I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan bagian penting dari usaha ikan komersial seperti ikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Transportasi dan distribusi benih dari pusat pembenihan ke lokasi pembesaran

KONSENTRASI EFEKTIF (EC 50-1JAM) EKSTRAK AKAR TUBA (Derris elliptica) SEBAGAI BAHAN ANESTESI BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya ikan nila semakin diminati oleh pembudidaya ikan air

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tuba termasuk ke dalam famili Fabaceaae (Leguminosae). Tamanan tuba

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

I. PENDAHULUAN. Perairan Indonesia merupakan sumber perikanan budidaya yang

TRANSPORTASI BASAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

PENERAPAN TEKNIK IMOTILISASI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides) PADA TRANSPORTASI BASAH

STUDI TEKNIK PENANGANAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO-L) HIDUP DALAM WADAH TANPA AIR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila merah adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

Gambar 4. Uji Saponin

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

3 METODOLOGI. 3.3 Tahap dan Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, penelitian pendahuluan, dan penelitian utama.

Lampiran 1 Data panjang dan bobot lobster air tawar yang digunakan sebagai hewan uji

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.2 Hal , Mei-September 2014, ISSN

TOKSISITAS DAN KEMAMPUAN ANESTETIK MINYAK CENGKEH (Sygnium aromaticum) TERHADAP BENIH IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus)

TOKSISITAS DAN KEMAMPUAN ANESTETIK MINYAK CENGKEH (Sygnium aromaticum) TERHADAP BENIH IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus)

Dadi Sukarsa 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012, di Balai

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

I. PENDAHULUAN. komoditas ini diminati sebagai lobster hias. Beberapa tahun belakangan,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat Metode Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Persiapan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

I. PENDAHULUAN. Akuakultur merupakan kegiatan memproduksi biota (organisme) akuatik di

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

dari tanaman mimba (Prijono et al. 2001). Mordue et al. (1998) melaporkan bahwa azadiraktin bekerja sebagai ecdysone blocker yang menghambat serangga

I. PENDAHULUAN. ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi

II. BAHAN DAN METODE

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN ANTI NYAMUK (Mosquito repellent) dari AKAR TUBA (Derris elliptica (Roxb.) Benth)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

3.3.Daerah Layanan DI. Karau 4. Studi Literatur 4.1.Efisiensi Irigasi 4.2.Definisi Efisiensi Irigasi 4.3.Efisiensi Penyaluran

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

KAJIAN PEMBERIAN MINYAK CENGKEH PADA KEPADATAN YANG BERBEDA TERHADAP KELULUSHIDUPAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH BENIH NILA (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. khususnya pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit, lebih banyak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

VI IDENTIFIKASI RISIKO PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Uji In Vitro Ekstrak Akar Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari

Tabel 7. Mortalitas Benih Ikan Nila pada Uji Selang Konsentrasi (Range Finding Test)

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

PEMANFAATAN EKSTRAK SERAI (Cymbopogon sp.) SEBAGAI BAHAN ANESTESI IKAN MAS (Cyprinus carpio) PADA SIMULASI TRANSPORTASI KERING NOVI DEWI SYARIFAH

BAB III METODE PENELITIAN

Naufan Indra Ikhsan, Mochamad Untung Kurnia Agung, Sri Astuty, dan Rosidah Universitas Padjadjaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam serta keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia

Pembuatan Pestisida Nabati

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2009, di Balai Besar

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

Miduk Sihombing a, Yunus Afiffuddin b, Luthfi Hakim b

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. MATERI DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian penting dari usaha ikan komersial seperti ikan Mas (Absali and Mohamad, 2010). Transportasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) masih menggunakan media pengangkutan air yang memiliki kelemahan, yaitu penurunan kualitas air yang mengakibatkan ikan mengalami stress. Stress pada ikan dapat menyebabkan cedera fisik (Coyle, 2004), bahkan kematian (Hjeltnes and Waagbo, 2008; dan Fauziah dkk., 2010). Oleh karena itu kualitas air media pengiriman harus dijaga agar tetap sesuai bagi ikan (Pramono, 2002). Mengurangi tingkat kematian ikan saat transportasi juga dilakukan pada proses imotilasi (pra pengemasan), yang dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pemberian kejutan listrik (Albani et. al., 2008), penurunan suhu lingkungan agar metabolisme tubuh berkurang (Karnila, 2001) dan pemberian bahan bius (anestesi) terhadap benih ikan (Vartak and Singh, 2006). Bahan anestesi yang umum digunakan untuk pembiusan ikan adalah tricaine methanesulfonaf /MS222 (Pramono, 2002), penggunaaan CO 2 (Hidayah, 1998), metomidate dan 2-phenoxyethanol (Coyle, 2004). Bahan anestesi juga didapatkan

2 dari bahan-bahan yang tersedia di alam seperti minyak cengkeh, ekstrak biji karet, ekstrak Caulerpa recemosa dan ekstrak akar tuba. Akar tuba (Derris eliptica) telah banyak digunakan sebagai pestisida alami dan bahan penangkap ikan. Bahan bius alami diharapkan mampu meminimalisir penggunaan bahan kimia terhadap lingkungan. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan akar tuba dengan konsentrasi 0,05 ppm menghasilkan kelangsungan hidup benih ikan mas sebesar 93,56% dalam transportasi sistem tertutup (Hulaifi, 2010). Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjut tentang efek bius yang dimiliki akar tuba sebagai bahan anestesi pada transportasi sistem tertutup. Penelitian difokuskan pada penentuan konsentrasi yang efektif untuk anestesi benih ikan mas. Nilai konsentrasi efektif akan digunakan sebagai besaran konsentrasi untuk uji simulasi transportasi sistem tertutup, terutama tentang nilai konsentrasi yang efektif (EC 50-1 jam) ekstrak akar tuba dengan menggunakan pelarut etanol dan heksan sebagai bahan anestesi. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui konsentrasi efektif (EC 50-1 Jam) akar tuba yang diekstrak dengan berbagai pelarut yang digunakan sebagai bahan anestesi dalam transportasi sistem tertutup.

3 2. Mengetahui pengaruh lama waktu transportasi dan nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada uji simulasi transportasi sistem tertutup. 3. Mengetahui pengaruh lama waktu transportasi dan nilai konsentrasi efektif (EC 50-1 Jam) terhadap laju pertumbuhan benih ikan mas. 1.3 Manfaat Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan tanaman lokal Indonesia berupa ekstrak akar tuba, sebagai bahan anestesi benih ikan mas. 1.4 Kerangka Pikir Media air digunakan sebagai transportasi dalam pengiriman ikan. Permasalahan dalam transportasi adalah perubahan kualitas air yang disebabkan proses respirasi dan metabolisme oleh ikan. Salah satu solusi dalam transportasi adalah dilakukannya anestesi (pembiusan) dengan ekstrak akar tuba, yang diharapkan mampu mengurangi aktifitas pernafasan serta proses metabolisme ikan. Akar tuba telah banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaan sebagai racun untuk menangkap ikan di sungai. Akar tuba dapat menyebabkan ikan dalam kondisi pingsan, sehingga mudah untuk ditangkap. Namun ikan yang diracun menggunakan akar tuba yang tidak dikendalikan jumlah penggunaannya mengakibatkan kematian. Bahan beracun yang dikendalikan konsentrasinya dapat digunakan sebagai bahan pembius.

4 Akar tuba yang digunakan sebagai bahan anestesi perlu diekstraksi terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya ekstraksi adalah agar bahan-bahan toksik (beracun) dalam akar tuba dapat larut, sehingga tidak menimbulkan kematian pada ikan. Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan akar tuba ke dalam bahan pelarut berupa etanol dan heksan. Pelarut etanol dan heksan bersifat polar dan nonpolar. Sifat pelarut tersebut akan mengurangi efek toksisitas, sehingga akar tuba dapat digunakan sebagai bahan anestesi yang tidak mematikan ikan. Efek bahan anestesi akar tuba dapat diketahui dari nilai konsentrasi efektif (EC 50-1 Jam). Konsentrasi efektif (EC 50-1 Jam) merupakan konsentrasi yang memberikan efek penghambatan sistem saraf pada 50% hewan uji dalam suatu pengujian. Nilai konsentrasi efektif (EC 50-1 Jam) dalam penelitian ini adalah konsentrasi yang mampu memingsankan 50% ikan uji dalam uji transportasi sistem tertutup, untuk mengetahui manfaat yang diberikan dari bahan anestesi. Parameter utama dari uji simulasi transportasi sistem tertutup adalah kelangsungan hidup ikan setelah uji simulasi transportasi. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan untuk mengetahui pengaruh bahan anestesi terhadap ikan setelah disadarkan. Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan setelah anestesi digunakan sebagai pertimbangan penggunaan bahan anestesi dalam proses transportasi ikan. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

5 Mulai Akar Tuba Ekstraksi dengan Pelarut etanon dan dan heksan Penentuan (EC 50-1jam) Anestesi (memingsankan) Ikan Uji Simulasi Transportasi 2, 4 dan 6 jam Menghitung SR Pemeliharaan Mengitung SR dan GR Selesai Gambar 1. Kerangka pikir penelitian 1.5 Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah :αβ a. Interaksi nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup :

6 H 0 : (αβ) ij = 0 Tidak ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% H 1 : Minimal ada sepasang ( i,j ) sehingga (αβ) ij 0 Ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% b. Interaksi nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap pertumbuhan : H 0 : (αβ) ij = 0 Tidak ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% H 1 : Minimal ada sepasang ( i,j,k ) sehingga (αβ) ijk 0 Ada pengaruh interaksi antara nilai konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) dan lama waktu transportasi terhadap terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% c. Pengaruh perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap kelangsungan hidup ikan mas : H 0 : α 1 = α 2 = α 3 = 0 Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas H 1 : Minimal ada satu i sehingga α i 0 ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas d. Pengaruh perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap pertumbuhan benih ikan mas :

7 H 0 : α 1 = α 2 = α 3 = 0 Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% H 1 : Minimal ada satu i sehingga α i 0 ada perbedaan respon dari perlakuan konsentrasi efektif (EC 50 1 Jam) terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% e. Pengaruh waktu transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas : H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% H 1 : Minimal ada satu i sehingga β i 0 ada perbedaan respon dari perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% f. Pengaruh waktu transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas : H 0 : β 1 = β 2 = β 3 = 0 Tidak ada perbedaan respon dari perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95% H 1 : Minimal ada satu i sehingga β i 0 ada perbedaan respon dari perlakuan waktu transportasi yang berbeda terhadap pertumbuhan benih ikan mas pada selang kepercayaan 95%