BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan kerusakan fisik akibat dari terbukanya jaringan kulit yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alternatif obat luka (Dalimartha, 2006). Luka topikal merupakan keadaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Nangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

Penetapan Kadar Sari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri coccobacilli golongan gram negatif, sering terdapat

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

MATERIA MEDIKA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Metoda-Metoda Ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Luka merupakan keadaan yang sering dialami oleh setiap orang, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luka (Syamsuhidayat dan Jong, 2004). Obat yang sering digunakan oleh

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BAHAN ALAM PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK KERING HERBA MENIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik akibat dari terbukanya jaringan kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori dan Solanki, 2011). Luka yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan inflamasi dan infeksi bakteri. Proses penyembuhan luka diawali dari fase inflamasi, fase proliferasi jaringan dan fase remodeling jaringan dengan pembentukan jaringan parut (Lorenz dan Longaker, 2009). Penyembuhan luka dapat menggunakan bahan sintetis atau alam. Tangkai daun talas dapat digunakan sebagai alternatif obat luka dari bahan alam, ekstrak etanol tangkai daun talas dapat menyembuhkan luka sayat pada kulit kelinci selama 9 hari (Wijaya dkk, 2014). Ekstrak etanol tangkai daun talas mengandung flavonoid, terpenoid, saponin, tanin, alkaloid, yang mampu menyembuhkan luka (Wijaya dkk, 2014). Kelima kandungan senyawa tersebut memiliki peran masingmasing dalam penyembuhan luka sayat, diantaranya tanin berperan pada fase proliferasi yang dapat mempercepat terbentuknya kolagen dan berkaitan dengan sifat adstringen yang dapat menyebabkan penyempitan pori-pori kulit, menghentikan eksudat, dan pendarahan ringan, sehingga mampu menutupi luka serta mempercepat penyembuhan luka (Schaffer dan baacker, 1999; Robinson, 1995). Flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin bersifat sebagai antibakteri dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau mencegah pertumbuhan 1

2 mikroorganisme yang biasa timbul pada luka, sehingga luka tidak mengalami infeksi lebih berat (Robinson, 1995). Penggunaan ekstrak kental secara langsung kurang praktis dan tidak optimal, oleh karena itu akan lebih mudah dan nyaman digunakan bila diformulasikan dalam bentuk sediaan yang dapat menempel pada permukaan kulit dalam waktu yang lama, karena penyembuhan luka memerlukan proses dan bersifat oklusif sehingga efektif menyembuhkan luka, salah satu sediaan semisolid yang dapat digunakan untuk luka adalah bentuk salep (Hernani dkk, 2012). Salep merupakan suatu bentuk sediaan lunak, mudah dioleskan, dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit atau pada membran mukosa (Allen, 1998). Kualitas fisik salep tidak terlepas dari pemilihan basis yang cocok. Menurut Hernani (2012), salep ekstrak tokek dengan basis hidrokarbon dapat menyembuhkan luka sayat pada kulit tikus. Basis vaselin merupakan basis salep hidrokarbon yang mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan hilangnya lembab ke udara sehingga meningkatkan absorbsi zat aktif secara perkutan (Ansel, 1989). Basis vaselin memiliki sifat non polar. Ekstrak etanol tangkai daun talas mengandung zat aktif yang memiliki sifat polar. Pemilihan basis pada formulasi salep harus memiliki sifat kepolaran yang berbeda dengan kepolaran zat aktif, sehingga zat aktif di dalam salep dapat dengan mudah terlepas dari ikatannya dengan basis dan segera memberikan efek terapi (Yuliyanti, 2015). Menurut penelitian Hernani dkk (2012), kenaikan konsentrasi ekstrak air tokek menyebabkan adanya perbedaan karakteristik fisik salep yaitu daya sebar dan daya lekatnya. Menurut Wulan dkk (2012), adanya penambahan konsentrasi ekstrak

3 etanol batang pisang ambon dapat mempengaruhi viskositas dan daya lekat salep. Absorbsi obat perkutan perunit luas permukaan kulit meningkat sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa. Absorpsi obat pada sediaan salep secara umum tidak hanya tergantung pada sifat fisika kimia dari bahan obat saja tetapi juga tergantung pada sifat pembawa, kondisi kulit, konsentrasi obat, luas membran tempat sediaan menyebar, derajat kelarutan obat baik dalam minyak maupun air, efek hidrasi kulit, dan waktu obat menempel pada kulit (Ansel, 1989). Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran organoleptis, homogenitas, ph dan penyembuhan luka sayat serta mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etanol tangkai daun talas terhadap viskositas, daya sebar dan daya lekat salep ekstrak etanol tangkai daun talas. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah gambaran karakteristik fisiko-kimia salep ekstrak etanol tangkai daun talas berupa organoleptis, homogenitas dan ph? 2. Bagaimanakah gambaran penyembuhan luka sayat sediaan salep ekstrak etanol tangkai daun talas? 3. Adakah pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etanol tangkai daun talas terhadap karakteristik fisik berupa viskositas, daya lekat dan daya sebar dalam sediaan salep?

4 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran karakteristik fisiko-kimia salep ekstrak etanol tangkai daun talas berupa organoleptis, homogenitas dan ph. 2. Mengetahui gambaran penyembuhan luka sayat sediaan salep ekstrak etanol tangkai daun talas. 3. Mengatahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etanol tangkai daun talas terhadap karakteristik fisik berupa viskositas, daya lekat dan daya sebar dalam sediaan salep. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penggunaan salep ekstrak etanol tangkai daun talas (Colocasia esculenta L.) dapat mempercepat proses penyembuhan luka sayat. 2. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk menghasilkan sediaan salep ekstrak etanol tangkai daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan penyembuhan luka sayat dan sifat fisika-kimia yang baik. E. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Talas (Colocasia esculenta L.) Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun yang termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae). Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik

5 pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas. Talas bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan di Indonesia dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 mdpl, baik liar maupun di tanam (Sastrahidayat dan Sumarno, 1991). Morfologi tanaman talas yaitu batang berada di bawah tanah yang berbentuk umbi bulat (menyilinder) berwarna coklat agak kehitaman. Arah tumbuh batang tegak dengan tinggi 0,5-1,5 m dan memiliki daun sejumlah 2-5 helai. Daun berbentuk perisai, berwarna hijau dan terkadang agak kekuningan. Pangkal daun berlekuk dan ujungnya meruncing. Tepi daun rata dengan pertulangan daun menjari. Permukaan daun bagian bawah berlapis lilin dan memiliki tekstur kasap, sedangkan bagian atas daun berwarna lebih cerah. Tangkai daun berwarna hijau, lembut, panjang ± 20 60 cm, padat berisi, tetapi memiliki banyak rongga udara. (Sastrahidayat dan Sumarno, 1991). a. b. Gambar 1. a. Tumbuhan Talas (Colocasia esculenta L.); b. Tangkai Daun Talas Taksonomi tanaman talas adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi : Plantae : Spermatophyta

6 Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Angiospermae : Monocotyledonae : Arales : Araceae : Colocasia Species : Colocasia esculenta L. (Koswara, 2013). 2. Kandungan Senyawa Aktif dan Khasiat Menurut Biren dkk (2007), tanaman talas juga mengandung diantaranya tanin, saponin, terpen, flavonoid, flobatanin, antraquinon, glikosida jantung, dan alkaloid. Tangkai daun talas mengandung tanin, saponin, terpenoid, flavonoid, steroid, dan alkaloid (Wijaya dkk, 2014). Flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid dan saponin bersifat sebagai antibakteri dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka, sehingga luka tidak mengalami infeksi lebih berat (Robinson, 1995). Tanin merupakan merupakan senyawa polifenol tanaman. Tanin secara luas digunakan untuk aplikasi di bidang pengobatan. Kandungan tanin ini yang berkhasiat sebagai obat luka karena aktivitas hemostatiknya dengan cara menghentikan pendarahan dari pembuluh darah yang terluka, tanin akan mengendapkan protein darah sehingga terjadi gumpalan yang dapat menghambat aliran darah (Fenglin dkk., 2003; Okoli dkk, 2007). Tanin dapat mengobati luka karena dapat meningkatkan proses granuloma, memecah kekuatan granulasi jaringan, dan mempercepat masa epitelisasi (Agren dkk.,

7 1998). Proses penyembuhan luka oleh tanin juga berkaitan dengan proses terbentuknya kolagen sehingga mempercepat penyembuhan luka (Rane dan Mengi, 2003). 3. Ekstraksi dan Cairan Penyari Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan senyawa aktif simplisia hewani atau simplisia nabati dari campurannya dengan menggunakan pelarut selektif dalam prosedur ekstraksi standar. Menurut penelitian Wijaya dkk (2014) yang menguji efektivitas luka sayat dengan ekstrak etanol tangkai daun talas menunjukkan hasil bahwa ekstrak tangkai daun talas mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, saponin dan tanin. Proses penyarian yang dilakukan pada penelitian Wijaya dkk (2014) menggunakan metode maserasi dengan cairan penyari etanol 70%. Metode maserasi cocok untuk senyawa yang terkandung dalam tangkai daun talas yaitu flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid yang tidak tahan terhadap pemanasan (Padmasari dkk, 2013). Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan seluruh simplisia atau simplisia serbuk kasar ditempatkan dalam wadah tertutup dengan pelarut dan didiamkan pada suhu kamar untuk jangka waktu minimal 3 hari dan sering diaduk sampai materi larut sempurna (Handa dkk, 2008). Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah penyariannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Depkes RI, 2000). Berdasarkan sifat kepolaran dan kelarutan, senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah

8 larut dalam pelarut nonpolar (Depkes RI, 2000). Etanol 70% bersifat polar (Naufalin dkk, 2005), saponin, tanin, flavonoid bersifat polar (Kayaputri dkk, 2014), alkaloid bersifat semi polar hingga non polar, sedangkan terpenoid dan steroid bersifat non polar (Naufalin dkk, 2005). Pemilihan bahan pelarut (cairan penyari) bergantung pada daya larut komponen-komponen dari material atau bahan baku (Handa dkk, 2008), mudah digunakan, ekonomis, ramah lingkungan, dan aman (Depkes RI, 2000). Pertimbangan penggunaan etanol sebagai cairan penyari karena sifat kepolarannya sama dengan senyawa yang terkandung dalam tangkai daun talas sehingga dapat menyari secara optimal. Etanol lebih selektif, dapat menghambat pertumbuhan kapang dan kuman dengan konsentrasi 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Kadar toksisitas etanol relatif rendah terhadap makhluk hidup. Etanol 70% sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, bahan pengotor hanya sedikit turut dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1984). 4. Salep Salep merupakan suatu bentuk sediaan setengah padat, yang digunakan pada kulit sehat, sakit atau terluka pada selaput mukosa (hidung, mata), bahan obat atau bahan-bahan obat dapat berada dalam keadaan terlarut atau tersuspensi di dalam basisnya (Voigt, 1984). Salep luka digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis sehingga diharapkan adanya penetrasi ke dalam lapisan kulit teratas agar dapat memberikan efek penyembuhan. Basis

9 salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik dan menjamin pelepasan bahan obat secara maksimal, dan tidak menghambat fungsi-fungsi fisiologis kulit (tidak menimbulkan rasa panas dan tidak menghambat pernafasan kulit) (Voigt, 1984). Bahan obat dalam pembuatan salep harus dapat larut atau terdispersi merata dalam dasar salep yang cocok (Depkes RI, 1995). Pemilihan dasar salep dalam suatu formulasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep, keinginan peningkatan absorpsi perkutan dari obat, kelayakan melindungi kelembaban kulit, kestabilan dasar salep dalam jangka waktu lama, pengaruh obat terhadap kekentalan atau lainnya dari dasar salep (Ansel dkk, 2011). Dasar salep menurut Depkes RI (1995), yang digunakan sebagai pembawa bahan obat terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu: a. Dasar salep hidrokarbon Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak. Sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon tidak mongering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama. Contoh dasar salep hidrokarbon adalah vaselin album, vaselin flavum, paraffin cair, paraffin padat dan minyak mineral.

10 b. Dasar salep serap Dasar salep serap merupakan dasar salep yang dapat bercampur dengan air (emulsi m/a) dan dasar salep yang memungkinkan bercampurnya dengan sedikit penambahan jumlah larutan berair (emulsi a/m), yang bersifat sebagai emolien, contohnya paraffin hidrofilik, lanolin dan lanolin anhidrat. c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar salep tercuci air merupakan emulsi minyak dalam air, yang mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini, keuntungan lainnya dapat diencerkan dengan air atau larutan berair, contoh : setil alcohol, trietanolamin stearate. d. Dasar salep larut dalam air Dasar salep larut air disebut juga dasar salep tak berlemak yang mengandung konstituen larut air. Dasar salep jenis ini dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air. Dasar salep ini lebih tepat disebut dengan gel, contoh polietilen glikol. 5. Monografi Bahan a. Vaselin Album Vaselin album adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat, diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan warnanya. Pemeriannya berwarna putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0 C. Vaselin berwarna kekuning-kuningan sampai

11 kuning muda dan melebur pada temperatur antara 38 C dan 60 C (Voigt, 1984). Kelarutannya tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene; dalam karbon disulfida; dalam kloroform; larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan berkhasiat sebagai basis (Depkes RI, 1995). b. Cera Flava Cera flava atau malam kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis mellifera L. Pemerian cera flava yaitu kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu, agak rapuh bila dingin, dan bila patah membentuk granul, patahan non-hablur, menjadi lunak oleh suhu tangan dan bobot jenis lebih kurang 0,95. Sifat kelarutan tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri, larut sebagian dalam benzene dan karbon disulfida dingin, pada suhu lebih kurang 30 o larut sempurna dalam benzene dan dalam karbon disulfida (Depkes RI, 2014). c. Etanol 70% Etanol encer adalah campuran etanol pekat dan air. Dibuat dengan mencampur 73,7 ml etanol pekat dan air hingga 100 ml. mengandung tidak kurang dari 68,0% dan tidak lebih dari 69,2% b/b C2H6O setara dengan tidak kurang dari 69,9% dan tidak lebih dari 70,8% v/v C2H6O. Pemerian etanol

12 adalah cairan, jernih, mudah menguap, tidak berwarna, bau khas, rasa terbakar pada lidah dan mudah terbakar (Depkes RI, 2014). 6. Metode Pembuatan Salep Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu: metode pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya. a. Pencampuran Metode pencampuran dilakukan dengan mencampur komponen dari salep dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. b. Peleburan Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. 7. Penyembuhan Luka Luka sayat tergolong dalam jenis luka terbuka. Luka terbuka merupakan keadaan dimana darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas adanya perdarahan (Sabale dkk, 2012). Penyembuhan luka merupakan proses dinamis yang melibatkan interaksi kompleks dari molekul matriks ekstraseluler, recident cell, infiltrasi sel-sel radang dan mediator larut.

13 Prinsip utama penyembuhan luka merupakan kebutuhan akan penutupan lesi dengan cepat dengan fungsional dan estetika yang memuaskan dari jaringan parut (Corsetti dkk, 2010). Proses penyembuhan luka melalui tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi jaringan dan fase remodeling jaringan dengan pembentukan jaringan parut (Lorenz dan Longaker, 2009). F. Landasan Teori Ekstrak etanol tangkai daun talas efektif dapat menyembuhkan luka sayat pada konsentrasi 0,2 g selama 9 hari (Wijaya dkk, 2014). Penggunaan ekstrak kental secara langsung kurang praktis dan tidak optimal, oleh karena itu akan lebih mudah digunakan bila diformulasikan dalam bentuk sediaan yang dapat menempel pada permukaan kulit dalam waktu yang lama, dan bersifat oklusif sehingga efektif menyembuhkan luka yaitu sediaan semisolid dalam bentuk salep (Hernani dkk, 2012). Menurut Hernani dkk (2012), salep ekstrak tokek dengan basis vaselin dapat menyembuhkan luka sayat pada kulit tikus. Pemilihan basis vaselin karena mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak memungkinkan hilangnya lembab ke udara sehingga meningkatkan absorbsi zat aktif secara perkutan, mudah bercampur dengan bahan obat dan stabil dalam penyimpanan. Selain itu, vaselin juga bersifat netral serta kemampuan menyebarnya yang mudah pada kulit (Ansel, 1989; Idzon dan Lazarus, 1986). Basis vaselin memiliki sifat non polar (Yulianti, 2015). Ekstrak etanol tangkai daun talas mengandung zat aktif yang mempunyai sifat polar (Wijaya dkk, 2014). Zat aktif yang bersifat polar dalam basis yang

14 bersifat non polar akan memudahkan zat aktif lepas dari ikatan dan memberikan efek terapi (Yuliyanti, 2015). Absorbsi obat perkutan perunit luas permukaan kulit meningkat sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu pembawa (Ansel, 1989). Menurut penelitian Hernani dkk (2012), kenaikan konsentrasi ekstrak air tokek menyebabkan adanya perbedaan karakteristik fisik salep yaitu daya sebar dan daya lekatnya. Menurut Wulan dkk (2012), adanya penambahan konsentrasi ekstrak etanol batang pisang ambon dapat mempengaruhi viskositas dan daya lekat salep. G. Hipotesis Berdasarkan landasan teori maka dapat dibuat hipotesis ada pengaruh variasi konsentrasi ekstrak etanol tangkai daun talas terhadap viskositas, daya lekat dan daya sebar dalam sediaan salep.