BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pesatnya kemajuan didunia perbankan membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bank syariah muncul pertama kali di Mesir pada tahun 1963, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980 an, diskusi mengenai Bank Syariah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 tentang Perkoperasian, PP RI No. 9 Tahun 1995 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar, hampir semua sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. 1 Lembaga sektor keuangan sangat dibutuhkan untuk mendukung

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. (funding) dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito yang dana tersebut. disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan era globalisasi, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

PROGRAM STUDI ILMU DAKWAH KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM PROGRAM PASCASARJANA ( PPs ) IAIN RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG 1437 H / 2016 M

BAB I. Pendahuluan. Allah berfirman dalam Alquran tentang keharaman riba,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini mengalami pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakmampuan tersebut terutama dalam sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor perbankan. Selama bertahun-tahun ekonomi dunia didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat teknologi yang umum digunakan (Ascarya, dkk 2009: 11). Dalam

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rajagrafindo Persada, 2009, hlm.9. http/ pada 1 November 2014, 09.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara muslim mulai mengenal sistem perbankan modern pada

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. berskala besar. Dampaknya permintaan kredit/pembiayaan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. pesat, baik bisnis yang bergerak di bidang manufaktur maupun di bidang jasa. Pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

2015 ANALISIS TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN D ITINJAU D ARI ASPEK KARAKTER NASABAH (STUD I KASUS PAD A BAITUL MAAL TAMWIL D I KOTA BAND UNG)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEINGINAN KONSUMEN UNTUK MENABUNG PADA BANK SYARIAH (Studi Kasus Pada Bank Syariah di Surakarta)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang berdampak pada pesatnya kemajuan industri perbankan dan jasa keuangan beberapa tahun terakhir ini, menuntut masyarakat untuk memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun pada organisasi. Industri perbankan indonesia saat ini telah menjadi lebih luas dengan adanya dan semakin berkembangnya industri perbankan syariah. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan yang mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional, yang mana bank syariah lebih mengutamakan kerjasama yang manfaatnya dapat diterima melalui bagi hasil yang disepakati bersama antara nasabah dengan pihak bank, sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/8/PBI/2000 pasal 1, tentang Bank Syari ah, Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari ah, termasuk unit usaha syari ah dan kantor cabang

2 bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari ah (www.bi.go.id, diakses 25 Januari 2014). Perkembangan ekonomi berbasis syariah di tanah air sungguh luar biasa, yaitu mencapai 40 persen setiap tahunnya, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi konvensional yang hanya mencapai 19 persen setiap tahunnya. Perkembangan ekonomi syariah nasional tercermin dari pertumbuhan aktivitas di sektor perbankan syariah, asuransi syariah, pasar modal syariah, lembaga keuangan mikro syariah dan pengelolaan zakat. Perkembangan ini juga memberi imbas yang cukup besar bagi pembangunan nasional khususnya di sektor riil seperti mendorong usaha mikro dan kecil, peningkatan pendapatan masyarakat, social security, social inclusivity, perluasan pasar lapangan kerja dan memperkokoh fundamental ekonomi nasional (www.setkab.go.id, diakses 07 februari 2014). Pangsa pasar perbankan syariah di Lampung lebih dominasi pembiayaan modal kerja dengan proporsi 44,10 persen atau Rp1,07 triliun dan pertumbuhan tahunan 24,98 persen. Sedangkan pangsa pasar pembiayaan investasi baru 13,57 persen atau Rp329,59 miliar. Menurut Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Lampung Amanlison Sembiring, sejak kelahiran bank syariah pertama di Indonesia pada 1992, sistem keuangan syariah telah berkembang cukup pesat. Di sisi perbankan, pada September 2013 total aset-aset di Lampung Rp2,7 triliun. Pencapaian ini didorong perhimpunan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp1,4 triliun atau tumbuh 17,87 persen. Juga realisasi pembiayaan perbankan syariah di Lampung pada September mencapai Rp2,43 triliun dengan pertumbuhan tahunan

3 mencapai 31,90 persen. Atau relatif lebih tinggi dari pertumbuhan kredit atau pembiayaan sebesar 28,31 persen periode sama. Namun, pada periode sama tahun lalu, aset perbankan syariah Lampung secara keseluruhan hanya mengalami pertumbuhan sebesar 24,38 persen, ungkapnya. Angka ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perbankan syariah di Lampung sangat pesat. Bahkan senantiasa melakukan akselerasi dalam perkembangan aset-aset berbasis pembiayaan syariah(www.radarlampung.co.id, diakses 09 Juni 2014). Awal perkembangan ekonomi Islam khususnya perbankan syariah adalah sekitar tahun 1990-an. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-19 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia (Antonio dalam Syafaat, 2013). Namun demikian, pada kenyataannya peluang ini diambil oleh para pebisnis untuk mengambil bagian dalam rangka memenuhi keinginan pasar, dibentuklah Bank syariah, termasuk diantaranya lembaga keuangan syariah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan

4 keadilan), kedamaian dan kesejahteraan (PKES, 2008). BMT pada umumnya memiliki dua latar belakang pendirian dan kegiatan yang hampir sama kuatnya, yakni sebagai lembaga keuangan mikro dan sebagai lembaga keuangan syariah. (www.puskopsyahlampung.com, diakses 07 februari 2014). Melihat uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa BMT adalah lembaga keuangan yang beroperasi seperti koperasi sehingga berbadan hukum koperasi. BMT merupakan gabungan dari Baitul Maal (Non Komersil) dan Baitut Tamwil (komersil). Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial) yang sumber dananya berasal dari zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), atau sumber lain yang halal, kemudian disalurkan kepada mustahiq atau yang berhak. Adapun Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang bersifat profit motive (mencari keuntungan). Provinsi Lampung terdiri dari beragam lapisan masyarakat dengan segala kegiatan bisnisnya, dari yang bersekala kecil hingga sekala besar, tidak akan terlepas dari jasa perbankan. KJKS BMT Fajar menjadi salah satu lembaga keuangan yang yang berprinsip syari ah. KJKS BMT Fajar memiliki kantor pusat BMT FAJAR kota Metro pada tahun 2009 telah memiliki 1 kantor Cabang yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada umat dan masyarakat dalam bertransaksi syariah di wilayah Propinsi Lampung maka pada tahun 2010 BMT FAJAR membuka 2 kantor Cabang di Propinsi Lampung, yaitu di Kabupaten Pringsewu pada bulan Februari 2010 dan di Kotamadya Bandar Lampung pada pertengahan tahun 2010. Salah satu lembaga keuangan ini

5 menawarkan berbagai produk layanan keuangan dengan sistem syariah. Sistem syariah yang diterapkan oleh KJKS BMT Fajar ini telah menjadi kompetitor untuk lembaga keuangan dengan prinsip syariah. Hal ini ditunjukan dengan jumlah anggota KJKS BMT Fajar Pringsewu yang selalu menunjukan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Tabel 1.Jumlah Anggota KJKS BMT Fajar Pringsewu Tahun Jumlah Anggota KJKS BMT Fajar Pringsewu 2010 377 Orang 2011 875 Orang 2012 1019 Orang 2013 1501 Orang Sumber : KJKS BMT Fajar Pringsewu Pada perkembangannya tujuan daribaitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai sebuah Lembaga Keuangan Syariah pada awal berdirinya untuk bisa bermuamalah dalam bidang ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam juga harus bersaing dengan para pesaing untuk merebut nasabah. Dalam memenangkan persaingan, BMT juga harus unggul dalam memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Oleh karena itu BMT perlu melihat faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan menjadi nasabah. Meskipun agama merupakan salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan konsumen untuk mau menjadi nasabah BMT, masih banyak alasan dan faktor-faktor lain yang mampu memengaruhi pertimbangan konsumen untuk mau menjadi nasabah BMT. Salah satunya yang berasal dari strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) melalui strategi bauran pemasaran. Bauran pemasaran meliputi kebijakan produk, harga, promosi, tempat dan saluran distribusi, pelayanan pegawai, proses pelayanan, dan bentuk fisik kantor BMT itu

6 sendiri. Sehingga dari bauran pemasaran tersebut nasabah dapat terpengaruh untuk menjadi nasabah BMT. Bauran pemasaran dinilai dapat memengaruhi pertimbangan konsumen untuk mau menjadi nasabah BMT. Bauran pemasaran, Menurut Kotler (2002), bauran pemasaran (marketing mix) merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. Dalam hal ini, bagaimana strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing Lembaga Keuangan syariah, Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) dalam dunia perbankan syariah yang mana saat ini sudah sangat bersaing, dalam menyampaikan maksud dari strategi pemasaran mereka untuk dapat diterima dan dimengerti oleh konsumen atau nasabah untuk mau memilih berhubungan dengan bank syariah melalui kelebihankelebihan yang dimiliki bank syariah. Dengan demikian, hal ini akan selalu berhubungan dengan perilaku konsumen dalam melakukan proses pengambilan keputusan dalam memilih bank syariah ini. Faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan, faktor-faktor apa saja yang sebenarnya menarik perhatian konsumen dalam memilih bank syariah apabila dilihat dari sisi strategi bauran pemasaran bank syariah yang diterima oleh konsumen. Berawal dari kondisi tersebut, merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti dan dicermati faktor apa saja yang memengaruhi konsumen dalam keputusan untuk menggunakan jasa pada KJKS BMT Fajar di Kabupaten Pringsewu. Mengingat banyaknya faktor yang memengaruhi keputusan untuk menggunakan jasa, maka dalam penelitian ini faktor yang memengaruhi keputusan untuk menjadi anggota dibatasi pada variabel lingkungan dan variabel stimuli pemasaran

7 Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul: Faktor Faktor yang memengaruhi konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu 1.2 Rumusan Masalah 1. Seberapa besar pengaruh variabel pengaruh lingkungan terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu? 2. Seberapa besar pengaruh variabel stimuli pemasaran terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu? 3. Seberapa besar pengaruh variabel pengaruh lingkungan dan variabel stimuli pemasaran terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel pengaruh lingkungan (nilai religius, kelompok referensi, kepercayaan dan sikap, pengaruh pribadi) terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel stimuli pemasaran (product, price, promotion, place) terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel pengaruh lingkungan (nilai religius, kelompok referensi, kepercayaan dan sikap,pengaruh

8 pribadi) dan variabel stimuli pemasaran (product, price, promotion, place) terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara praktis dan secara teoritis, yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis hasil dari penelitian ini bisa berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman bagi penulis, pembaca dan masyarakat bahwa ada berbagai macam faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan untuk menggunakan jasa KJKS BMT Fajar Pringsewu. 2. Kegunaan Praktis Kegunaan penelitian dari segi praktis diharapkan penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan masukan pemikiran dan masukan bagi BMT dalam hal kegiatan pemasaran.