BAB I PENDAHULUAN. satu dari sepuluh kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan dan analisa hukum yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan, hubungan interaksi antar individu semakin luas, terutama

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. kreditnya, sebab kredit adalah salah satu portofolio alokasi dana bank yang terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah dan kebutuhan hidup manusia sejalan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

MAKALAH PERALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN SECARA DIBAWAH TANGAN OLEH DEBITUR BANK. Oleh BAGUS PRIYO GUTOMO

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

Pendayagunaan tanah secara berlebihan serta ditambah pengaruh-pengaruh alam akan menyebabkan instabilitas kemampuan tanah. 1 Jumlah tanah yang statis

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sarana teknologi menjadikan interaksi antar negara dan antara

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Perikatan di dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata. perikatan yang lahir dari undang undang. Akibat hukum suatu perikatan

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sepuluh kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan akan papan. Papan sebagai kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia yang dimaksud adalah kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal. Berbicara soal rumah atau bangunan lain pada umumnya, tidak terlepas bicara soal tanah sebagai tempat berdirinya rumah atau bangunan pada umumnya. Oleh karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa tanah merupakan salah satu dari sepuluh kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia. Tanah merupakan benda yang mempunyai karakteristik khusus. Dilihat dari sisi hukum benda, tanah merupakan benda tetap, berwujud, terdaftar, dipakai tidak habis dan benda yang sudah ada. Cukup banyak benda yang dilihat dari sisi hukum benda seperti tanah. Akan tetapi tanah mempunyai karakteristik khusus, yaitu benda yang relatif tidak dapat diperbaharui dan kuantitasnya relatif tetap serta merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia. Dengan demikian tanah menjadi benda yang semakin kecil ratio perbandingannya dengan manusia karena jumlah manusia terus bertambah. Karakteristik yang demikian menjadikan tanah benda yang rawan menimbulkan konflik. Potensi konflik yang relatif tinggi atas tanah menyebabkan munculnya intervensi negara (socialiseringsproses) dalam hubungan hukum

2 antar individu dengan obyek tanah. Hubungan hukum antar individu dengan obyek tanah tidak lagi semata-mata tergantung kesepakatan para pihak, akan tetapi tunduk pada peraturan negara sebagai hukum pemaksa. Perjanjian jual beli dengan obyek tanah, jika dilihat dari sisi lahirnya, merupakan perjanjian formil. Perjanjian formil adalah perjanjian yang lahirnya harus mengikuti formalitas-formalitas tertentu yang ditentukan dalam suatu peraturan perundangan. Sebagai perjanjian formil, perjanjian jual beli tanah belum lahir hanya dengan kesepakatan para pihak (penjual dan pembeli) atas barang dan harga sebagaimana lahirnya perjanjian jual beli. Formalitas yang ditentukan oleh peraturan perundangan untuk perjanjian jual beli tanah adalah bahwa perjanjian jual beli tanah harus dibuat dengan akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Selain dengan Akta Jual Beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), tidak ada atau belum lahir perjajian jual beli tanah. Untuk membuat suatu Akta Jual Beli, harus dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan, yaitu terang, tunai dan riil sebagaimana disyaratkan oleh Undang-Undang Pokok Agraria. Sebelum syarat-syarat tersebut dipenuhi, seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tidak dapat membuat Akta Jual Beli (AJB). Di dalam praktek, terkadang muncul suatu situasi dimana para pihak dalam jual beli tanah (penjual dan pembeli) sudah sepakat mengenai harga dan tanah, akan tetapi belum memenuhi syarat terang, tunai dan riil

3 sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundangan sehingga belum dapat dibuat Akta Jual Beli oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Untuk mengatasi hal seperti itu dan sekaligus memperkuat kesepakatan para pihak, dibuatlah akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) oleh Notaris. Diliihat dari sifatnya, akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli merupakan perbuatan hukum sementara, dan nantinya akan dibuat Akta Jual Beli jika syarat-syarat sudah terpenuhi. Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) merupakan jalan keluar bagi penjual dan pembeli dalam jual beli tanah. Pihak penjual dan pembeli ingin memperoleh perlindungan hukum atas kepastian terjadinya transaksi jual beli tanah, sebelum dapat dibuat jual beli secara formal dengan pembuatan Akta Jual Beli (AJB) oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pihak penjual menginginkan agar tanahnya terjual dengan harga yang disepakati dan pihak pembeli menginginkan tanah tersebut tidak dijual kepada pihak lain. Praktek pembuatan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dilakukan dalam situasi seperti berikut : 1. Terjadi kesepakatan jual beli tanah anatra penjual dan pembeli. Pada saat terjadi kesepakatan, pihak pembeli belum mempunyai uang yang cukup untuk membayar lunas harga tanah. Untuk memperkuat dan memberikan kepastian hukum bagi penjual dan pembeli maka dibuat akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan akan dilanjutkan dengan

4 pembuatan Akta Jual Beli jika pihak pembeli sudah melunasi kekurangan pembayaran harga tanah. 2. Terjadi kesepakat jual beli tanah antara penjual dan pembeli. Pada saat terjadi kesepakatan, status tanah masih dalam proses pendaftaran atas nama penjual. Untuk memperkuat dan memberikan kepastian hukum bagi penjual dan pembeli maka dibuat akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan akan dilanjutkan dengan pembuatan Akta Jual Beli jika status tanah sudah terdaftar atas nama penjual. 3. Terjadi kesepakatan jual beli tanah antara penjual dan pembeli. Status tanah sudah terdaftar atas nama penjual dan tidak dibebani oleh jaminan apapun, harga tanah sudah dibayar lunas oleh pembeli. 4. Terjadi kesepakatan jual beli tanah antara penjual dan pembeli. Status tanah sudah terdaftar atas nama penjual dan tidak dibebani oleh jaminan apapun, harga tanah sudah dibayar lunas oleh pembeli. Disamping dibuat akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli, pihak pembeli juga meminta Surat Kuasa Menjual yang juga dibuat secara notariil. Dari kasus-kasus tersebut di atas jelas terlihat adanya motif yang berbeda untuk dibuatnya akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) oleh Notaris. Motif untuk melakukan suatu perbuatan hukum dalam hukum perjanjian dikenal dengan istilah itikad baik. Dalam suatu perjanjian, itikad baik harus ada dalam setiap tahap kontrak. Itikad baik harus ada dalam tahap pra kontraktual, kontraktual maupun post kontraktual.

5 Itikad baik dalam tahap pra kontraktual atau tahap negosiasi mempunyai implikasi yuridis dalam tahap-tahap selanjutnya. Ada kemungkinan pada tahap selanjutnya kesepakatan yang terjadi tanpa itikad baik dapat dibatalkan atau dimintakan pembatalan. Berdasarkan hal-hal itulah maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang Itikad Baik Dalam Pembuatan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Oleh Notaris. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Notaris mengukur itikad baik dalam pembuatan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli? 2. Bagaimana implikasi yuridis atas akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat tanpa ada itikad baik? C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang Itikad Baik Dalam Pembuatan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Oleh Notaris bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui cara Notaris mengukur adanya itikad baik dalam pembuatan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli. 2. Untuk mengetahui implikasi yuridis terhadp akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat tanpa ada itikad baik.

6 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran di berbagai referensi di perpustakaan, sudah ada beberapa penelitian yang meneliti tentang itikad baik dalam lingkup hukum perdata. Hasil penelitian tentang itikad baik yang berhasil ditelusuri adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Fathul Laila (2012) yang berjudul Tinjauan Asas Itikad Baik (Good Faith) Dalam Pembuatan Akta Notariil (Studi Kasus Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Permasalahan yang diangkat adalah : a. Bagaimana implementasi asas itikad baik Notaris dalam pembuatan akta notariil di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta? b. Bagaimana implementasi asas itikad baik para penghadap dalam pembuatan akta notariil di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Waluyo (2012) yang berjudul Penerapan Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Pembuatan Kartu Kredit di Kota Yogyakarta. Permasalahan yang diangkat adalah : a. Bagaimana penerapan asas itikad baik dalam perjanjian penerbitan kartu kredit di Kota Yogyakarta?

7 b. Bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh bank penerbit terhadap kartu kredit macet? Berdasarkan hasil penelusuran tersebut di atas, terlihat bahwa penelitian tentang Itikad Baik Dalam Pembuatan Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Oleh Notaris berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan dan kontribusi pemikiran di bidang ilmu hukum untuk lebih memahami asas hukum perjanjian, khususnya asas itikad baik. 2. Untuk kalangan praktisi, diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam tataran praktis yang akan membuat para praktisi lebih hati-hati dan teliti dalam membuat akata perjanjian pengikatan jual beli. 3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan valid tentang asas itikad baik, khususnya yang berkaitan dengan pembuatan akata perjanjian pengikatan jual beli.