Menambahkan apa yang disampaikan Pak Baz, intinya seperti apa yang disampaikan Pak Baz. Pertanyaan : 1. Apakah ada hadits yg menyatakan bahwa jika ada keluarga yg meratapi mayit, dosanya akan ditimpakan ke mayit. 2. Jika memang ada haditsnya, Kenapa dosa meratapi mayit ditimpakan ke mayit, padahal yg melakukan kesalahan itu adalah orang lain. Jawaban. Merujuk kepada pendapat Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari (Kitab yang berisi syarah Shahih Bukhari) Beliau lebih dikenal dengan nama Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang ahli hadits, mufti dan hakim agung di Mesir. Kitab syarah (penjelasan) Shahih Al-Bukhari hasil tulisannya merupakan kitab syarah Shahih Al-Bukhari terbagus dari sekian kitab syarah lainnya dan dianggap mahkota karya-karya Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mencapai 150 judul baik yang besar maupun yang kecil. Berikut saya kutipkan poin-poin / garis besarnya saja. Tentang : Sabda Nabi shalallahu alaihi wassalam Mayit Diazab Karena Sebagian Tangisan Keluarganya Kepadanya Apabila Ratapan itu Merupakan Sunnah [Kebiasaan]nya. Ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta ala, Jagalah diri dan keluarga kamu dari neraka (Qs. At-Tahrim (66): 6) Juga sabda nabi saw Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya Sedangkan jika bukan merupakan sunnah [kebiasaan]nya maka seperti yang dikatakan Aisyah ra, Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Qs. Faathir (35): 18). Juga seperti firman-nya, Dan jika seseorang yang berat dosanya- memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan sedikitpun (Qs. Faathir (35): 18) serta apa yang dibolehkan dalam hal tangisan tanpa ratapan. Nabi shalallahu alaihi wassalam bersabda,
Tidaklah suatu jiwa yang terbunuh secara aniaya melainkan baginya anak Adam yang pertama tanggung jawab atas darahnya. Yang demikian itu karena dialah orang yang pertama melakukan pembunuhan. Meratapi bisa dilakukan dengan perkataan atau perbuatan. Meratapi yang dimaksud umumnya tangisan yang diiringi teriakan, sumpah serapah, mengatakan yang termasuk perkataan kebatilan semisal, engkau tumpuan hidupku, engkau yang menjamin hidupku, engkau sandaran hidupku dsb yang sebenarnya itu semua adalah bukan dari mayit tetapi merupakan pemberian dari Allah Subhanahu wa ta ala. Meratapi dengan perbuatan : menampar-nampar pipi, memukul-mukul wajah, merobek-robek baju dsb. Kemudian bisa juga si mayit diazab karena ketika masih hidup tidak melarang, menegur, mencegah keluarganya meratapi keluarga mereka yang meninggal dengan menamparnampar pipi, memukul-mukul wajah, merobek-robek baju dsb. Jadi karena tidak pernah melarang, menegur, mencegah meratapi atau tidak bisa mendidik keluarganya, maka ketika si mayit meninggal keluarganya meratapinya seperti biasa mereka lakukan : menampar-nampar pipi, memukul-mukul wajah, merobek-robek baju dsb (karena tidak pernah diajari si mayit). Maka si mayit diazab karena tidak melarang atau tidak mendidik keluarganya. Ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta ala, Jagalah diri dan keluarga kamu dari neraka (Qs. At-Tahrim (66): 6) Juga sabda nabi shalallahu alaihi wassalam Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Ibnu Al Mubarak berkata, Apabila ia melarang mereka pada masa hidupnya lalu mereka tetap melakukannya setelah ia wafat, maka ia tidak ada sanksi baginya. Bisa juga menurut pendapat Al Muzani, Ibrahim Al Harbi serta sejumlah ulama di kalangan mazhab Syafi i maupun mazhab-mazhab lainnya, Abu Al-Laits As-Samarqandi hingga Imam An Nawawi. si mayit berwasiat sebagaimana pernah dilakukan di masa jahiliyah, agar kelak bila meninggal, agar keluarganya meratapinya dengan dengan perkataan atau perbuatan : menampar-nampar pipi, memukul-mukul wajah, merobek-
robek baju dsb. Maka si mayit diazab karena ia yang menyuruh. Seperti Tharfah bin Al Abd berkata dalam sya irnya : Apabila aku mati maka ratapilah dengan ratapan seperti yang aku lakukan. Dan robeklah baju untukku, wahai putri Ma bad. Mengenai diazab (disiksa) karena keluarganya mengatakan yang kebatilan semisal, engkau tumpuan hidupku, engkau yang menjamin hidupku, wahai engkau pemberi pertolongan, engkau sandaran hidupku dsb yang sebenarnya itu semua adalah bukan dari kuasa si mayit, tetapi merupakan pemberian dari Allah Subhanahu wa ta ala tadi maka malaikat akan mengazab si mayit dengan menariknya dengan keras dan akan mengejek dan mencemooh dengan bertanya, apa benar kamu yang menjamin hidupnya?, apa benar kamu bisa menjadi tumpuan hidup kalau bukan Allah yang memberi kalian rezeki? Ibnu Hazm berkata, bahwa tangisan yang menyebabkan mayit diazab adalah tangisan yang diiringi ucapan dimana mereka memuji kepemimpinannya yang curang, keberaniannya yang disalurkan kepada selain ketaatan kepada Allah, atau kedemarwanannya yang tidak ditempatkan pada kebenaran. Keluarganya menangisinya karena mengenang semua kebanggaan ini, sementara ia diazab karena hal-hal tersebut. Pendapat lain adzab (siksaan) maksudnya rasa pedih yang dialami mayit karena ratapan keluarga dan lainnya. Ini adalah pendapat Abu Ja far Ath-Thabari, Ibnu Al Murabith, Iyadh, Ibnu Taimiyah serta sejumlah ulama muta akhirin. Ada juga pendapat bahwa yang diazab karena tangisan keluarganya itu bukanlah mayit muslim tapi mayit kafir. Hadits dari Amir bin Sa ad dari Ibnu Mas ud Al Anshari dan Qarazhah bin Ka ab, keduanya berkata, Kami telah diberi keringanan untuk menangis tanpa disertai ratapan saat terjadi musibah. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ath-Thabarani
serta digolongkan sebagai hadits shahih oleh Al Hakim, tetapi sanadnya tidak memenuhi kriteria hadits shahih Bukhari. Ada juga pendapat yang agak lemah dari Al Khahthabi yaitu Sesungguhnya mayit disiksa pada saat keluarganya sedang menangisinya. Wallahu a lam bishawab
Dikutip dari Kitab Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (Kitab yang berisi syarah Shahih Bukhari)