Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region).

dokumen-dokumen yang mirip
Adapun contoh wilayah berdasarkan aspek kebudayaannya, antara lain wilayah desa perdesaan dan perkotaan, wilayah industri, dan wilayah agraris.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

Pengertian Regional dan Geografi Regional

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

GEOGRAFI. Sesi PETA DAN PEMETAAN D. SIMBOL PETA. a. Berdasarkan Wujudnya

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

19 Oktober Ema Umilia

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

MOHON PERHATIAN PRESENTASI AKAN SEGERA DIMULAI

BAB 8: GEOGRAFI DINAMIKA BIOSFER

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan peranan sumberdaya dalam pertanian dan permasalahannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

GEOGRAFI REGIONAL ASIA PERTEMUAN 1 PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioregion

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Kondisi Geografis dan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN AGAMA KELOMPOK KERJA MADRASAH (KKM) MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBALIUNG KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau dengan garis pantai sepanjang km, merupakan

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ekonomi Pertanian di Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 20 Sesi NGAN WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 1 A. PENGERTIAN WILAYAH Wilayah adalah suatu area yang memiliki karakteristik tertentu atau sifat khas yang membedakannya dengan wilayah lain. Suatu wilayah merupakan kesatuan ekosistem yang terdiri dari komponen biotik (penduduk, vegetasi, hewan) dan komponen abiotik (iklim, jenis tanah, bentuk lahan, batas administrasi). Ilmu yang mempelajari wilayah adalah geografi regional. B. KONSEP WILAYAH Secara umum pembagian wilayah berdasarkan pada keadaan alam (natural region) dan tingkat kebudayaan penduduknya (cultural region). a. Wilayah Alamiah (Natural Region) 1. Berdasarkan iklim: wilayah tropis, subtropis, kutub, arid. 2. Berdasarkan vegetasi: wilayah hutan hujan tropis, hutan musim, sabana, tundra. 3. Berdasarkan topografi: wilayah topografi halus dan wilayah topografi kasar. b. Wilayah Budaya (Cultural Region) Wilayah budaya terdiri dari: 1. Wilayah agraris 2. Wilayah industri 1

c. Wilayah Kenampakan Tunggal (Single Feature Region) Wilayah kenampakan tunggal, antara lain: 1. Wilayah iklim tropis 2. Wilayah hutan musim 3. Wilayah peternakan kuda d. Wilayah Berdasarkan Ciri-Ciri Umum (Generic Region) Wilayah berdasarkan ciri-ciri umum, yakni: 1. Wilayah gurun 2. Wilayah kapur 3. Wilayah kutub e. Wilayah Berdasarkan Ciri-Ciri Khusus (Specific Region) Wilayah berdasarkan ciri-ciri khusus, yakni: 1. Wilayah Asia Tenggara 2. Wilayah Timur Tengah 3. Wilayah Amerika Latin 4. Wilayah Indonesia bagian timur Ciri khusus geografi, antara lain lokasi, penduduk, bahasa, dan adat. f. Wilayah Berdasarkan Hierarki Wilayah berdasarkan jangkauan pelayanan, yaitu berdasarkan jangkauan pelayanan. 1. Wilayah puskesmas pembantu, wilayah puskesmas, wilayah rumah sakit. 2. Wilayah desa kelurahan, wilayah kecamatan, wilayah kabupaten, wilayah provinsi, wilayah ibu kota negara. g. Wilayah Berdasarkan Kategori 1. Wilayah Bertopik Tunggal Wilayah curah hujan tinggi (jika curah hujan rata-rata > 100 mm/bulan) Wilayah suhu tinggi (jika suhu rata-rata > 18 C/bulan) 2

2. Wilayah Bertopik Gabungan Wilayah iklim tropis (jika suhu tinggi, curah hujan tinggi, tekanan udara rendah). 3. Wilayah Bertopik Banyak Wilayah pertanian (iklimnya basah, tanah subur, air cukup, bentuk lahan datar). 4. Wilayah Total Pembatasannya berdasarkan semua unsur wilayah, yaitu: wilayah administrasi kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi. 5. Wilayah Campaign/Campage Wilayah campaign atau campage, yaitu wilayah yang dikampanyekan melalui serangkaian kegiatan untuk tujuan tertentu. Di antaranya: Wilayah bencana Wilayah miskin Wilayah terbelakang Wilayah perencanaan C. WILAYAH FORMAL DAN FUNGSIONAL Berdasarkan tipenya, wilayah terdiri dari wilayah formal dan fungsional. a. Wilayah Formal Karakteristik tipe wilayah formal, antara lain: 1. Tipe homogenitas. 2. Disebut juga homogeneus region, formal region atau uniform region. 3. Bersifat statis. 4. Tidak aktif. 5. Terbentuk oleh adanya kesamaan kenampakan (keseragaman kriteria baik fisik maupun sosial). 6. Wilayah intinya umumnya di bagian tengah. 1. Wilayah pinggiran (pedesaan), wilayah dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan. 2. Wilayah kapur, wilayah karst, wilayah gurun. 3. Wilayah tropis, subtropis, kutub. 4. Wilayah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan. 3

b. Wilayah Fungsional Karakteristik tipe wilayah fungsional, antara lain: 1. Tipe heterogenitas. 2. Disebut juga functional region, organic region, nodus (nodul) region. 3. Bersifat dinamis. 4. Aktif. 5. Terbentuk oleh adanya keragaman kenampakan. 6. Merupakan wilayah yang difungsikan. 7. Ciri-cirinya, yaitu: Ada arus barang, ide/gagasan, dan manusia. Memiliki pusat kegiatan yang berhubungan dengan wilayah sekitarnya. Pusat (node) menjadi pusat pertemuan arus barang, ide/gagasan, dan manusia secara terorganisasi. Ada jaringan jalan tempat berlangsungnya tukar-menukar. 1. Wilayah kota 2. Wilayah industri 3. Wilayah perdagangan 4. Wilayah konservasi 5. Wilayah penyangga 6. Wilayah lereng dari puncak hingga dasar lereng. D. PERWILAYAHAN Perwilayahan (regionalisasi) adalah upaya membagi-bagi permukaan bumi menjadi wilayah-wilayah tertentu untuk tujuan tertentu. Perwilayahan (regionalisasi) diperlukan untuk: 1. Analisis wilayah. 2. Perencanaan pembangunan. 3. Memantau perubahan-perubahan. 4. Memisahkan sesuatu yang berguna dan yang tidak berguna. 4

E. PERWILAYAHAN FORMAL DAN FUNGSIONAL a. Perwilayahan Formal 1. Perwilayahan formal adalah pengelompokan wilayah yang memiliki karakteristik seragam (homogen). 2. Perwilayahan secara formal ditentukan berdasarkan kriteria tertentu, misalkan berdasarkan administrasi, kondisi fisik, kondisi sosial, dan ekonomi. 3. Perwilayahan secara formal ditentukan dengan cara: Mengklasifikasi wilayah berdasarkan tipenya. Mengelompokkan wilayah berdasarkan bentuk lahan: menghasilkan wilayah dataran rendah, wilayah pegunungan, dan wilayah perbukitan. Mengelompokkan wilayah yang tipenya sama, lalu membuat batasnya sehingga satu wilayah hanya merupakan satu zona. Wilayah perkebunan tebu, wilayah pertanian padi, wilayah kapur, wilayah vulkan. 4. Pembatasan (delimitasi) wilayah formal sangat sulit, tetapi wilayah inti mudah dikenali karena memiliki deferensiasi (perbedaan) yang mencolok dibandingkan bagian wilayah lainnya. 5. Wilayah inti umumnya terletak di bagian tengah, letaknya strategis (di daerah subur, di lembah-lembah sungai, dan di daerah persimpangan jalan) sehingga cepat berkembang menjadi pusat aktivitas penduduk, baik aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik, dan administrasi. Contoh perwilayahan secara formal: 1. Pembagian wilayah berdasarkan batas administrasi menghasilkan beberapa provinsi 2. Pengelompokan wilayah dengan bentuk lahan yang sama menghasilkan tiga wilayah homogen, yakni wilayah dataran rendah, wilayah pegunungan, dan wilayah perbukitan. 3. Pengelompokan wilayah berdasarkan vegetasi yang sama menghasilkan wilayah hutan hujan tropis, wilayah hutan musim, wilayah sabana, dan wilayah stepa. 4. Pembagian wilayah berdasarkan kepadatan penduduk menghasilkan tiga wilayah homogen, yaitu wilayah dengan kepadatan penduduk rendah (< 50 jiwa/km 2 ), wilayah dengan kepadatan penduduk sedang (50--500 jiwa/km 2 ), dan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi (>500 jiwa/km 2 ). 5

b. Perwilayahan Fungsional 1. Perwilayahan fungsional adalah pengelompokan wilayah yang memiliki karakteristik beragam (heterogen). 2. Perwilayahan secara fungsional ditentukan berdasarkan hubungan antara bagianbagian wilayah dengan pusat wilayah. 3. Ada pola keragaman dalam suatu wilayah. 4. Semua bagian wilayah berpusat pada pusat wilayah. 5. Pusat wilayah berhubungan dengan bagian wilayah di sekitarnya dengan pola sirkulasi yang mengikat. 6. Ada interaksi keruangan antara bagian wilayah dengan pusat wilayah. 7. Pusat wilayah (wilayah yang besar) dengan bagian wilayah (unit yang lebih kecil) saling ketergantungan sehingga terjadi hubungan fungsional yang dikontrol oleh pusat wilayah. 8. Semua gerakan interaksi (gerakan manusia, barang, dan jasa) mengarah ke pusat wilayah. 9. Batas wilayah fungsional adalah sejauh wilayah tersebut mampu menarik wilayah sekitarnya (wilayah hinterland-nya) untuk berinteraksi. Contoh perwilayahan secara fungsional: 1. Wilayah kota Jakarta (provinsi) terdiri dari beberapa unit (kotamadya, kecamatan, kelurahan) yang dihubungkan dengan jaringan jalan dan dikelilingi oleh jalan lingkar luar yang menghubungkan unit-unit dengan pusat kota. 2. Daerah resapan air hujan terdiri dari beberapa bagian wilayah biopori, seperti jalur hijau, taman-taman, daerah sempadan sungai, dan daerah sempadan pantai yang dikontrol oleh pusat wilayah. 3. Daerah konservasi terdiri dari beberapa bagian wilayah, seperti suaka margasatwa, cagar alam, dan taman nasional yang dikontrol oleh pusat konservasi. 6