11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan daerah berjalan efektif, efisien, dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan pembangunan daerah ; b. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 27 ayat (2), Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah menyusun ketentuan tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, maka dipandang perlu untuk membentuk Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan dengan menetapkan dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (diundangkan pada Berita Negara tanggal 08 Agustus 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287) ; 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004, Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421) ; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) ; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 74). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN dan BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : 2
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah, adalah Kabupaten Lamongan ; 2. Pemerintah Daerah, adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah ; 3. Kepala Daerah, adalah Bupati Lamongan ; 4. Wakil Kepala Daerah, adalah Wakil Bupati Lamongan; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan ; 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di daerah Kabupaten Lamongan ; 7. Tata Cara, adalah pedoman yang memuat proses, mekanisme dan prosedur dalam system perencanaan pembangunan daerah ; 8. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya dan sumber dana yang tersedia ; 9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJP-D adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk masa periode 20 (dua puluh) tahun ; 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJM-D, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk masa periode 5 (lima) tahun ; 3
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), adalah dokumen perencanaan pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk masa periode 5 (lima) tahun ; 12. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk masa periode 1 (satu) tahun ; 13. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), adalah dokumen perencanaan pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk masa periode 1 (satu) tahun ; 14. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten yang selanjutnya disingkat Musrenbangkab, adalah musyawarah stakeholders (pemangku kepentingan) Kabupaten untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten berdasarkan Renja-SKPD hasil forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD sebagai bahan pemutakhiran rancangan RKPD; 15. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan yang selanjutnya disingkat Musrenbangcam, adalah forum musyawarah stakeholders (pemangku kepentingan) untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa/ Kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas Desa/Kelurahan di Kecamatan sebagai dasar penyusunan Renja-SKPD pada tahun berikutnya; 16. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan yang selanjutnya disingkat Musrenbangdes/Musrenbangkel, adalah forum musyawarah tahunan stakeholders Desa/ Kelurahan untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya ; 17. Stakeholders, adalah pemangku kepentingan dalam pembangunan terdiri dari unsur eksekutif, legislatif dan masyarakat yang dipresentasikan melalui asosiasi profesi, dunia usaha, perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat ; 18. Partisipasi Masyarakat, adalah peran serta masyarakat untuk ikut serta mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang berlandaskan pada ketaatan norma hukum, moral dan sosial yang berlaku dalam masyarakat. 4
BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan azas demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan pembangunan propinsi dan kesatuan Nasional ; (2) Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan ; (3) Tata Cara Penyusunan RPJP-D, RPJM-D, Renstra SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan Pelaksanaan Musrenbang disusun berdasarkan asas Kepastian hukum, tertib penyelenggaraan pemerintahan, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas dan akuntabilitas ; (4) Tata Cara Penyusunan RPJP-D, RPJM-D, Renstra SKPD, RKPD, Renja-SKPD dan Pelaksanaan Musrenbang bertujuan untuk : a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan di daerah ; b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar wilayah, antar daerah, antar waktu maupun antar fungsi didalam struktur pemerintahan ; c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, pengganggaran, pelaksanaan dan pengawasan ; d. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pembangunan ; dan e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya dan sumber dana secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. BAB III RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 5
Pasal 3 (1) Perencanaan Pembangunan Daerah diantaranya mencakup penyelenggaraan perencanaan semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Kabupaten ; (2) Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh SKPD, instansi vertikal yang ada di Daerah dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya ; (3) Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (2) menghasilkan : a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ; dan c. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Pasal 4 (1) RPJP-D memuat visi, misi dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Propinsi ; (2) RPJM-D merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP-D dan memperhatikan RPJP Nasional dan RPJP Propinsi, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, Kebijakan Umum dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif ; (3) RKPD merupakan penjabaran dari RPJM-D dan mengacu pada RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 6
Pasal 5 (1) Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD serta berpedoman pada RPJM-D dan bersifat indikatif; (2) Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD, memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. BAB IV T A H A P A N PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 6 Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi : a. Penyusunan rencana ; b. Penetapan rencana ; c. Pengendalian/Monitoring pelaksanaan rencana ; d. Evaluasi pelaksanaan rencana. Pasal 7 (1) Penyusunan RPJP-D dilakukan melalui urutan kegiatan : a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan jangka panjang Daerah ; b. Musyawarah perencanaan pembangunan RPJP-D ; dan c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan jangka panjang Daerah. d. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP-D. (2) Penyusunan RPJM-D dilakukan melalui urutan kegiatan : a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan jangka menengah Daerah ; b. Penyiapan rancangan rencana kerja ; c. Musyawarah perencanaan pembangunan RPJM-D ; dan d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan jangka menengah Daerah ; e. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM-D. 7
(3) Penyusunan RKPD dilakukan melalui urutan kegiatan: a. Penyusunan rancangan awal RKPD ; b. Musyawarah perencanaan pembangunan Kabupaten ; c. Forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD ; d. Penyusunan rancangan akhir RKPD ; e. Penetapan Peraturan Kepala Daerah tentang RKPD. BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Pertama Tanggung jawab terhadap tugas dan fungsi perencanaan pembangunan daerah Pasal 8 Kepala BAPPEDA bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perencanaan pembangunan Daerah. Bagian Kedua Tata cara penyusunan dan penetapan RPJP-D Pasal 9 (1) Kepala BAPPEDA menyiapkan rancangan RPJP-D dengan mengacu kepada RPJP-D Propinsi dengan memperhatikan aspirasi stakeholders (pemangku kepentingan) melalui Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara); (2) Rancangan RPJP-D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan utama dalam Musrenbang RPJP-D. Pasal 10 (1) Kepala BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJP- D; (2) Musrenbang RPJP-D diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan dengan mengikut- sertakan masyarakat ; (3) Musrenbang RPJP-D diselenggarakan dalam rangka penyusunan RPJP-D ; 8
(4) Musrenbang RPJP-D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP-D Propinsi dan pula dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJP-D yang sedang berjalan. Pasal 11 Kepala BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJP-D berdasarkan hasil Musrenbang RPJP-D sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1). Pasal 12 RPJP-D ditetapkan dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Tata cara penyusunan dan penetapan RPJM-D dan Rensta-SKPD Pasal 13 Kepala BAPPEDA menyiapkan rancangan awal RPJM-D sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah dan arah kebijakan keuangan Daerah. Pasal 14 (1) Kepala SKPD menyiapkan rancangan Renstra SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM-D sebagaimana dimaksud Pasal 13 ; (2) Kepala BAPPEDA menyusun rancangan RPJM-D dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan berpedoman pada RPJP-D ; (3) Rancangan RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang RPJM-D. 9
Pasal 15 (1) Kepala BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang RPJM- D; (2) Musrenbang RPJM-D diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan dengan mengikutsertakan masyarakat ; (3) Musrenbang RPJM-D diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM-D ; (4) Musrenbang RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik. Pasal 16 (1) Kepala BAPPEDA menyusun rancangan akhir RPJM-D berdasarkan hasil Musrenbang RPJM-D sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (3) ; (2) Pimpinan SKPD menyusun rancangan akhir Renstra-SKPD setelah disesuaikan dengan RPJM-D. Pasal 17 (1) RPJM-D ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik ; (2) Renstra-SKPD yang mengacu pada RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Kepala SKPD paling lambat 1 (satu) bulan setelah RPJM-D ditetapkan. Bagian Keempat Tata cara penyusunan dan penetapan RKPD dan Renja- SKPD Pasal 18 Kepala BAPPEDA menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM-D sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1). 10
Pasal 19 (1) Kepala SKPD menyiapkan Renja-SKPD sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2) ; (2) Kepala BAPPEDA mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKPD dengan menggunakan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ; (3) Rancangan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi Musrenbang Tahunan Daerah. Pasal 20 (1) Kepala BAPPEDA menyelenggarakan Musrenbang Tahunan Daerah ; (2) Musrenbang Tahunan Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RKPD. Pasal 21 (1) Kepala BAPPEDA menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (2) ; (2) Pimpinan SKPD menyusun rancangan akhir Renja-SKPD setelah disesuaikan dengan RKPD. Pasal 22 RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan RAPBD, Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. Pasal 23 (1) RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah ; (2) Renja-SKPD berupa dokumen yang ditetapkan oleh Kepala SKPD. 11
BAB VI PELAKSANAAN MUSRENBANG Bagian Pertama Tanggung jawab dan tugas pelaksanaan Musrenbang Pasal 24 Kepala BAPPEDA bertanggungjawab dan bertugas untuk menyelenggarakan Musrenbang RPJP-D, Musrenbang RPJM-D, Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) sebagai proses koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan. Bagian Kedua Tata cara pelaksanaan Musrenbang RPJP-D, Musrenbang RPJM-D dan Musrenbang Tahunan Daerah Pasal 25 (1) Tata cara pelaksanaan Musrenbang RPJP-D, Musrenbang RPJM-D dan Musrenbang Tahunan Daerah dilakukan melalui 2 (dua) tahapan yaitu persiapan dan pelaksanaan ; (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Musrenbang RPJP-D. RPJM-D dan Musrenbang Tahunan Daerah diatur lebih lanjut dengan Paraturan Kepala Daerah. BAB VII PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA Pasal 26 (1) Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing pimpinan SKPD ; (2) Kepala BAPPEDA menghimpun dan menganalisa hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan SKPD dan laporan hasil Musrenbang Pengendalian. 12
Pasal 27 (1) Kepala SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan SKPD periode sebelumnya ; (2) Kepala BAPPEDA menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ; (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan kajian bagi penyusunan rencana pembangunan Daerah untuk periode berikutnya. Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB VIII DATA DAN INFORMASI Pasal 29 Perencanaan Pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 (1) Sebelum RPJP-D Propinsi ditetapkan menurut ketentuan undang-undang, penyusunan RPJP-D tetap menunggu hasil penyusunan RPJP-D Propinsi, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan; (2) Sebelum RPJP-D ditetapkan menurut ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, penyusunan RPJM-D tetap berpedoman pada Pasal 4 ayat (2) ; 13
(3) Sebelum RPJM-D ditetapkan, penyusunan RKPD yang telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dinyatakan tetap berlaku. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan. Ditetapkan di : Lamongan Pada tanggal : 11 Januari 2006 BUPATI LAMONGAN Ttd, M A S F U K 14
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 Tahun 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN I. PENJELASAN UMUM 1. Dasar Pemikiran Amandemen Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak adanya GBHN sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana pembangunan, maka dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 13 ayat (2), Pasal 19 ayat (3), Pasal 26 ayat (2), Pasal 27 ayat (2) dan pertimbangan diatas sambil menunggu Peraturan Pemerintah tentang hal tersebut yang hingga saat ini belum ditetapkan, agar dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan perlu ditetapkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang tata cara penyusunan perencanaan pembangunan Daerah dan pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan Daerah di Kabupaten Lamongan. 2. Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini mencakup landasan/dasar hukum dibidang perencanaan pembangunan Daerah oleh Pemerintah Daerah. Dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa tata cara Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan untuk menghasilkan RPJP-D, RPJM-D, dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara Pemerintahan di Daerah dengan melibatkan elemen masyarakat. 3. Proses Perencanaan Tata cara penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Peraturan Daerah ini mencakup 5 (lima) pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu : (1) Politik, (2) Teknokratik, (3) Partisipatif, (4) Atas-bawah (Top-Down) dan (5) Bawah-atas (bottom-up). 15
4. Sistematika Peraturan Daerah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Ketentuan Umum, Asas dan Tujuan, Ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penyusunan dan Penetapan Rencana Pembangunan Daerah, Pelaksanaan Musrenbang, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana, Data dan Informasi, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Pasal 2 : Pasal 3 : Pasal 4 : Ayat (1) Ayat (2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dalam ayat ini merupakan Rencana Strategis Daerah (Renstrada). Ayat (3) Ayat (4) Pasal 5 : Pasal 6 : Keempat tahapan perencanaan pembangunan ini dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga membentuk satu siklus yang utuh. Pasal 7 : Pasal 8 : Pasal 9 : Pasal 10 : Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diikuti oleh unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan dengan mengikut- sertakan masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat, dan pemuka agama, serta kalangan dunia usaha dan/atau bagian masyarakat lainnya yang ikut mendaftar. 16
Ayat (3) Ayat (4) Pasal 11 : Pasal 12 : Pasal 13 : Pasal 14 : Pasal 15 Ayat (1) Ayat (2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diikuti oleh unsur-unsur Penyelenggara Pemerintahan dengan mengikutsertakan masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemuka adat, dan pemuka agama, serta kalangan dunia usaha. Ayat (3) Ayat (4) Cukup jelas Pasal 16 : Pasal 17 : Pasal 18 : Pasal 19 : Pasal 20 : Pasal 21 : Pasal 22 : Pasal 23 : Cukup jelas Pasal 24 : Pasal 25 : Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Ayat (2) Yang disebut dengan Pemantauan adalah melihat kesesuaian pelaksanaan dengan arah, tujuan dan ruang lingkup yang menjadi pedoman dalam rangka menyusun perencanaan berikutnya. 17
Pasal 27 Ayat (1) Yang dimaksud dengan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan adalah kegiatan penilaian kinerja yang dikur dengan efisiensi, efektifitas dan kemanfaatan program serta keberlanjutan pembangunan. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan dilaksanakan terhadap keluaran kegiatan yang berupa barang dan/atau jasa terhadap hasil (out comes) program pembangunan yang berupa dampak dan manfaat. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 28 : Pasal 29 : Pasal 30 : Pasal 31 : Pasal 32 : 18