BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

dokumen-dokumen yang mirip
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

1.1. Latar Belakang I - 1

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I Pendahuluan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENJADIKAN KEPULAUAN MERANTI SEBAGAI KAWASAN NIAGA YANG MAJU DAN UNGGUL DALAM TATANAN MASYARAKAT MADANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 30 November 2011).

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MANGGARAI PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan belakang, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Memasuki tahun 2015, Pemerintah Indonesia akan memasuki periode RPJMN baru 2016-2020 yang menetapkan target baru yaitu 100% (universal access) akses sanitasi layak di akhir tahun 2020. Sementara itu, pada tahaun 2015 beberapa dokumen perencanaan sanitasi kab/kota sudah habis masa berlakunya. Dalam rangka mendukung pencapaian universal access tersebut, maka Program PPSP akan dilanjutkan kembali pada periode RPJMN selanjutnya melalui Program PPSP Tahap II 2016-2020. Melalui Program PPSP Tahap II, kab/kota yang dokumen BPS, SSK dan MPS sudah habis masa berlakunya akan dilakukan pemutakhiran/updating/review kembali agar dapat segera diimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan yang telah direview tersebut dinamai SSK Review dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja. Selain kab/kota yang melakukan updating, pada tahun 2015 terdapat pula kab/kota yang masih melanjutkan penyusunan dokumen MPS serta masih terdapat beberapa kab/kota yang baru akan menyusun dokumen BPS dan SSK. Dengan demikian pada tahun 2015 terdapat 3 (tiga) kategori kab/kota peserta PPSP, yaitu sebagai berikut: 1. Kab/kota yang baru berpartisipasi di tahun 2015. 2. Peserta PPSP tahun 2014 yang melanjutkan ke penyusunan MPS. 3. Kab/kota yang melakukan pemutakhiran SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih Sanitasi merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 1

Untuk menghasilkan dokumen Perencanaan setrategis yang mencerminkan 4 (empat) karakteristik dokumen perencanaan di dalam PPSP, yaitu : - Dari, oleh dan untuk Kabupaten/Kota. - Berdasarkan data empiris. - Menggunakan pendekatan top down meets bottom up, - Komprehensif dan berskala Kabupaten/Kota. Sehubungan hal tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti telah membentuk Pokja Sanitasi yang mewakili semua pemangku kepentingan/satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan pembangunan dan pengelolaan sanitasi di kawasan perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti. Pokja Sanitasi mempunyai tugas antara lain menyusun buku putih sanitasi, menyusun SSK dan MPS serta melakukan koordinasi pembangunan sanitasi. Pokja Sanitasi ini diharapkan juga harus mampu memberikan penyadaran pentingnya sanitasi, menyampaikan keputusan Pokja ke SKPD dan mengawal program pembangunan di bidang sanitasi. 1.2. Landasan Gerak Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan (Buku Referensi Opsi sistem dan Teknologi Sanitasi, TTPS, 2010). Berdasarkan definisi tersebut di atas maka terdapat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; dan iii) drainase tersier. Sedangkan pengertian dasar persub sektor sanitasi adalah sebagai berikut: 1. Air Limbah Domestik. - Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. - Black water (urin, tinja/limbah padat dan air gelontoran) yaitu air yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya orang dewasa menghasilkan 1,5 liter air tinja/hari. 2. Pengelolaan Persampahan. Merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah, lingkupnya sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga. 3. Drainase Perkotaan. Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. 4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait sanitasi. Meliputi promosi kesehatan, perubahan perilaku sanitasi di rumah tangga (5 pilar), dan sanitasi sekolah. Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 2

Lingkup wilayah kajian Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kota adalah seluruh wilayah permukiman di seluruh kelurahan/desa yang termasuk di dalam wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Meranti yang terdiri dari 101 (Seratus satu )Kelurahan/Desa. Sejalan dengan kondisi Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini dan tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki dalam konstelasi lokal, regional maupun nasional, maka dirumuskan visi Bupati Kepulauan Meranti Periode tahun 2011-2016 adalah MENJADIKAN KEPULAUAN MERANTI SEBAGAI KAWASAN NIAGA YANG MAJU DAN UNGGUL DALAM TATANAN MASYARAKAT MADANI Untuk mencapai visi tersebut, maka Pemerintah Kabupaten kepulauan Meranti menetapkan 7 (tujuh) Misi, yaitu: 1. Mewujudkan penataan birokrasi kepemerintahan yang efisien dan efektif1. Meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah, SDM aparatur pemerintahan daerah yang bersih, beretika, anti korupsi dan nepotisme dalam tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dapat meningkatkan kinerja pembangunan suatu wilayah.. 2. Menurunkan tingkat kemiskinan melalui swasembada hasil-hasil pertanian, perikanan dan peternakan Untuk meningkatkan swasembada hasil pertanian, perikanan dan peternakan serta membuka lapangan kerja, maka pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga investasi dari pihak swasta dapat tumbuh dan berkembang. Disamping itu, keterlibatan masyarakat secara umum dalam pembangunan dunia usaha yang bertumpu pada partisipasi masyarakat, melalui sistem ekonomi kerakyatan, akan mempercepat terwujudnya kesejahteran masyarakat. 3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi terhadap sumber daya manusia yang akan menjadi aset dalam pembangunan bangsa dimasa yang akan datang. Karena itu masyarakat harus mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, melalui pendidikan berkualitas, murah, dan terjangkau melalui program wajib belajar 9 tahun. Merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Kota Kabupaten Meranti untuk membangun sumber daya manusia yangmemiliki kualitas kompetensi akademis yang tinggi, cerdas, bermoral, beriman, bertaqwa, tanggap lingkungan dan memiliki skill (hard dan soft skill) yang tinggi, sehingga mampu hidup dan bersaing di lapangan kerja bebas. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat adalah vital bagi terjaganya kinerja parameter kesejahteraan masyarakat dalam menunjang HDI. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas masyarakat dalam rangka pengembangan ekonomi lokal Misi ini bertujuan (1) Meningkatkan kualitas hidup penduduk, dengan sasaran pokok, yaitu (i) meningkatnya keluarga sejahtera, (ii) meningkatnya pembinaan dan pemberdayaan generasi muda dan olah raga (2) Meningkatkan pelestarian budaya, dengan sasaran pokok yaitu meningkatkan pelestarian dan Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 3

kekayaan budaya (3) Meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan sosial, dengan sasaran pokok yaitu (i) menurunnya kesenjangan antara perempuan dan laki-laki, (ii) menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, (iii) meningkatnya kerukunan masyarakat. (4) Meningkatkan perekonomian daerah, dengan sasaran pokok, yaitu meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat. 5. Meningkatkan infrastruktur dasar dalam rangka merangkai pulau, termasuk revitalisasi air bersih dan peningkatan elektrifikasi. Dalam upaya peningkatan iklim investasi,daya saing dan ekonomi yang berkesinambungan, maka kabupaten ini harus ditunjang dengan infrastruktur yang memadai seperti jalan, air bersih, pasokan energi listrik serta penanganan limbah yang berwawasan lingkungan. Pembangunan infrastruktur tidak hanya dilaksanakan pada area kota melainkan juga pada daerah pinggiran dan daerah industri untuk terwujudnya pemerataan pembangunan di semua wilayah di Kabupaten Meranti. Misi ini bertujuan (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan trasportasi internal pulau dan antar pulau, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya kualitas prasarana dan sarana perhubungan (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas, dengan sasaaran pokok yaitu; meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perumahan (3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan dan pelayanan air bersih, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya kualitas prasarana dan sarana pengairan (4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas penyediaan dan pelayanan pasokan listrik, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya jumlah sambungan listrik. 6. Mendorong investasi dalam rangka penciptaan lapangan kerja dan penciptaan nilai tambah ekonomi Misi ini bertujuan (1) Menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi, dengan sasaran pokok yaitu Angka pertumbuhan ekonomi (%) (2) Mewujudkan kebijakan dan regulasi yang pro-investasi, dengan sasaran pokok, yaitu meningkatnya investasi (3) Meningkatkan kapasitas penyerapan lapangan kerja di berbagai sektor, dengan sasaran pokok yaitu menurunnya tingkat angka pengangguran. 7. Meningkatkan pembinaan mental spiritual dalam rangka mewujudkan masyarakat yang berakhlakul kharimah Misi ini bertujuan (1) Mewujudkan peningkatan ketaatan beragama masyarakat, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya kualitas beragama (2) Mewujudkan peningkatan solidaritas antar umat beragama, dengan sasaran pokok yaitu meningkatnya solidaritas antar umat beragama, (3) Mewujudkan peningkatan kerukunan antar umat beragama, dengan sasaran pokok yaitu; meningkatnya kerukunan masyarakat Sejalan dengan prinsip-prinsip good governance, nilai-nilai yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan visi misi pembangunan Kabupaten Kepulauan Meranti secara berkelanjutan, mencakup beberapa prinsip sebagai berikut: (1) Efektivitas dan efisiensi, dimana proses produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan. (2) ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin, (3) Fasilitasi kepentingan publik untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dimana setiap warga masyarakat Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 4

dan pemangku kepentingan pembangunan mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik langsung maupun melalui intermediasi institusi yang mewakili kepentingannya, (4) Transparansi, dimana ada kebebasan (yang bertanggung jawab) dalam menerima dan mengirim informasi secara langsung, terutama informasi yang menjadi kepentingan publik, (5) Akuntabilitas, dimana para pembuat keputusan, baik di lemabaga pemerintahan maupun di masyarakat, bertanggungjawab kepada publik dan lembaganya secara legitimate, (6) Sikap yang responsip, dimana semua warga masyarakat bertanggungjawab terhadap proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga ke evaluasi. (7) Visi strategis, dimana para pemimpin dan warga masyarakat mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah, (8) Pemberdayaan masyarakat, pembangunan fokus pada kegiatan untuk menghasilkan pemberdayaan masyarakat, (9) Penyediaan cadangan dalam bentuk tabungan masyarakat, dimana semua warga masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan cadangan yang tersimpan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, baik nasional maupun daerah, telah disepakati perlunya keterpaduan antara pembangunan sektoral, wilayah, dan daerah. Sehubungan dengan itu, dalam UU 26/2007 ditetapkan adanya keterkaitan yang kuat antara rencana pembangunan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW), mulai dari tingkat nasional, provinsi, sampai kabupaten/kota. Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ditetapkan adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), serta rencana-rencana turunannya sampai ke Rencana Kerja Pemerintah. RPJP dan RTRWN mempunyai jangka waktu yang sama, yaitu 20 (dua puluh) tahun. Selain itu, secara khusus antara RPJP dan RTRW dikemukakan ada saling keterkaitan dan/atau saling mengacu, sebagaimana yang ditetapkan dalam UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang. Dengan demikian maka penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti akan bersifat strategis karena akan mempunyai keterkaitan dengan rencana pembangunan daerah berupa RPJP Kabupaten Kepulauan Meranti. Dengan kata lain akan ada perencanaan yang terpadu antara perencanaan pembangunan daerah dan rencana tata ruang Kabupaten Kepulauan Meranti. Berdasarkan ketiga latar belakang legal, teknis, dan strategis tersebut di atas, maka memang perlu dan penting penyusunan RTRW Kabupaten Kepulauan Meranti. Mengingat hal tersebut tujuan penataan ruang wilkayah kabupaten Kepulauan Meranti adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 5

Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menurut PP 26/2008 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau yang secara eksplisit terkait dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti dapat ditelusuri dari: (i) rencana struktur ruang wilayah, (ii) rencana pola ruang wilayah, dan (iii) penetapan kawasan strategis. Dengan demikian, untuk melihat penetapan RTRWN dan RTRW Provinsi Riau yang terkait dengan wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti akan didasarkan pada ketiga komponen rencana tersebut. Rencana struktur ruang wilayah nasional (SRWN) meliputi: a. sistem perkotaan nasional; b. sistem jaringan transportasi nasional; c. sistem jaringan energi nasional; d. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan e. sistem jaringan sumber daya air. Dari kelima komponen struktur ruang wilayah nasional tersebut, yang menunjukkan penetapan di Kabupaten Kepulauan Meranti secara signifikan adalah pada sistem perkotaan nasional, dan sistem jaringan transportasi nasional. Sementara untuk komponen lainnya yaitu sistemm jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air belum tergambarkan penetapannya secara signifikan. Mengingat hal tersebut tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Kepulauan Meranti adalah mewujudkan ruang wilayah kabupaten Kepulauan Meranti yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai dalam penataan ruang wilayah ini adalah: 1. Tersusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 2. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat; 3. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 4. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 5. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 6. Terkoordinasinya pembangunan antarwilayah dan antarsektor pembangunan di wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 7. Tersusunnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti; 8. Adanya pola pembangunan yang berbasis masyarakat, yang mencakup sosial, budaya, kelembagaan, dan nilai religius; Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 6

9. Terciptanya keseimbangan antara nilai ekonomi yang didapat dengan daya dukung sumber daya yang tersedia; 10. Terciptanya keseimbangan antara nilai ekonomi dan risiko bencana yang ditimbulkan sebagai akibat dari pembangunan. 1.3. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang. Tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Meranti adalah: a. Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini. b. Menyediakan data sebagai dasar analisis situasi dilihat dari segala aspek, sehingga zona sanitasi prioritas dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan /area resiko sanitasi c. Memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam bersinergi dan menjalankan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan. d. Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama. Sedangkan tahapan dalam pelaksanaan PPSP adalah sebagai berikut: a. Tahapan Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) b. Tahapan Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) c. Penyiapan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) d. Pelaksanaan/implementasi 1.4. Metodologi Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini dilaksanakan secara partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan, transparan dan akuntabel sedangkan metodologi yang digunakan dalam kegiatan penyusunan Buku Putih secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Data yang dibutuhkan antara lain : 1). Data sanitasi kabupaten (baik fisik maupun non fisik) 2). Data demografi 3). Data sosial ekonomi 4). Data institusi/kelembagaan 5). Data tata ruang Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 7

b. Teknik Pengumpulan data : 1). Desk study (kajian literature, data sekunder, dll) 2). Field reaseach (observasi, wawancara responden) c. Teknik analisis : deskriptif kualitatif dan kuantitatif Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : 1. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 2. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan: Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti selaku Ketua Pokja. Meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survey dan observasi). Diskusi yang bersifat teknis (focus group discussion) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihakpihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. 3. Pengumpulan Data primer Data primer yang dikumpulkan meliputi : Studi Kelembagaan dan Keuangan Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment) Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) Studi Komunikasi dan Pemetaan Media Penilaian Kesehatan Lingkungan (EHRA) dari Dinas Kesehatan Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 8

1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Kepulauan Meranti didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah; 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan; 6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 7. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 8. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 10. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 21. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri 22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 23. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan Industri; 24. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 25. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/2006 Tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/2008 Tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 9

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan; 28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.14-228 Tahun 2011 tentang Pengesahan Pemberhentian dan Pengesahan Pengangkatan Bupati Kepulauan Meranti Provinsi Riau; 29. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/4919/SJ Tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Daerah; 30. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013 Provinsi Riau; 31. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016 Kabupaten Kepulauan Meranti. Pokja PPSP Kabupaten Kepulauan Meranti I - 10