BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target dalam Millennium Development Goals (MDGs) yaitu sebesar 102 pada tahun 2015. Salah satu masih tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh anemia (Kemenkes RI, 2011). Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan zat besi (Fe). Selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu hamil (Dep Kes RI, 1999). Dari hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001). 1
2 Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makasar (2010), ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 2.220 orang dengan klasifikasi anemia ringan 1.755 orang(79,1%), anemia sedang 367 orang (16,5%), anemia berat 98 orang (4,4%).Data Puskesmas Bara-Baraya Kota Makasar (2011), 762 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya dan didapatkan 56 kasus anemia. dengan klasifikasi anemia ringan 44 orang (78,2%), anemia sedang 10 orang (18,2%), anemia berat 2 orang (4,0%). Berdasarkan survei anemia yang dilaksanakan tahun 2005 di 4 kabupaten/kota di Sumatera Utara, yaitu Kota Medan, Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Langkat salah satu upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi anemia adalah dengan pemberian tablet besi (Fe) sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan. Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Sumatera Utara menunjukkan kenaikan yaitu 62,22% pada tahun 2010 menjadi 75,15% pada tahun 2011 dan 77,37% pada tahun 2012. Peningkatan ini belum mampu mencapai target nasional yaitu 80%. Salah satu tantangan yang menyebabkan pencapaian cakupan Fe tidak optimal adalah tidak semua kabupaten/kota menyediakan anggaran untuk pengadaan tablet Fe, sehingga dropping tablet Fe dari tingkat pusat dan Provinsi Sumatera Utara tidak mampu memenuhi kebutuhan Fe di semua kabupaten/kota (Profil kesehatan Propinsi, 2012). Kejadian Anemia dalam kehamilan dapat mempengaruhi kehamilan karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR (berat badan lahir rendah). Pada persalinan dapat menyebabkan insersia uteri, ibu menjadi lemas sehingga menimbulkan partus
3 lama, sedangkan pada masa nifas dapat terjadi pendarahan dan pada keadaan ini tubuh tidak dapat mentoleransi seperti ibu yang sehat tidak menderita anemia.hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas serta kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi (Manuaba, 2002). Untuk menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil maka pemerintah melalui Depkes RI melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil. Suplementasi tablet zat besi dan peningkatan gizi merupakan upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia. Program pencegahan anemia pada ibu hamil, dengan memberikan suplemen zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Namun banyak ibu hamil yang menolak atau tidak mematuhi anjuran ini karena berbagai alasan. Kepatuhan minum tablet Fe apabila 90% dari tablet besi yang seharusnya diminum. Kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi merupakan faktor penting dalam menjamin peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil. Tablet zat besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun, karena berbagai faktor misalnya pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil yang kurang baik, efek samping tablet yang ditimbulkan tablet tersebut dapat memicu seseorang untuk kurang mematuhi konsumsi tablet zat besi secara benar sehingga tujuan dari pemberian tablet tersebut tidak tercapai. Rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi suplemen besi merupakan salah satu penyebab angka prevalensi anemia masih tetap tinggi (Purwaningsih, 2004). Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas di Yogyakarta, sekitar 40%-50% ibu tidak patuh minum tablet Fe. Penelitian Wipayani (2008) di
4 Semarang, dari 30 orang responden, 30% diantaranya tidak patuh minum tablet Fe (Maisa, 2012). Hasil penelitian Sadariah tahun 2012, di Puskesmas Bara-Baraya diperoleh bahwa dari 110 sampel ibu hamil terdapat 43 (39,9 %) ibu hamil yang menderita anemia didapatkan 16 (37,2 %) ibu yang tidak patuh dalam konsumsi tablet zat besi. Suplementasi tablet besi merupakan salah satu cara yang bermanfaat dalam mengatasi anemia. Di Indonesia, suplementasi besi sudah lama diberikan secara rutin pada Ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu, menggunakan tablet yang mengandung 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan. Sejauh ini hasil yang dicapai belum menggembirakan, terbukti dari prevalensi anemia pada Ibu hamil yang masih tinggi baik ditingkat nasional maupun ditingkat jawa tengah (Prawirohardjo, 2002). Meskipun program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil sudah dijalankan sejak tahun 1970, namun masih terdapat beberapa kasus yang disebabkan karena anemia pada masa kehamilan. Hanya sedikit wanita hamil dinegara berkembang seperti di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan melalui makanan sehari-hari, karena sumber utama zat besi yang mudah diserap oleh tubuh (besi heme) yaitu protein hewani seperti ikan dan daging relatif mahal harganya dan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat. Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya zat besi seperti sayuran hijau dan kacang-kacangan, namun zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Oleh karena itu
5 program pemberian suplementasi tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi anemia (Depkes RI, 2000). Relatif tingginya kejadian anemia pada ibu hamil kemungkinan disebabkan faktor karakteristik ibu hamil seperti pendidikan, umur, sosial ekonomi, paritas yang secara tidak langsung mempengaruhi perilaku ibu hamil mematuhi anjuran petugas kesehatan (bidan) dalam mengkonsumsi tablet zat besi secara teratur. Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil Dinas Kesehatan mempunyai program suplementasi tablet tambah darah yang bisa didapatkan di Puskesmas daerah. Tablet tambah darah dapat menghindari anemia besi dan anemia asam folat. Pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil. Pada beberapa ibu hamil, zat besi yang terkandung dalam vitamin kehamilan bisa menyebabkan sembelit atau diare. Menurut hasil Penelitian Siti dikecamatan Candi kabupaten Sidoarjo didapatkan ibu hamil 30 orang sebanyak 25 orang (83%) ibu hamil patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe dan 5 orang (17%) ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi adalah ketaatan ibu hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan
6 besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena anemia (Afnita, 2004). Secara umum, ketidakpatuhan dapat menyebabkan meningkatnya resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang anemia akan bertambah. Pengetahuan mereka tentang anemia, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi. Namun, hingga sekarang cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi masih rendah. Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet Fe lebih dari 90 tablet selama kehamilan. Disparitas menurut provinsi khususnya yang tidak pernah mengkonsumsi tablet Fe yang terendah adalah di DI Yoyakarta (3,6%), dan yang tertinggi di Sumatera Utara (38,0%) (RISKESDAS, 2010). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas kesehatan yaitu bidan, faktor obat, dan faktor penderita. Faktor bidan antara lain kinerja bidan, tingkat pengetahuan, lamanya kerja, peran bidan dan kinerja bidan. Faktor obat yaitu pengobatan yang sulit dilaksanakan, tidak menunjukkan kearah penyembuhan, waktu yang lama dan efek samping obat. Faktor
7 penderita seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan dan dukungan keluarga (Anggreni, 2008). Salah satu petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan anemia pada ibu hamil adalah bidan. Bidan memegang peranan penting dalam setiap kunjungan antenatal care, bidan harus mengenal kehamilan risiko tinggi khususnya anemia kurang gizi dan memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil. Bidan juga dapat berperan sebagai customer, komunikator, motivator, fasilitator dan konselor. Dalam penanganan anemia kehamilan, bidan harus memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil dan pada setiap kunjungan antenatal, memberikan penyuluhan tentang gizi, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C dan menanyakan apakah ibu hamil meminum tablet Fe sesuai dengan ketentuan. Hasil penelitian Yani (2012) diwilayah kerja puskesmas Kuta Alam kota Banda Aceh bahwa dari 68 orang ibu hamil, 6 orang (8,8%) menyatakan peran bidan masih kurang baik dan 4 orang (4,5%) diantaranya tidak mengonsumsi tablet Fe. Hasil penelitian Susanti (2002) di Pekalongan menyatakan ada hubungan bermakna antara faktor pelayanan bidan (pemeriksaan kasus anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan konsumsi tablet Fe. Dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan masalah rendahnya peran bidan dalam pelayanan kesehatan, misalnya pasien jarang sekali diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau perasaannya. Seringkali bidan memberikan terlalu banyak informasi dan berbicara dengan gaya paternalistik dan merendahkan pasien, terutama jika pasien berasal dari sosial ekonomi yang rendah (Sarwono, 2007).
8 Masalah lainnya adalah ketidakpuasan pasien dalam proses konseling. Sebagai konselor, bidan harus mau mendengarkan perasaan dan pandangan pasien dan memberikan anjuran dan saran yang realistis, sehingga saran itu lebih mungkin dilaksanakan oleh pasien, kenyataannya 40-50% pasien tidak sepenuhnya mematuhi instruksi petugas kesehatan, misalnya tidak meminum obat sesuai dengan dosisnya atau malah menggunakan obat lain disamping obat yang diberikan oleh bidan. Padahal kepatuhan pasien kepada bidannya adalah kepuasan terhadap hasil dari proses konsultasi dan konseling (Sarwono, 2007). Kinerja bidan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh sseorang bidan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2010). Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan pada ibu hamil, persalinan, nifas dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Bidan dapat berpraktek dirumah sakit, klinik, unit-unit kesehatan lingkungan pemukiman dan unit pelayanan lainnya. Dalam melaksanakan praktek bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan, terhadap wanita yang sedang hamil, melahirkandan post partum maupun massa interval, melaksanakan pertolongan persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi dan balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia/ generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan pemeliharaan, pencegahan deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan
9 resiko tinggi termasuk kegawatan para ibu dan anak misalnya anemia pada ibu hamil (IBI, 2006). Berdasarkan survey awal yang dilakukan di puskesmas Tanjung Rejo penulis mendapat informasi dari bidan bahwa setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas pasien ditimbang, dilakukan palpasi dan diperiksa tekanan darahnya serta di beri tablet Fe. Informasi yang didapat dari bidan, kadang kadang ibu hamil lupa mengkonsumsi tablet Fe tersebut. Penulis melihat kinerja bidan yang ada diwilayah kerja puskesmas Tanjung Rejo menurut hasil survei yang saya lakukan di daerah tersebut baik. Mereka melakukan sesuai dengan tugasnya masing masing. Puskesmas Tanjung Rejo berada di daerah Percut Sei Tuan, terdiri dari 9 desa yaitu Tanjung Rejo, Tanjung Selamat, Cinta Rakyat, Cinta Damai, Saentis, Percut, Sampali, Medan Estate, Pematang Lalang. Menurut Laporan Pengabdian Poltekkes Medan (2013) yaitu didesa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ditemukan ibu hamil 39 orang, dan sebanyak 20 orang ibu hamil (51,3%) mengalami anemia ringan, hal ini disebabkan karena sosial ekonomi masyarakat rendah, maka dapat diasumsikan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil tidak jauh berbeda dengan desa yang lain yang berada diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh karakteristik ibu hamil dan kinerja bidan terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2014.
10 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah karakteristik ibu hamil dan kinerja bidan berpengaruh terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang? 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh karakteristik dan kinerja bidan terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian adalah ada pengaruh karakteristik dan kinerja bidan terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja puskesmas Tanjung Rejo kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi ibu hamil atau masyarakat dapat menambah pengetahuan ibu mengenai pengertian tablet Fe, manfaat tablet Fe, dan dampak yang ditimbulkan jika tidak mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil dan cara mengkonsumsi tablet Fe dalam rangka pencegahan anemia ibu hamil. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, pihak Puskesmas, Kecamatan, Pemerintah daerah dan sektor yang terkait didalam pembinaan kinerja bidan
11 terhadap kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 3. Bagi bidan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan konsumsi tablet Fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil, sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi tentang pelayanan kesehatan yang akan diberikan.