambat-lambatnya tiga hari kerja setelah lelang kepada pejabat lelang dan selanjutnya segera disetorkan kepada yang berhak setelah dipotong bea lelang penjual. Apabila pemenang lelang yang sudah ditunjuk tidak melunasi pembayaran (wanprestasi), uang jaminan lelang disetorkan ke kas negara. Upaya yang dilakukan KP2LN Surakarta untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pelelangan barang jaminan yaitu nasabah pindah rumah atau

pindah tempat kerja, dalam hal ini penyelesaian pelelangan yang dilaksanakan oleh KP2LN bekerja sama dengan aparat setempat yang berwajib. Dan penyelesaiannya pelelangan paling efektif dan cepat adalah dengan menggunakan Surat Kuasa Menjual (SKM) dari nasabah kepada KP2LN yang ditandatangani bersamaan pada akad kredit. Dan mengadakan sosialisasi lelang, menjual dibawah tangan barang sisa lelang. Daftar Pustaka Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni Budi Untung, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Andi Hadari Nawawi, 1995, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Bulak Sumur Hardijan Rusli, 1993, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Hartono Hadisoeprapto, 1984, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty Hassanudin Rahmad, 1998, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit, Bandung: Citra Aditya Bakti Ignatius Ridwan Widyadharma, 1999, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Badan Penerbit Universitas Diponegoro J. Satrio, 1998, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Bandung: Citra Aditya Bakti Mar uf Saleh, 1997, Langkah Antisipatif Yang Harus Dilakukan Dalam Memproses dan Menyelesaikan Kredit Bermasalah, Jakarta: Info Bank Munir Fuady, 1999, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Bandung: Citra Aditya Bakti Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press

Subekti, 1997, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermassa Thomat Suyatno, 1997, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Widjanarta, 1997, Kajian Legal Dalam Analisa dan Proses Kredit Komersial Serta Solusi Hukum Menghadapi Kredit Bermasalah, Jakarta: Info Bank, Cetakan II. Wiryono Prodjodikoro, 1981, Pokok-pokok Hukum Perdata Tentang Persetujuanpersetujuan Tertentu. Bandung: Alumni Yahya Harahap, 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pembukuan Undang-undang DAsar 1945 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Peraturan Lelang No. 189 Tahun 1908