BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar A. Studi Literatur Mengenai Arsitektur Kontekstual Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia. ar si tek tur /arsitéktur/ n 1 seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan kon teks tu al /kontékstual/ a berhubungan dng konteks kon teks /kontéks/ n 1 Ling bagian suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; 2 situasi yg ada hubungannya dng suatu kejadian: orang itu harus dilihat sbg manusia yg utuh dl kehidupan pribadi dan masyarakatnya; Sedangkan menurut Bill Raun; Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk melalui proses menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan (bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. Maka, arsitektur kontekstual menurut pemahaman saya adalah sebuah metode perancangan yang mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan baru dengan karakteristik lingkungan sekitar. Gerakan pengusung paham arsitektur kontekstual sendiri muncul dari penolakan dan perlawanan terhadap arsitektur modern sebagai ikon gaya internasional yang Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 49
antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang memerhatikan kondisi bangunan lama di sekitarnya. Sehingga, kontekstualisme selalu dihubungkan dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang simpatik, yang akan menghasilkan sebuah kontinuitas visual. B. Terhadap klimatologi Pertimbangan desain terhadap faktor: 1. Arah Mata Angin akan menentukan: posisi bangunan, bentuk gubahan massa, bukaan 2. Arah angina akan menentukan: posisi bangunan, bentuk gubahan massa, bukaan. 3. Iklim tropikal/ 4 musim dan sebagainya: akan menentukan tipologi bangunan. Contoh desain bangunan kontekstual: Gedung DPRD Jawa Barat di Jalan Diponegoro. Bangunan tersebut banyak mengambil motif desain bangunan lama yang bisa dilihat dari elemen atap, bukaan, dan komposisi massanya. Grand Hotel Preanger di Jalan Asia Afrika Nomor 81. Bangunan tersebut mengambil bentuk arsitektur Art Deco yang disesuaikan dengan bangunan lama dengan tambahan fasilitas modern dalam unsur lansekap. Bank Indonesia di Jalan Braga Nomor 108 hampir sama seperti contoh pertama dalam menyelesaikan desain kontekstualnya. Bank ABN Amro di Jalan Jawa Nomor 1 desain bangunan barunya kontras dengan bangunan bank yang lama, namun tetap terlihat selaras atau kontekstual karena di antara kedua bangunan tersebut terdapat sambungan berupa bangunan peralihan yang transparan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 50
4.2. Konsep Perancangan Makro 4.2.1. Konsep Tapak Gambar 1: Konsep Tapak Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 51
4.2.2. Sirkulasi pada tapak Gambar 2: Sirkulasi pada tapak Sirkulasi terbagi atas tiga, antara lain : 1.Sirkulasi kendaraan pribadi mobil dan motor, 2. Sirkulasi kendaraan service, 3. Sirkulasi pejalan kaki Alur sirkulasi utama kendaraan dan pejalan kaki di pisahkan Sirkulasi pejalan kaki menggunakan trotoar yang yang akan ada penambahkan dengan memberikan peneduh 4.2.3. Tata ruang luar Tata ruang luar dibagi dua yaitu : ruang luar aktif dan ruang luar pasif Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 52
Untuk ruang luar aktif : Plasa, yang berfungsi sebagai hall penerima untuk pejalan kaki dimana akan digunakan sebagai public space untuk acara memorial,berkumpul, dan menjadi perantara di dalam bangunan dengan lingkungan sekitar. Ruang komunal pada bangunan ini sebagai tempat berkumpul,santai dan bersosialisasi dengan yang lainnya. Untuk ruang luar pasif : Taman yaitu berpungsi sebagai paru paru bangunan ini Elemen elemen yang mendukung konsep ruang luar yaitu : a. Elemen lunak, yang terdiri dari pohon sebagai peneduh dari sinar matahari dan penghasil oksigen dari manusia,pohon juga dapat digunakan sebagai barrier kebisingan b. Elemen keras, yang terdiri dari pedestrian atau kanipi untuk pedestrian agar pejalankaki dapat terlindungidari panas sinar matahari dan hujan dan untuk perkerasan kendaraan menggunakan grass blockdan aspal serta untuk pejalan kaki menggunakan batu alam atau cone block Gambar 3: Tata ruang luar 4.3. Konsep Perancangan Mikro 4.3.1. Bahan Material Bangunan Menggunakan bahan bahan yang ramah lingkungan dan hemat energy dan juga tidak terlalu mahal. Menggunakan bahan bahan yang low carbon. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 53
4.3.2. Konsep Ruang Dalam Bangunan Design ruang dalam bangunan di rancang untuk mendukung fungsi sebagaimana mestinya. Memberikan batasan-batasan yang jelas diantara setiap ruang yang ada Menciptakan ruangan yang membuat suasana hati menjadi nyaman,sejuk dan santai. Memakai konsep santai untuk mengurangi tingkat kejenuhan. Menggunakan pencahaya alami semaksimal mungkin. Gambar 4: Konsep Ruang Dalam Bangunan 4.3.3. Konsep Bentuk Bangunan Berusaha mengaplikasikan tema arsitektur kontektual dengan cara mengambil bentuk berdasarkan kebutuhan dan fungsi bangunan akan yang di rencanakan. Menggunakan nuansa warna yang tidak terlalu mencolok dan bahan-bahan material yang mencerminkan arsitektur kontektual. Dengan pertimbangan untuk meminimalisasi penggunaan lahan sesuai dengan tuntutan TOR yaitu arsitektur kota, diusulkan untuk menggunakan masa bangunan tunggal berlapis. Penggunaan masa ini juga dapat memudahkan pengguna bangunan untuk mengakses setiap ruang-ruang yang ada di dalam bangunan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 54
Gambar 5: Konsep Bentuk Bangunan 4.3.4. Konsep struktur bangunan Struktur bangunan yang digunakan pada konsep bangunan ini terdiri dari sistem penahanan gaya geravitasi, gaya lateral dan sistem pondasi : Upper structure, menggunakan sistem portal dengan kolom beton serta balok beton konvensional. Sistem pondasi yang akan digunakan yaitu tiang panjang yang memiliki lebih besar dari yang lain. Dan bahannya struktur menggunakan beton bertulang dengan klasifikasi,mudah di dapat,tahan api dan fleksibel 4.3.5. Konsep Utilitas Penerapan sistem utilitas banagunan terkait dengan usaha penghemat energi sesuai dengan penerapan konsep proyek, yakni mencakup: Sistem elektrikal, daya listrik yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu PLN,dan genset. PLN sebagai sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-hari didukung dengan penggunaan genset bila terjadi mati listrik dari PLN. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 55
Gambar 6 : Alur listrik Sistem Plumbing, dari hasil analisa terdapat beberapa alternatif pada sistem plumbing untuk pengolahan limbah air bersih dan air kotor, dipilih bentuk pengolahan yang lebih sederhana, yakni pengolahan air hujan yang akan digunakan grey-water (use able, tapi tidak untuk konsumsi). Gambar 7: Skematik Air Bersih dan Kotor Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 56