RESPON TIGA RUMPUN KAMBING TERHADAP PEMBERIAN TAMBAHAN KONSENTRAT (Response of Three Breeds of Goat Fed on Concentrate Supplement) Rantan Krisnan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, PO Box 1. Galang 20585, Sumatera Utara ABSTRACT An experiment was carried out to investigate the effect of concentrate supplementation to three breed of goat, namely Boer, Boerka and Boerawa. Twelve female weaning goat with averege body weight of 15 kg were used in a completely randomized design with four replications. Dietary treatments consisted of 32% concentrate and 68% grass. xresult showed that Boer goat had better growth response to concentrate supplementation feeding compared to Boerka and Boerawa. Besidesx, Boer goat also had better value on feed efficiency and economic benefits (IOFC) than the other two types of goats. The concentrate supplementation in a limited amount (32%) to grass basal diet (68%) resulted in different responses to the three breed of goats, this was due to concentrate supplementation affected level of grass consumption. Key Words: Boer, Boerka, Boerawa, Concentrate ABSTRAK Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan tambahan konsentrat terhadap tiga rumpun kambing. Penelitian dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Ketiga rumpun kambing tersebut adalah Boer, Boerka dan Kacang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga rumpun kambing sebagai perlakuan. Ternak yang digunakan adalah betina dara masa pertumbuhan sebanyak 4 ekor setiap rumpun. Pakan yang diberikan terdiri dari 32% konsentrat dan 68% rumput. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Respon pertumbuhan kambing Boer terhadap pemberian pakan tambahan konsentrat lebih baik bila dibandingkan dengan kambing Boerka maupun Boerawa. Selain itu, kambing Boer juga mempunyai nilai efisiensi pakan dan nilai keuntungan ekonomis (IOFC) yang lebih besar dibandingkan dengan kedua rumpun kambing lainnya. Pemberian konsentrat dalam jumlah terbatas 32% dengan sistem pemberiannya yang dikombinasikan dengan rumput 68% menunjukkan respon yang berbeda dari ketiga rumpun kambing karena perbedaan pada tingkat konsumsi rumput. Kata Kunci: Boer, Boerka, Boerawa, Pakan Konsentrat PENDAHULUAN Bibit, pakan dan tata laksana (manajemen) adalah merupakan tiga faktor yang menentukan berhasil tidaknya usaha peternakan. Ketiga faktor tersebut merupakan segitiga sama sisi yang harus diperhatikan keseimbangannya. Pakan dalam pengembangan ruminansia termasuk ternak kambing merupakan bahasan penting yang perlu dikaji ketersediaannya karena cukup mendominasi dalam penggunaan biaya produksi secara keseluruhan dari suatu usaha ternak. Pemberian pakan dengan jumlah dan mutu yang baik akan mampu memaksimalkan pertumbuhan karkas sesuai dengan sifat genetis yang dimiliki oleh kambing. Ternak memerlukan nutrien untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, reproduksi, laktasi, gerak dan kerja (Murtidjo 1993). Oleh karena itu, pemberian hedaknya memperhitungkan semua kebutuhan tersebut atau dengan kata lain pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan ternak. Pada umumnya sistem pemberian pakan pada usaha kambing di Indonesia masih bersifat tradisional yang hanya berfokus pada rumput atau hijauan saja. Namun hal ini tidak cukup bila usaha ternak kambing berorientasi terhadap permintaan pasar yang menuntut produktivitas 388
ternak yang maksimal. Oleh karena itu, pemberian pakan tambahan konsentrat menjadi mutlak. Penambahan konsentrat pada kambing bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi pakan dan menambah energi. Beberapa sumber kajian salah satunya yang dilakukan Mulyono (2005) menyebutkan bahwa pemberian konsentrat tertentu dapat menghasilkan asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penambahan konsentrat tertentu dapat juga bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa terfermentasi di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energi lebih banyak. Respon pemberian konsentrat pada ternak tentunya akan berbeda-beda tergantung dari beberapa faktor salah satunya adalah rumpun ternak. Hal inilah yang melatar belakangi perlunya suatu kajian yang bertujuan mempelajari pengaruh pemberian tambahan konsentrat terhadap tiga jenis kambing di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Ketiga jenis kambing tersebut adalah kambing Boer, kambing Boerka (persilangan antara kambing Boer dengan kambing Kacang), dan kambing Boerawa (persilangan antara kambing Boer dengan kambing Peranakan Etawa). MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di kandang percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih selama tiga bulan yang terdiri satu bulan adaptasi pakan dan dua bulan pengambilan data. Penelitian menggunakan kambing betina dara masa pertumbuhan dengan bobot badan rata-rata 16 kg dari tiga rumpun kambing yaitu kambing Boer, kambing Boerka, dan kambing Boerawa sebanyak 4 ekor setiap rumpunnya sehingga total ternak yang digunakan adalah sebanyak 12 ekor. Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput lapangan dengan kandungan bahan kering 22% dan konsentrat dengan kandungan bahan kering 88% dan protein 13% serta TDN 60%. Konsentrat dibuat dari pabrik pakan lokal yang tersusun dari beberapa bahan yaitu 40% bungkil inti sawit, 26% bungkil kelapa, 18% dedak padi, 8% molases, 1% MDCP, 1% premix dan beberapa probiotik seperti 5% ajitein, 0,5% biomol dan 0,5% mixsonel. Pemberian pakan dilakukan dengan memberikan konsentrat terlebih dahulu hanya pada pagi hari sebanyak 300 g/ekor/hari, sedangkan rumput diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari sebanyak 1 kg/ekor dan sore hari sebanyak 1,5 kg/ekor. Air minum diberikan secara adlibitum (selalu tersedia). Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, koversi pakan, dan income over feed cost (IOFC). Pengamatan dilakukan selama 8 minggu setelah terlebih dahulu dilakukan masa adaptasi selama 3 minggu. Konsumsi pakan dihitung menurut Tillman et. al. (1991). Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan (rumpun kambing) dan empat ulangan. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan menggunakan analysis of varian menurut Steel dan Torrie (1991), menggunakan SPSS versi 13. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian tidak dijumpai ternak yang mati (mortalitas 0%). Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian tambahan pakan konsentrat menyebabkan perbedaan performan dari ketiga rumpun kambing (P<0,05) seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing Boer nyata berbeda dengan kambing Boerka dan Boerawa, sedangkan antara Boerka dan Boerawa tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan karana laju pertumbuhan bobot badan kambing Boer lebih baik jika dibandingkan dengan kambing Boerka dan Boerawa. Seperti yang dilaporkan Erasmus (2000) bahwa laju pertambahan bobot badan harian kambing Boer bisa mencapai 203-245 g. Berbeda dengan kambing Boerka laju pertumbuhan bobot badan hariannya mencapai 118 g (Ginting dan Mahmilia 2008), sedangkan kambing Boerawa mencapai 116 g (Kostaman dan Sutama 2005). Kisaran PBBH dari ketiga rumpun kambing tersebut pada penelitian yang dilakukan ini berkisar antara 69-86 g/ekor/hari. Angka PBBH dengan kisaran tersebut pernah dilaporkan Romjali et al. (2002) pada ternak kambing Boer dan Boerka prasapih. Data yang dihasilkan dari penelitian ini jauh lebih rendah 389
dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan Elieser (2006) pada Boer dan kambing Boerka fase pertumbuhan diperoleh pbbh masingmasing sebesar 140-250 g/ekor/hari dan 118 g/ekor/hari. Hal ini mungkin terjadi akibat perbedaan manajemen dan jenis pakan atau kemungkinan karena perbedaan status kelamin ternak yang digunakan. Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap performans tiga rumpun kambing Parameter Rumpun kambing Boer Boerka Boerawa Pertambahan bobot badan harian 86,50 a 69,11 b 69,21 b (g/ekor/hari) Konsumsi bahan kering pakan (g/ekor/hari) Rumput 410,99 a 378,23 b 406,20 a Konsentrat 232,88 a 221,26 a 225,34 a Total 643,87 a 599,49 b 631,55 a Konversi pakan 7,44 a 8,67 b 8,98 b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0,05) Hal menarik terjadi pada tingkat konsumsi bahan kering pakan seperti terlihat pada Tabel 1 di atas. Secara statistik, konsumsi konsentrat dari ketiga jenis kambing yaitu Boer, Boerka dan Boerawa menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05). Perbedaan yang nyata terjadi (P<0,05) pada konsumsi rumput antara kambing Boer dan Boerawa dengan kambing boerka, sedangkan antara kambing Boer dan Boerawa tidak berbeda nyata. Hasil ini mengindikasikan bahwa apabila konsentrat diberikan dalam jumlah terbatas (32%) dan manajemen pemberiannya dikombinasikan dengan rumput (68%) maka respon dari ketiga rumpun kambing akan berbeda bukan pada tingkat konsumsi konsentrat melainkan tingkat konsumsi rumput. Kondisi mungkin akan berbeda apabila persentase penggunaan konsentrat lebih besar dibandingkan dengan rumput seperti umumnya dilakukan pada usaha ternak sistem penggemukan seperti banyak dilaporkan oleh beberapa sumber yang menyatakan perbedaan rumpun ternak memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan. Mulyono (2005) melaporkan bahwa konsentrat mengandung cukup energi sehingga bila diberikan sebagai pakan tambahan akan menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Oleh karena itu, hasil ini menggambarkan bahwa perbedaan tingkat pertumbuhan yang dihasilkan oleh ketiga rumpun kambing tersebut besar kemungkinan akibat pengaruh rumpun ternak terhadap jumlah asupan rumput. Bila diukur tehadap bobot hidup, maka tingkat konsumsi bahan kering dari ketiga rumpun tersebut diatas 3,5% atau lebih tinggi dengan yang direkomendasikan Kearl (1982) untuk kambing. Hasil perhitungan dari tingkat konsumsi pakan secara terpisah dari kedua bahan pakan pada tiga jenis kambing tersebut memperlihatkan persentase tingkat konsumsi konsentrat secara berturut-turut dari kambing Boer, Boerka dan Boerawa adalah 88,21%, 83,81%, dan 85,36%. Sedangkan persentase tingkat konsumsi rumput mencapai 74,73% untuk kambing Boer, 68,77% untuk kambing Boerka, dan 73,85% untuk kambing Boerawa. Hasil ini dihitung dari perbandingan banyaknya jumlah konsentrat dan rumput yang dikonsumsi terhadap banyaknya jumlah kedua jenis pakan tersebut diberikan yaitu konsentrat sebanyak 300 gram (BK 88%) dan rumput sebanyak 2,5 kg (BK 22%). Efisiensi penggunaan pakan pada kambing Boerawa lebih rendah bila dibandingkan dengan Boer seperti terlihat dari Tabel 1. Walaupun tingkat konsumsi bahan kering pakan dari kedua jenis kambing tersebut tidak berbeda nyata, namun pertambahan bobot badan hariannya nyata berbeda (P<0,05). Secara numerik efisiensi penggunaan pakan pada kambing Boerawa masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kanbing Boerka. Hal ini diduga karena kambing Boer dan Boerka termasuk rumpun kambing tipe pedaging sedangkan Boerawa cenderung pada produktivitas susu sesuai sifat genetisnya. Nilai efisiensi pakan ini tergambar dari nila konversi pakan yang menunjukkan banyaknya jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan per satuan pertumbuhan bobot badan. Banyaknya pakan yang dikonsumsi dan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur analisis usaha ternak secara sederhana yaitu dengan cara menghitung nilai keuntungan yang diperoleh berdasarkan biaya pakan yang 390
Tabel 2. Income over feed cost (IOFC) tiga rumpun kambing Uraian Boer Boerka Boerawa Pakan Biaya konsumsi konsentrat (Rp./ekor/hari) 865,15 821,98 837,14 Biaya konsumsi rumput (Rp./ekor/hari) 82,20 75,65 79,24 Total biaya pakan (Rp./ekor/hari) 947,35 897,63 916,38 Pendapatan PBBH (g/ekor/hari) 86,50 69,11 69,21 Harga jual (Rp./kg) 45.000 45.000 45.000 Nilai jual (Rp./ekor/hari) 3.893 3.110 3.114 IOFC (Rp./ekor) 2.945 2.212 2.198 PBBH : Pertambahan bobot badan harian IOFC : Income Over Feed Cost Harga konsentrat Rp. 3715/kg Harga rumput Rp. 200/kg Harga kambing Rp. 45.000/ekor bobot hidup dikeluarkan dan dikenal dengan IOFC seperti yang terlihat pada Tabel 2. Hasil perhitungan (Tabel 2) menunjukkan bahwa nilai IOFC kambing Boer lebih tinggi di bandingkan dengan kambing Boerka dan kambing Boerawa. Rataan nilai IOFC adalah Rp. 2.945 untuk kambing Boer, Rp. 2.212 untuk kambing Boerka dan Rp. 2.198 untuk kambing Boerawa. Hasil ini sejalan dengan tingkat efisiensi pakan yang dihasilkan dari ketiga rumpun kambing tersebut. KESIMPULAN Respon pertumbuhan kambing Boer terhadap pemberian pakan tambahan konsentrat lebih baik bila dibandingkan dengan kambing Boerka maupun Boerawa. Selain itu kambing Boer juga mempunyai nilai efisiensi pakan dan nilai keuntungan ekonomis (IOFC) yang lebih besar dibanding kedua jenis kambing lainnya. Perbedaan rumpun kambing tidak memberikan respon yang berbeda terhadap tingkat konsumsi konsentrat yang diberikan dalam jumlah terbatas (32%) dengan sistem pemberiannya dikombinasikan dengan rumput (68%), namun perbedaan nyata justru terjadi pada tingkat konsumsi rumput. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada saudara Fitra Maradona, Agus dan Komsani mahasiswa Praktik Kerja Lapang dari Politeknik Pertanian Universitas Andalas yang telah membantu dalam proses pengkajian dan pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Elieser S, Sumadi, Suparta G, Subadriyo. 2006. Kinerja reproduksi induk kambing boer, boerka dan kacang. Laporan Tahunan Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Medan. Erasmus J.A. 2000. Adaptation to various environments and resistance to disease of improved Boer goat. Small Rumin Res. 36:179-187. Ginting SP, Mahmilia F. 2008. Kambing Boerka : Kambing tipe pedaging persilangan Boer x Kacang. Wartazoa. 18:115-126. Kearl LC. 1982. Nutrient requirements of ruminants in developing countries. Int. Feedstuffs Institute, Utah University, Logan, USA. Kostaman T, Sutama IK. 2005. Laju pertumbuhan kambing anak hasil persilangan antara kambing Boer dengan peranakan etawah pada periode pra sapih. JITV. 10:106-112. 391
Mulyono S. 2005. Teknik pembibitan kambing dan domba. Penebar Swadaya, Depok. Murtidjo BA. 1993. Memelihara domba. Kanisius. Yogyakarta. Romjali E, Batubara LP, Simanihuruk K, Elieser S. 2002. Keragaan anak hasil persilangan kambing Kacang dengan Boer dan Peranakan Etawah. Dalam: Hayanto B, Setiadi B, Adjid RMA, Situmorang P, Risdiono P, Tarigan S, Wiyono A, Tresnawati MB, Murdiati B, Abu Bakar, Ashari, penyunting. Teknologi Peternakan dan Veteriner dalam Menunjang Usaha Peternakan yang Berdaya Saing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. 30 September-1 Oktober 2002. Bogor (Indonesia): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. hlm. 113-115. Statistics Analytical System. 1987. SAS User s Guide: Statistic. 6th Ed. SAS Institute Inc., Cary, NC, USA. Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan prosedur statistika: suatu pendekatan biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pertanyaan: DISKUSI Rumpun yang digunakan apakah umurnya sama? Ternak yang digunakan merupakan ternak penelitian breeding, jadi bisa dilihat dari data catatan. Untuk rumpun yang berbeda maka bobot hidup yang sama tentu umur ternak bisa berbeda. Jawaban: Tidak diperhatikan, hanya berdasarkan bobot hidup awal. 392