BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendididkan adalah hal yang memang seharusnya terjadi

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Inti dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. saing dalam menghadapi zaman perubahan yang serba instan. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa yaitu: bahan ajar, suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Enok Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

Oleh Mike Akta Buana. Absatrak. Kata Kunci : Keaktifan dan Hasil Belajar, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008),

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran merupakan pelajaran yang sulit yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang jenius saja. Belajar materi fisika dalam IPA terpadu akan lebih menyenangkan ketika dapat memahami keindahan dan manfaatnya. Jika siswa sudah mulai tertarik, maka akan lebih mudah untuk menguasai materi tersebut. Motivasi belajar sudah tentu menjadi modal pertama untuk menghadapi kesulitan ketika belajar materi fisika dalam IPA terpadu. Kebosanan dalam mempelajari materi fisika dalam IPA terpadu di kelas dan menganggap bahwa materi itu sulit ternyata juga dialami oleh siswa-siswi di MTs An Nur Palangka Raya. Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan memberikan angket berupa beberapa pertanyaan mengenai minat siswa terhadap materi fisika dalam IPA terpadu dan profil guru IPA terpadu kepada 29 orang siswa di kelas VIII, diperoleh bahwa 24 orang siswa menganggap materi fisika dalam IPA terpadu itu sulit dan kurang menarik, sedangkan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas, 18 orang siswa berpendapat bahwa kegiatan belajar mengajar materi fisika dalam IPA terpadu di kelas cenderung membosankan dan sulit dipahami. Berdasarkan 1

2 hasil observasi di kelas ketika guru mengajar dan angket siswa dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas yang selama ini berlangsung masih kurang aktif melibatkan para siswa, sehingga para siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran dan membuat pembelajaran itu menjadi kurang diminati siswa 1. Guru perlu melakukan suatu upaya dalam menyikapi masalah di atas. Salah satunya untuk menggunakan strategi mengajar yang membuat siswa lebih tertarik terhadap materi fisika dalam IPA terpadu. Kurangnya strategi mengajar yang benar dan efektif dalam menjalankan proses pembelajaran, dan hanya terpaku pada materi beserta hasil pembelajaran dapat membuat siswa menjadi bosan dan cenderung merasa tidak tertarik dalam proses pembelajaran. Selama ini yang terjadi adalah ketika guru mengajar maka yang diasumsikan bahwa siswa akan belajar. Padahal bukan hal itu seharusnya yang terjadi, tetapi strategi apa yang dilakukan dalam membelajarkan siswa. IPA terpadu memiliki materi fisika yang dapat dijelaskan dengan kecerdasan yang sesuai seperti kecerdasan visual-spasial (kecerdasan visual), bodily-kinestetik (kecerdasan jasmaniah), intrapersonal (kecerdasan individual), interpersonal (kecerdasan bergaul) dan musikal disamping dengan kecerdasan linguistik (pintar kata) dan mathematis-logis (kecerdasan 1 Observasi Proses Pembelajaran Guru IPA Terpadu di Mts An Nur Palangka Raya, 16 Maret 2016

3 angka) yang berkembang 2. Pembelajaran dapat diterapkan dengan didasarkan pada karakteristik siswa yaitu kecerdasan yang akan membuat semua siswa menikmati pembelajaran materi fisika dalam IPA terpadu. Teori kecerdasan yaitu Multiple Intelligences dapat digunakan untuk membantu siswa menikmati pembelajaran, dengan cara diterapkan dalam proses pembelajaran agar kecerdasan siswa dapat terakomodasi maksimal dan dapat mengubah pembelajaran menjadi lebih kreatif dan variatif. Namun, kekurangan siswa terhadap Multiple Intelligences ini adalah siswa kurang mau melakukan pembelajaran dengan kecerdasannya yang lain, sehingga menjadi sulit untuk melatih dan meningkatkan kecerdasan mereka yang lain. Multiple intelligences atau biasa disebut dengan kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran 3. Howard Gardner menyatakan terdapat 8 (delapan) jenis kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia, di antaranya adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, visual-spasial, musikal, naturalis, intrapersonal, interpersonal, dan kinestetik. Teori kecerdasan jamak temuan Howard Gardner dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat diperkaya. Seperti halnya pada pembelajaan materi fisika dalam IPA terpadu yang kebanyakan disajikan dalam bentuk matematis, padahal tidak semua peserta didik memiliki kemampuan matematis yang baik. Belajar materi fisika dalam IPA 2 Piping Sugiarti, Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur-no 05/Th IV, 2005, h.30 3 Muhammad. Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012.

4 terpadu bukan hanya sekedar tahu matematika, tetapi para peserta didik diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung didalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan, serta menyelesaikannya secara matematis. Adi Gunawan menawarkan suatu strategi dengan pendekatan praktis dalam pembelajaran untuk dapat mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa, yaitu strategi Genius Learning. Strategi ini membantu siswa untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihannya masing-masing yang bersesuaian dengan gaya belajar masing- masing siswa tersebut. Strategi Genius Learning menawarkan suatu sistem yang dirancang dalam suatu jalinan yang sangat efisien yang meliputi diri siswa, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Siswa ditempatkan sebagai pusat dari proses pembelajaran, yaitu sebagai subjek pendidikan, tidak seperti yang selama ini dilakukan yaitu siswa ditempatkan dalam suatu posisi yang tidak pasti sebagai objek pendidikan 4. Genius Learning merupakan proses pembelajaran yang bersifat efisien, efektif, dan menyenangkan. Pendekatan yang digunakan dalam Genius Learning membantu anak didik untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan mereka yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing 5. Strategi Genius Learning juga disebut Holistic Learning yang merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam 4 Adi Gunawan, Genius Learning Strategy, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2012, h.2 5 Ibid, h.6

5 upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Upaya peningkatan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, kepribadian, gaya belajar, Multiple Intelligences atau kecerdasan majemuk dan lain-lain 6. Genius Learning nantinya akan membuat siswa mengetahui cara belajar yang benar sesuai dengan kecerdasan dan keunikan mereka masing-masing. Strategi ini diharapkan dapat membantu guru untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar. Jika motivasi belajar siswa meningkat maka diharapkan prestasinya juga berpengaruh dan ikut meningkat. Kemudian kedepannya siswa akan lebih menyukai materi fisika dalam IPA terpadu dan tidak lagi menganggap bahwa materi fisika dalam IPA terpadu itu membosankan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru IPA terpadu berinisial D.U yang mengajar materi fisika dalam IPA terpadu di kelas VIII MTs An Nur Palangkaraya tahun pelajaran 2015/2016 mengungkapkan bahwa strategi itu belum pernah saya pakai di pembelajaran, apalagi Multiple Intelligences, sama sekali belum pernah dipakai di sini 7. Selain itu juga bahwa hasil belajar siswa pada materi fisika pokok bahasan bunyi dalam IPA terpadu masih ada yang belum tuntas dan harus melakukan remedial, yang awalnya belum tuntas akhirnya bisa tuntas 6 Ibid, h.2 7 Wawancara dengan guru IPA terpadu MTs An Nur berinisia D.U di Palangka Raya, 16 Maret 2016

6 sesuai dengan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah. 8 Rendahnya beberapa hasil belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu kemungkinan adalah pemilihan model pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar kurang aktif. Oleh karena itu, strategi Genius Learning dan teori kecerdasan Multiple Intelligences diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu materi fisika di MTs An Nur Palangka Raya. Pokok bahasan yang digunakan dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut adalah materi Bunyi, sehingga nantinya dapat diketahui hasil belajar siswa akan dapat mengalami peningkatan atau tidak. Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada pokok bahasan bunyi terfokus pada kegiatan penyelidikan, pendeskripsian dan pemahaman, hal ini menggambarkan bahwa pokok bahasan bunyi dapat diajarkan dengan menggunakan strategi Genius Learning, karena kegiatan penyelidikan, pendeskripsian dan pemahaman berkaitan dengan kecerdasankecerdasan yang dimiliki oleh siswa sehingga strategi Genius Learning dapat diterapkan agar siswa dapat belajar dengan cara yang benar sesuai dengan kecerdasan dan keunikan masing-masing siswa. Dalam strategi ini juga menuntut siswa untuk berperan aktif dalam melakukan kegiatan penyelidikan. Pemilihan strategi pembelajaran Genius Learning merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar materi fisika dalam IPA terpadu dengan cara yang 8 Wawancara dengan guru IPA Terpadu MTs An Nur Berinisial D.U di Palangkaraya, 16 Maret 2016

7 tepat untuk memotivasi siswa dan mengembangkan kreativitas serta sikap inovatif dari pendidiknya agar siswa mau belajar dan membuat siswa aktif dalam proses belajar sesuai dengan kecerdasan dan keunikan mereka masingmasing untuk berubah kearah yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mengangkat judul mengenai Pengaruh Penerapan Strategi Genius Learning Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bunyi di Kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran materi fisika dalam IPA terpadu dengan menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya? 2. Bagaimana hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran yang menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran yang menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya?

8 C. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini merupakan hipotesis untuk rumusan masalah yang ke- 3 yaitu: Ho = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa. (H o : = 0) Ha = Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences terhadap hasil belajar kognitif siswa. (H a : 0) D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran materi fisika dalam IPA terpadu dengan menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya 2. Mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran dengan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya. 3. Mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara pembelajaran yang menerapkan strategi Genius Learning berbasis Multiple Intelligences terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan bunyi di kelas VIII MTs An Nur Palangka Raya.

9 E. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penelitian membatasi masalah dalam ruang lingkup sebagai berikut : 1. Subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII Semester I MTs An Nur Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Bahan kajian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Bunyi. 3. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah pembelajaran Genius Learning. 4. Multiple Intelligences dalam penelitian ini diterapkan dalam LKS/LKPD yang akan digunakan dalam pembelajaran. 5. Multiple Intelligences yang digunakan dalam strategi Genius Learning hanya tiga kecerdasan dominan, yaitu Linguistic Intelligences, Logicmatemathic Intelligences dan Bodily-kinestetic Intelligences. 6. Hasil belajar siswa hanya pada ranah kognitif. 7. Peneliti sebagai pengajar. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi siswa, yaitu: a. Merubah sifat negatif menjadi positif terhadap pembelajaran fisika. b. Membantu memahami konsep-konsep fisika serta meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

10 2. Bagi guru, memberikan sumbangan model pembelajaran fisika yang berbasis pembelajaran aktif. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai wawasan dan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran di kelas. 4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk dikembangkan lagi secara mendalam. G. Definisi Konsep Untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan tentang beberapa definisi konsep dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. 9 2. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi 9 Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011, h.400

11 sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 10 3. Genius Learning Genius Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Upaya peningkatan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, neurolinguistik programming, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metagonisi, gaya teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya. 11 4. Multiple Intelligences Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk. Namun bisa juga diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengelola kecerdasan dasar menjadi berbagai macam kecerdasan yang lain. 12 Kecerdasan (Intelligences) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai 10 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h.146. 11 Adi Gunawan W, Genius Learning Strategy, Jakarta: Gramedia, 2006, h.2 12 Thomas Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences, Bandung: Kaifa, 2007, h.11

12 kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. 5. Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 13 Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajaran merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. 14 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h.3 14 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, h. 250-251

13 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan menggunakan penelitian kuantitatif, dengan sistematika sebagai berikut : 15 1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, hipotesis, definisi konsep dan sistematika penulisan. 2. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang terdiri dari penelitian sebelumnya, deskripsi teoritik, strategi pembelajaran, dan pokok bahasan. 3. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisikan pendekatan dan jenis penelitian serta wilayah atau tempat penelitian ini dilaksanakan. Selain itu di bab tiga ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan keabsahan data. 4. Bab keempat merupakan berisi hasil penelitian dan pembahasan berupa dari data-data dalam penelitian dan pembahasan dari data-data yang diperoleh. 5. Bab kelima terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang masalah dan saran berisi tentang pelaksanaan penelitian selanjutnya. 6. Daftar Pustaka terdiri dari literatur-literatur yang digunakan dalam penulisan skripsi. 15 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Palangka Raya, Palangka Raya: STAIN Palangka Raya Press, 2007, h. 9