BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengacu pada. kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara terencana akan meningkatkan kebugaran jasmani seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. luar jam sekolah melalui kegiatan ektsrakurikuler. keolahragaan butir C (diklusppra, 1999:2), sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang di Indonesia.Permainan bolavoli dikenal di Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. passing, smash, dan block (membendung). Penguasaan kelima teknik dasar

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I. memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh.kegiatan ini dalam perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat di zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat disetiap kegiatan-kegiatan olahraga. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana terdiri dari dua tim beranggotakan masing-masing tim terdiri dari enam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknik dasarnya adalah (1) servis, (2) passing, (3) umpan, (4) spike dan (5) block

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang paling digemari di dunia. Permainan ini bisa dilakukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan yang diharapkan, maka semakin cakap orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat menguasai unsur teknik dasar dalam permainannya. Unsur teknik

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

BAB I PENDAHULUAN. pada cabang olahraga yang diikuti (Halim, 2004). Olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. guru-guru belanda yang mengajar di sekolah-sekolah lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu permainan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

DISUSUN OLEH : ADI DHARMA SAPUTRA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sekolah merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam uasaha pencapaian tujuan pembelajaran perlu diciptakan adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan olahraga di sekolah-sekolah, saat ini lebih dikenal dengan istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional, guru sebagai pusat pembelajaran. Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru namun harus pada siswa, misalnya guru hanya sebagai fasilitator saat pembelajaran. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Pembinaan pendidikan jasmani atau pendidikan olahraga di kalangan pelajar, baik SD, SMP dan SMA maupun mahasiswa, belum tertata secara teratur, berjenjang, dan berkelanjutan. Pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah yang dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler 1

2 belum sepenuhnya dapat terselenggara sesuai dengan harapan. Ini diketahui masih kurang diperhatikannya pelaksanaan pendidikan olahraga sebagai intrakurikuler hanya untuk memenuhi kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler melalui pembinaan klub olahraga sekolah atau unit kegiatan olahraga belum berjalan efektif seperti yang diinginkan, kegiatan ini berjalan hanya sekedar untuk mengisi program sekolah tanpa didasari program pembinaan yang diarahkan menuju tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler yaitu mengembangkan dan meningkatkan bakat dan minat anak didik. Sebenarnya apabila dapat dilaksanakan dengan program pembinaan yang baik, akan dapat meningkatkan prestasi anak didiknya. Pelaksanaan praktik pelatihan didasarkan pada sistem instruksi langsung berupa drilling uji coba untuk latih tanding dan pertandingan yang sebenarnya. Jarang dilakukan evaluasi, baik pada awal, tengah, atau akhir masa pelatihan, dalam rangka untuk mengetahui tingkat efektivitas program pelatihan. Pembinaan olahragawan pemula biasanya dilakukan pelatih yang memiliki pengetahuan melatih tingkat dasar yang tentunya kemampuan melatihnya sangat terbatas. Pelatih terbaik yang memiliki kompetensi biasanya melatih atlet senior. Hal yang sungguh ironis bahwa justru pada umur-umur yang kritis dan peka untuk pembinaan kemampuan fisik, olahragawan pemula ditangani pelatih yang kurang memadai. Sebenarnya pelatihan pada tingkat ini memerlukan pelatih yang berpengetahuan dan berketerampilan sehingga dapat mengajarkan gerakan yang benar dan memberikan contoh keterampilan yang

3 tepat. Pelatih yang menangani atlet pada tingkat ini seharusnya memahami pola-pola pertumbuhan dan perkembangan atlet pelajar. Dalam kenyataan, sering pula pelatih memaksakan agar atlet pemula, misalnya pada kelompok umur, untuk mencapai prestasi puncak (Muthohir, 2008: 1). Lebih lanjut Muthohir (2008: 1) menjelaskan, proses pemaksaan ini mengakibatkan hal-hal yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis, bahkan menimbulkan tingkat kejenuhan pada diri olahragawan. Kesenjangan yang terjadi seperti ini mengakibatkan banyak olahragawan pelajar yang pada tingkat awalnya kelihatan berhasil untuk berprestasi, pada perkembangan selanjutnya mengalami kemandekan sehingga akhirnya atlet tersebut tidak dapat mencapai prestasi optimal. Gambaran ini menunjukkan bahwa walaupun sistem pembinaan prestasi bagi olahragawan andalan dilakukan dengan baik dan dengan dukungan yang secanggih apa pun, kondisi tersebut tidak dapat dikompensasi atau diperbaiki lagi. Oleh karena itu, salah satu cara yang harus dilakukan adalah melakukan perbaikan dengan membangun dan menerapkan bangunan sistem pembinaan atlet jangka panjang yang memungkinkan pembinaan atlet sejak usia dini dengan cara memberikan pelatihan yang sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan mereka. Belum diaplikasikannya pendekatan ilmiah dalam pelatihan olahraga secara integratif juga akan menghambat upaya peningkatan prestasi olahraga, khususnya di lingkungan sekolah. Dalam praktik, sering terjadi pelatihan

4 untuk orang dewasa diterapkan untuk atlet muda. Itu tentu tidak sesuai karena atlet muda bukan manusia dewasa dalam bentuk kecil. Mereka memiliki karakteristik yang tidak sama dengan atlet senior yang telah dewasa. Demikian juga pelatihan untuk pria yang diberlakukan untuk wanita. Sudah tentu ini tidak sesuai mengingat adanya perbedaan pada tingkat pengembangan, baik fisiologis maupun psikologis antar gender. Pembinaan olahraga sekolah terkesan masih terkotak-kotak dan koordinasi secara lintas sektoral yang menyinergikan seluruh departemen dan lembaga nondepartemen atau instansi terkait lainnya belum dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem terpadu dalam melaksanakan pembinaan olahraga di sekolah sejak usia dini dengan memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik serta prinsip-prinsip ilmiah keolahragaan dalam rangka menumbuhkan budaya hidup aktif dan budaya prestasi serta meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya sistem terpadu dalam melaksanakan pembinaan olahraga di sekolah sejak usia dini dengan memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik serta prinsip-prinsip ilmiah keolahragaan dalam rangka menumbuhkan budaya hidup aktif dan budaya prestasi serta meningkatkan mutu pendidikan. Dalam pembinaan olahraga yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah hanya sebatas pembinaa kegiatan ekstrakurikuler. Padahal dalam upaya untuk mencapai suatu prestasi olahraga dituntut adanya pengelolaan yang berkesinambungan

5 dengan program-program yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga yang dikembangkan. Dari beberapa pola pembinaan yang ada dan mulai berkembang saat ini adalah dengan pola pembinaan jangka panjang yaitu model Istvan Balyi dalam Muthohir (2008: 2). Model pembinaan ini merupakan salah satu model terpadu yang direkomendasikan untuk dapat diadaptasikan dan diterapkan di Indonesia yang telah berhasil diujicobakan dan diterapkan di berbagai negara seperti Kanada, Australia, dan Inggris. Model tersebut dikembangkan guna menghindari adanya kesenjangan yang terjadi dalam sistem pembinaan olahraga seperti yang terjadi selama ini. Sebagai contoh, periode kritis atau sensitif untuk pembinaan kemampuan atlet pelajar yang sering terlewatkan dalam sistem pembinaan olahraga yang mentradisi perlu diatasi dengan memberikan program pembinaan dan pelatihan yang memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan atlet secara jangka panjang. Model program pembinaan pelatihan atlet jangka panjang seperti yang dikembangkan Istvan Balyi dibagi dalam tahap-tahap yang diatur dalam: (1) empat tahap untuk cabang olahraga yang memerlukan spesialisasi awal, seperti senam, loncat indah, skating, dan tenis meja (early specialization model); (2) lima tahap untuk cabang olahraga yang memerlukan spesialisasi agak belakangan seperti atletik, basket, voli, tinju, dan angkat berat (late specialization model). Contoh model pembinaan atlet jangka panjang lima tahap tersebut adalah sebagai berikut: (1) tahap fundamental (putra dan putri umur 6-10 tahun), (2) tahap latihan untuk berlatih: training to train (putra

6 umur 10 14 tahun, putri umur 10-13 tahun), (3) latihan untuk bertanding: training to compete (putra umur 14 18 tahun, putri umur 13 17 tahun), (4) latihan untuk menang: training to win (putra umur 18 tahun ke atas, putri umur 17 tahun ke atas), (5) tahap pensiun: retirement/retraining. Model lima tahap ini karena dirancang khusus untuk olahraga yang spesialisasinya agak belakangan. Spesialisasi sebelum umur 10 tahun tidak direkomendasikan supaya tidak terjadi pemaksaan, kejenuhan, putus, atau berhenti total dari latihan atau kompetisi olahraga. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan pembinaan olahraga secara terpadu, koordinasi secara lintas sektoral yang melibatkan berbagai institusi terkait perlu terus diupayakan. Salah satu cabang olahraga permainan yang diajarkan di sekolahsekolah adalah permainan bola voli, hal ini berdasarkan kurikulum atau silabus yang ada dan didasari keberadaan cabang olahraga bola voli ini dimasyarakat. Dengan memasyarakatnya permainan bola voli ini, banyak anak yang tertarik menjadi seorang pemain bola voli. Banyak sekali anak-anak berlatih bola voli untuk meningkatkan kemampuannya, mereka berlatih secara serius dengan harapan akan menjadi pemain seperti yang mereka dambakan. Salah satu wadah atau tempat mereka berlatih di sekolah-sekolah dengan kegiatan ekstra kurikuler. Permainan bola voli yang dilakukan sekarang ini, baik sebagai pengisi waktu luang maupun untuk pertandingan, telah melewati proses perkembangan yang menarik baik dari segi kualitas permainan dan

7 peraturannya, dari segi teknik, taktik maupun dari segi sistem atau pola yang sering dipakai. Olahraga permainan bola voli seperti halnya dengan olahraga permainan yang lain, dimana seseorang untuk dapat bermain paling tidak harus menguasai terlebih dahulu teknik-teknik permainan yang digunakan. Dalam hal ini teknik-teknik tersebut mempunyai karakteristik yang sesuai dengan permainannya. Menurut Yunus (1992: 130) teknik dasar bermain bola voli meliputi : "Servis, passing, umpan (set-up), smash (spike) dan bendungan (block)". Sarumpaet (1992: 87) mengemukakan teknik dasar bermain bola voli: 1. Passing atas 2. Passing bawah, 3. Set-up, 4. Bermacam-macam service, 5. Bermacam-macam smash (spike), dan 6. Bermacam-macam block (bendungan). Sejalan dengan makin pesatnya perkembangan permainan bola voli maka teknik-teknik dasarnya harus betul-betul dikuasai dengan baik oleh para pemain. Dengan perkembangan itulah maka untuk mencapai prestasi yang optimal diperlukan pula model pengelolaan pembinaan yang diharapkan dapat berjalan berkesinambungan dengan tujuan akhir mencapai prestasi yang optimal.

8 Pelatihan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kompetensi. Di SMPN 1 Ngadirojo, tujuan pendidikan olahraga dan kesehatan bertujuan untuk memberi keterampilan pada peserta didik dan pengembangan melalui temu muka maupun ekstrakurikuler. Untuk menunjang prestasi peserta didik sedangkan adanya materi kesehatan peserta didik mempunyai kemampuan di bidang kesehatan. Dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang (Sumber: Kurikulum SMPN 1 Ngadirojo). Dengan memperhatikan pentingnya model program pembinaan olahraga bola voli yang prestatif, apakah model pembinaan tersebut dapat atau sudah diterapkan di sekolah-sekolah sebagai landasan dasar pembentukan pemain bola voli yang berprestasi? Untuk mengetahui hal tersebut perlu

9 dilakukan penelitian tentang Pengelolaan Pendidikan Olahraga Permainan Bola Voli Prestatif. B. Fokus Dan Sub Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, untuk menghindari salah penafsiran dan meluasnya permasalahan yang akan diteliti, maka fokus penelitian ini adalah: Pengelolaan Pendidikan Olahraga Permainan Bola Voli Prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, dengan sub fokus: 1. Bagaimana karakteristik perencanaan pendidikan olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo? 2. Bagaimana karakteristik pelaksanaan dan pengembangan olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo sebagai kegiatan ekstra kurikuler? 3. Bagaimana karakteristik evaluasi olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo? C. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang, fokus dan sub fokus masalah dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan karakteristik perencanaan pendidikan olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo.

10 2. Mendeskripsikan karakteristik pelaksanaan dan pengembangan olahraga olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo sebagai kegiatan ekstra kurikuler. 3. Mendeskripsikan karakteristik evaluasi olahraga bola voli prestatif di SMP Negeri 1 Ngadirojo. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Sebagai bahan kajian khususnya mengenai pengelolaan pendidikan olahraga bola voli prestatif. b. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam melaksanakan pengelolaan pendidikan olahraga bola voli prestatif. 2. Secara Praktis Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pedoman serta pegangan dalam pengelolaan pendidikan olahraga bola voli yang prestatif dan cabang olahraga yang lainnya. E. Daftar Istilah Untuk dapat mengkaji permasalahan secara cermat dan mendalam, maka perlu adanya batasan istilah, yaitu :

11 1. Pengelolaan Pengelolaan merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner, 1996: 8). 2. Pendidikan Olahraga Pendidikan olahraga merupakan suatu proses pendidikan seseorang sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan olahraga dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak. 3. Permainan Bola Voli Permainan bola voli adalah suatu permainan yang menggunakan bola dengan divoli menggunakan lengan yang dilakukan oleh dua regu yang tiap regunya terdiri dari enam pemain, tiap regu berusaha menempatkan bola di daerah lawan agar mendapat angka (point) dan regu yang memperoleh angka 25 lebih dahulu adalah regu yang menang.