BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Uraian langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan ke dalam diagram alir penelitian pada Gambar 3.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB II KERANGKA TEORI

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

III. METODOLOGI. ini dibentuk menjadi spesimen kekerasan, spesimen uji tarik dan struktur mikro.

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Analisis pengaruh variasi elektroda las e6013 dan e7018 terhadap kekuatan tarik dan kekerasan pada bahan baja ss 400

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Gambar 3.1 Diagram alur Penelitian

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Mulai. Identifikasi Masalah. Persiapan Alat dan Bahan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA SS400 DENGAN VARIASI ARUS

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

III. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Spesimen 4.1.1. Proses Pengelasan Setelah pengamatan, pengukuran serta pengujian dilaksanakan terhadap masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90, 100 A (ampere). Didapatkan data seperti yang akan di tampilkan pada bab ini bersamaan dengan analisa setiap pengujian dan pengamatan. 4.1.2. Gambar Spesimen Baja Karbon Rendah SS400 Gambar 4.1 Raw Material Baja Karbon Rendah SS 400 42

43 Gambar 4.2 Spesimen Baja Karbon Rendah SS 400 Dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 ada 9 spesimen untuk dilakukan pemotongan plat dan pembuatan kampuh V dengan proses pengelasan variasi arus listrik 80, 90 dan 100 A (ampere) dengan pengujian tarik dan 1 raw material untuk diakukan pengamatan struktur mikro dalam baja karbon rendah SS 400. 4.1.3. Hasil Pembuatan Kampuh V dan Pengelasan Gambar 4.3 Hasil pembuatan kampuh V untuk proses pengelasan

44 4.1.4. Penjelasan Proses Pengelasan Benda Uji 1. Mempersiapkan mesin las tipe valcon dengan kapasitas maksimal 160 A ( ampere ). 2. Mempersiapkan benda kerja yang akan di las. 3. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi mendatar atau bawah tangan ( horizontal ). 4. Kampuh las yang digunakan adalah jenis kampuh V, dengan sudut 60 dan celah 2 mm. 5. Mempersiapkan elektroda sesuai dengan arus dan tebal benda kerja, dalam penelitian ini kawat elektroda yang digunakan tipe E7018 dengan diameter 2,6 mm. 6. Menyetel Ampermeter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit kawat elektroda. Mesin las dihidupkan dan kawat elektroda digoreskan sampai menyala, Ampermeter diatur pada angka 80 A. 7. Proses selanjutnya sama dengan nomor 1-6 tetapi arusnya ditingkatkan menjadi 90 A dan 100 A. Untuk setiap pemindahan arus dilakukan 3 kali pengelesan supaya hasil yang didapatkan lebih valid. Gambar 4.4 Hasil pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90 dan 100 A (ampere).

45 4.2. Hasil Pengujian Tarik 4.2.1. Analisa Data Dalam pelaksanaan uji tarik besarnya tegangan (σ) dan regangan (ɛ) yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : σu =... pers (4). ɛ = x 100%... pers (5). Dengan : : Tegangan tarik (N/mm 2 ). ɛ : Regangan (%). : Beban tarik (KN). : Luas penampang tarik mula-mula (mm 2 ). : Panjang awal spesimen. L : Panjang akhir spesimen. 4.2.2. Data Hasil Pengujian Tarik Dalam pengujian dan melihat grafik hasil kekuatan tarik yang dapat diperoleh 3 kelompok spesimen uji pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90 dan 100 A (ampere) dan 1 spesimen Raw material yang langsung dilakukan pengujian tarik. Hasil pengujian tarik ini dapat ditunjukan dalam tabel berikut.

46 Tabel 4.1 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk spesimen Raw Material. No Kode Spesimen Lebar Tebal Tegangan luluh Tegangan Tarik Panjang Awal Panjang Akhir Beban Maksimal (KN) Pertambahan Panjang ( L) Regangan (ɛ) (%) (N/mm 2 ) (N/mm 2 ) 1 1 20.15 8.85 414.93 636.81 91.59 106.39 113.56 14.80 16.2 = 113.56 Kn = 1.135.600 N Ao = W x T = 20.15 mm x 8.85 mm = 178.3275 mm² Pers R.M : σu = = = 636.81 Mpa Tabel 4.2 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk spesimen variasi arus 80 A (ampere). No Kode Spesimen Lebar Tebal Tegangan luluh Tegangan Tarik Panjang Awal Panjang Akhir Beban Pertambahan Maksimal Panjang (KN) ( L) Regangan (ɛ) (%) (N/mm 2 ) (N/mm 2 ) 1 80.1 15.57 8.85 397.86 527.16 91.92 97.59 72.64 5.67 72.64 2 80.2 13.90 8.85 435.23 606.35 91.67 99.26 74.59 7.59 74.59 3 80.3 16.8 8.85 416.94 470.59 92.07 95.73 70.30 3.66 70.30 Rata-rata 416.67 534.7 275.66 97.52 72.51 5.64 72.51 = 72,64 Kn = 726.400 N Ao = W x T = 15.57 mm x 8.85 mm = 137.7945 mm² Pers 80.1 : σu = = = 527.16 Mpa

47 = 74.59 Kn = 745.900 N Ao = W x T = 13.90 mm x 8.85 mm = 123.015 mm² Pers 80.2 : σu = = = 606.35 Mpa = 70.30 Kn = 703.000 N Ao = W x T = 16.88 mm x 8.85 mm = 149.388 mm² Pers 80.3 : σu = = = 470.59 Mpa Tabel 4.3 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk spesimen variasi arus 90 A (ampere). No Kode Spesimen Lebar Tebal Tegangan luluh Tegangan Tarik Panjang Awal Panjang Akhir Beban Pertambahan Maksimal Panjang (KN) ( L) Regangan (ɛ) (%) (N/mm 2 ) (N/mm 2 ) 1 90.1 15.31 8.35 428.30 616.34 92.13 101.21 83.51 9.08 118.0 2 90.2 14.40 8.35 428.37 606.25 92.00 101.12 77.26 9.12 109.0 3 90.3 12.95 8.35 427.19 619.42 92.07 102.62 70.99 10.55 101.5 Rata-rata 427.95 614.00 92.06 101.65 77.25 9.58 109.5 = 83.51 Kn = 835.100 N Ao = W x T = 15.31 mm x 8.85 mm = 135.4935 mm² Pers 90.1 : σu = = = 616.34 Mpa

48 = 77.26 Kn = 772.600 N Ao = W x T = 14.40 mm x 8.85 mm = 127.44 mm² Pers 90.2 : σu = = = 606.25 Mpa = 70.99 Kn = 709.900 N Ao = W x T = 12.95 mm x 8.85 mm = 114.6075 mm² Pers 90.3 : σu = = = 619.42 Mpa Tabel 4.4 Perbandingan dari hasil Pengujian Tarik, untuk spesimen variasi arus 100 A (ampere). No Kode Spesimen Lebar Tebal Tegangan luluh Tegangan Tarik Panjang Awal Panjang Akhir Beban Pertambahan Maksimal Panjang (KN) ( L) Regangan (ɛ) (%) (N/mm 2 ) (N/mm 2 ) 1 100.1 13.27 8.85 451.40 616.91 91.95 100.35 72.45 8.37 9.1 2 100.2 14.17 8.85 423.12 617.76 92.50 102.79 77.47 10.29 11.1 3 100.3 14.16 8.85 431.22 467.62 91.59 95.02 58.60 3.43 3.7 Rata-rata 435.24 567.43 92.02 99.35 69.50 7.36 7.96 = 72.45 Kn = 724.500 N Ao = W x T = 13.27 mm x 8.85 mm = 117.4395 mm² Pers 100.1 : σu = = = 616.91 Mpa = 77.47 Kn = 774.700 N

49 Ao = W x T = 14.17 mm x 8.85 mm = 125.4045 mm² Pers 100.2 : σu = = = 617.76 Mpa = 58.60 Kn = 586.000 N Ao = W x T = 14.16 mm x 8.85 mm = 125.316 mm² Pers 100.3 : σu = = = 467.62 Mpa 700 600 534,7 614 567,43 500 400 300 200 100 91,88 97,52 92 101,6592,01 99,38 Panjang Awal Tegangan Tarik (N/mm²) Panjang Akhir 0 Arus 80 A (ampere) Arus 90 A (ampere) Arus 100 A (ampere) Gambar 4.5 Grafik Panjang Awal, Tegangan Tarik dan Panjang Akhir rata-rata pada proses Pengujian Tarik dengan variasi arus 80, 90 dan 100 A (ampere).

50 4.2.3. Kesimpulan Pengujian Tarik Pada tabel 3 ( 4.1, 4.2 dan 4.3 ) dan gambar ( 4.4 ) dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kekuatan tarik pada variasi arus 80, 90 dan 100 A ( ampere ) adalah arus 80 A dengan tegangan tarik 534,7 ( N/mm² ) dan panjang akhir 97,52 ( mm ), arus 90 A tegangan tarik 614,00 ( N/mm² ) dan panjang akhir 101,65 ( mm ), arus 100 A dengan tegangan tarik 567,43 ( N/mm² ) dan panjang akhir 99,38 ( mm ). Hal ini menunjukan bahwa dengan variasi arus 90 A ( ampere ) lebih bagus dan efisien karena menghasilkan kekutan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan arus 80 A dan 100 A. Sehingga pada pengujian ini menunjukan sifatf arus 90 A ( ampere ) dengan kawat elektroda tipe RD-718 E 7018 proses penyambungan pengelasannya baik dan menghasilkan kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan variasi arus listrik 80 A dan 100 A.

51 4.3. Hasil Pengamatan Struktur Mikro 4.3.1. Hasil Pengamatan dan Gambar Struktur Mikro Pengamatan dilakukan di IST Akprind benda uji tipe SS 400 dengan panjang 200 mm, tebal 9 mm, dan lebar 100 mm dipotong untuk dilakukan pengamatan, pemotongan dikerjakan secara manual menggunakan gergaji tangan dan tidak menggunakan gerinda supaya tidak terjadi perlakuan panas berlebih yang mengakibatkan benda uji memuai oleh panas. Setelah proses pemotongan selesai benda uji diratakan sisi-sisinya menggunakan gerinda supaya benda uji bersifat halus dan terlihat kandungan bahannya. Kemudian benda uji diamplas atau dipoles disalah satu permukaannya sampai halus tidak ada goresan dengan model atau tipe amplas gulungan nomor 150, 180, 240, 400, 500, 1000 sampai 1500. Dan hanya salah satu sisi dari spesimen yang diamplas dan sisi tersebut yang nantinya akan dilakukan pengamatan struktur mikro. Amplas satu sisi spesimen atau yang disebut dengan poles. Dipoles sampai permukaanya halus dan tidak ada goresan, karena apabila permukaan yang dipoles tidak halus dan masih ada goresan, maka pada waktu pengujian mikro, kandungan pada spesimen akan terlihat samar-samar karena lensa pada mikro tidak bisa fokus apabila benda mengalami permukaan yang kasar. Spesimen yang telah diproses dilanjutkan dengan pengujian foto struktur mikro, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

52 1. Spesimen dibersihkan menggunakan kain, kemudian campuurkan cairan HNO 3 pekat sekitar 4 ml dan alkohol karena ditentukan sesuai dengan tingkat karbon maka alkohol yang dicampurkan pada etsa sebesar 95% kemudian diteteskan pada permukaan yang dikehendaki. 2. Letakkan spesimen pada landasan mikroskop optik, aktifkan mesin, dekatkan lensa pembesar untuk melihat permukaan spesimen. Pengambilan foto struktur mikro dengan perbesaran 100x dan 200x pada logam induk dan 100x pada spesimen 80, 90 dan 100 A. 3. Usahakan pada saat pengambilan foto tidak ada hal apapun yang membuat mikroskop optik bergerak, karena apabila mikroskop optik bergerak akan mempengaruhi hasilnya. Perlit Ferit 50 µm Gambar 4.5 Struktur mikro pada logam induk dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm.

53 Ferit Perlit 50 µm Gambar 4.6 Struktur mikro pada logam induk dengan perbesaran 200x dengan skala 50 µm. 4.3.2. Struktur Mikro pada daerah Logam induk Berdasarkan pada material baja karbon rendah tipe SS 400 dilakukan pengamatan pada daerah logam induk dan berdasarkan pada foto (3.8) dan (3.9) terdapat struktur mikro yang didominasi kristal ferit dan perlit. Banyaknya struktur kristal perlit pada material SS 400 mengakibatkan kekerasan bahannya tinggi, sedangkan pada struktur kristal ferit tidak dominan pada material ini. Struktur kristal ferit tampak butiran putih dan kristal perlit berupa butiran hitam atau gelap.

54 Perlit Ferit Sementit 50 µm Gambar 4.8 Struktur mikro daerah las pada spesimen 80 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm. Perlit Sementit Ferit 50 µm Gambar 4.9 Struktur mikro daerah las pada spesimen 90 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm.

55 Perlit Ferit Sementit 50 µm Gambar 4.10 Struktur mikro daerah las pada spesimen 100 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm. 4.3.3. Pembahasan Hasil Pengamatan Struktur Mikro Pada Daerah Las Berdasarkan pada gambar 4.8 peleburan hasil pengelasan dengan arus 80 ampere sudah mengalami perubahan fasa, partikel terdiri dari perlit, ferit dan sementit dengan pendinginan udara dan turun sampai suhu kamar 27 C. Pada gambar 4.9 peleburan hasil pengelasan dengan arus 90 ampere mengalami perubahan fasa, partikel terdiri dari perlit, ferit dan sementit. Partikel pada arus tersebut lebih besar dan unsur partikel nya baik dengan didinginkan oleh udara dan turun sampai suhu kamar 27 C. Pada gambar 4.10 peleburan hasil pengelasan dengan arus 100 ampere mengalami perubahan fasa, partikel terdiri dari perlit, ferit dan sementit yang didinginkan oleh udara sampai turun mencapai suhu

56 kamar 27 C. Pada gambar tersebut terjadi perubahan sementit yang bercampur dengan dominan ferit dan beberapa perlit, sehingga unsur partikel sementit tidak rata, logam spesimen menjadi kuat dan getas. Daerah las merupakan bagian yang mencair pada saat pengelasan di mana bagian ini mendapatkan temperatur tinggi. Struktur nya banyak di pengaruhi oleh waktu ataupun jarak pengelasan yang tidak konstan. Pada gambar 4.8, 4.9 dan 4.10 terdapat unsur partikel perlit, ferit dan sementit. Sementit merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan tinggi. Terkeras diantara fasa-fasa yang mungkin terjadi pada baja tetapi sangat rapuh. Akan tetapi kristal sementit mengandung atom besi dan atom karbon dalam perbandingan tiga lawan 1. Tiga atom besi dan satu atom karbon. Sementit juga mempunyai sel satuan ortorombik dengan 12 atom besi dan empat atom karbon per satu sel nya.

57 Perlit Ferit 50 µm Gambar 4.11 Struktur mikro daerah HAZ pada spesimen 80 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm. Perlit Ferit 50 µm Gambar 4.12 Struktur mikro daerah HAZ pada spesimen 90 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm.

58 Ferit Perlit 50 µm Gambar 4.13 Struktur mikro daerah HAZ pada spesimen 100 ampere dengan perbesaran 100x dengan skala 50 µm. 4.3.4. Pembahasan Hasil Pengamatan Struktur Mikro Pada Daerah Haz Daerah HAZ ( Heat Effect Zone ) merupakan daerah logam induk yang masih terpengaruh oleh panas dari pengelasan las listrik, semakin dekat jarak logam induk dengan titik pengelasan maka pengaruh panasnya semakin tinggi dan sebaliknya apabila jauh dari titik pengelasan maka pengaruh panasnya akan semakin rendah, hal ini membuktikan perambatan panas yang tidak rata pada material/spesimen sehingga mempengaruhi struktur mikro. Melihat gambar struktur mikro daerah HAZ pada gambar 4.11, 4.12 dan 4.13 terlihat kandungan struktur mikro partikel perlit dan ferit, pada struktur mikro daerah HAZ ini tidak ada perubahan partikel karena sifat pendinginan nya masih didinginkan oleh udara, jadi perubahan fasa tetap sama. Pada gambar 4.11

59 terlihat bahwa partikelnya masih kecil dan banyak tidak jauh beda dengan logam induk, karena data tersebut pengaruh panas dari las dan kemungkinan panas dan pendinginannya tidak stabil. Pada gambar 4.12 terlihat partikelnya sedikit besar di sisi-sisi pada daerah dekat dengan titik pengelasan di arus 90 ampere sudah terlihat sedikit perbedaan dari perubahan fasa nya. Dan pada gambar 4.13 terlihat bahwa partikelnya lebih besar dari pengamatan struktur gambar 4.11 dan 4.12, perbedaan bentuk partikel logam yang sudah berubah fasanya dari proses perambatan panas dan pendinginan udara yang sama strukturnya terlihat berubah. Kesimpulan yang terdapat pada struktur mikro tiga gambar tersebut bahwa semakin besar arus yang dihasilkan dan dileburkan pada logam maka semakin besar juga struktur partikel yang dihasilkan dari pengaruh waktu pengelasan, jarak pengelasan dengan pendingin udara yang sama.