4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
SAMBUTAN GUBERNUR GUBERNUR SUMATERA SELATAN, SYAHRIAL OESMAN

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENYAJIAN DATA

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dalam proses pertumbuhan ekonomi tersebut. Salah satu indikasi yang

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

BAB V PERBANDINGAN REGIONAL

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB III STUDI KASUS. III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

INFLASI BAHAN MAKANAN FENOMENA NASIONAL; PERLU LANGKAH DAERAH UNTUK MENANGGULANGI INFLASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BERITA RESMI STATISTIK

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

APLIKASI TEORI WEBER DALAM PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PT. WINA POHAN DI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

GAMBARAN UMUM DAERAH PENGHASIL MIGAS

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KONDISI UMUM BANJARMASIN

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

Transkripsi:

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Provinsi Sumatera Selatan Wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan suatu wilayah bagian dari Pulau Sumatera yang mempunyai luas wilayah ± 8.701.742 Ha. yang terletak pada 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0 106 0 Bujur Timur. Secara administratif, di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Jambi, di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Lampung, di disebelah barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi topografi Provinsi Sumatera Selatan bervariasi, mulai dari wilayah berpantai, datar hingga bergunung. Di pantai Timur tanahnya terdiri dari rawarawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayu rawa (bakau). Wilayah barat merupakan dataran rendah yang luas. Lebih masuk ke dalam, wilayahnya semakin bergununggunung. Apabila dilihat dari kondisi geologi, susunan formasi batuan dan endapan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan, antara lain : 1. Batuan Sedimen Formasi Lahat, terdiri dari batu lempung, serpih, dengan sisipan batu pasir halus sampai batu lanau gampingan. Formasi Palembang Anggota Tengah, terdiri dari perselingan batu lempung dengan serpih dan batu lanau, bersisipan batu pasir. Formasi Palembang Anggota Atas, terdiri dari batu lempung dan batu lanau tufaan dengan sisipan batubara. Formasi Palembang Anggota Bawah, terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batu pasir tufaan yang mengandung batu apung. 2. Endapan Permukaan Aluvium (Qa), terdiri dari lempung yang berasal dari rombakan tufa, lanau, pasir, dan kerikil. Pelamparannya terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Selatan bagian utara dan timur serta setempat-setempat. Endapan Rawa (Qs), terdiri dari lumpur, lanau, dan pasir, pada umumnya tufaan. Lamparannya cukup luas, yaitu di sekitar sungai.

Sedangkan berdasarkan kondisi hidrologinya, sumber air di Provinsi Sumatera Selatan berasal dari air permukaan dan air tanah. Adapun jenis air permukaan yang berada di Provinsi Sumatera Selatan adalah sungai, danau/rawa, tadah hujan. Air tanah sangat jarang dijumpai sebagai sumber mata air dan kalau pun ada debitnya kecil, umumnya kurang dari 1 lt/det dan tidak cukup memiliki prospek untuk dikembangkan karena dipengaruhi oleh keadaan musim (BAPPEDA 2006). Jenis-jenis tanah yang terbentuk di wilayah Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 jenis tanah, yaitu : 1. Organosol, terdapat di sepanjang pantai dan dataran rendah. 2. Litosol, yang tersebar di pinggiran pegunungan terjal Danau Ranau dengan Patahan di sepanjang Bukit Barisan. 3. Alluvial, terdapat di sepanjang Sungai Musi, Sungai Lematang, Sungai Ogan, Sungai Komering, dan Punggung Bukit Barisan. 4. Hidromorf, terdapat di dataran rendah Muara Enim dan Musi Rawas. 5. Humus, terdapat di sepanjang pantai dan dataran rendah. 6. Regosol, terdapat di sekeliling Pantai Timur, di pinggiran pegunungan terjal Danau Ranau dan Kerucut Vulkan. 7. Andosol, jens tanah ini terdapat di semua kerucut Vulkan muda dan tua, umumnya jenis tanah ini ditemui di wilayah dengan ketinggian lebih dari 100 m dpl. 8. Rendzina, terdapat di sekitar Kota Baturaja. 9. Latosol, penyebaran tanah ini umumnya terdapat di wilayah tanah kering. 10. Lateritik, terdapat dataran rendah di sekitar Martapura. 11. Podzolik, terdapat di dataran rendah dan di pegunungan Bukit Barisan. Wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki kawasan bergambut seluas 1,4 juta ha atau 16,3 % dari luas wilayah. Dengan luasan seperti ini menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai provinsi terluas ke dua di Pulau Sumatera (setelah Riau) yang memiliki kawasan gambut. Kawasan gambut tersebut tersebar di 5 kabupaten, yaitu : Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Musi Rawas, dan Muara Enim. Kabupaten Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan Banyuasin merupakan kabupaten yang memiliki kawasan gambut terluas dengan rincian masing-masing 768.501 ha, 340.604 ha, dan 252.706 ha. Kawasan gambut di Provinsi Sumatera Selatan memiliki ketebalan yang bervariasi antara 50-400 cm atau termasuk kategori dangkal hingga dalam. 35

Namun demikian 96,8 %-nya termasuk gambut dangkal hingga sedang, sisanya 3,2 % atau 45.009 ha merupakan gambut dalam yang sebarannya terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, bahwa gambut yang termasuk dalam kategori kawasan lindung apabila mempunyai ketebalan lebih dari 3 m. Sejak Tahun 2001 hingga 2003, wilayah administrasi Provinsi Sumatera Selatan yang semula terdiri atas enam (6) kabupaten dan satu (1) kota mengalami pemekaran. Sekarang Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 14 kabupaten/kota Pada Tahun 2007, Kabupaten Empat Lawang memekarkan wilayahnya dari Kabupaten Lahat dan pada pertengahan Tahun 2008 telah melakukan proses pemilihan kepala daerah. Ibukota Provinsi Sumatera Selatan berada di Kota Palembang, yang mempunyai luas wilayah 37.403 ha atau 421,01 km 2 yang merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, bisnis dan industri. Tabel 4. Luas Wilayah Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. No. Kabupaten/Kota Luas (Ha) % 1 Ogan Komering Ulu (OKU) 444.100 5,10 2 OKU Selatan 548.900 6,31 3 OKU Timur 337.000 3,87 4 Ogan Komering Ilir (OKI) 1.528.199 17,56 5 Ogan Ilir 266.607 3,06 6 Muara Enim 858.794 9,87 7 Lahat 663.250 7,62 8 Musi Rawas 1.213.457 13,94 9 Musi Banyuasin 1.447.700 16,64 10 Banyuasin 1.214.274 13,95 11 Palembang 37.403 0,43 12 Prabumulih 42.162 0,48 13 Pagar Alam 57.916 0,67 14 Lubuk Linggau 41.980 0,48 Provinsi Sumatera Selatan 8.701.742 100,00 Sumber : BAPPEDA (2006) 36

4.2 Kondisi Demografi Perkembangan jumlah penduduk di 14 kabupaten/kota di Sumatera Selatan Tahun 2003-2007 menunjukkan kenaikan. Pertumbuhan penduduk sebesar 1,72% per Tahun periode 2003-2007. Pertambahan jumlah penduduk tersebut yang relatif tinggi jika dilihat dari beban pemerintah tentu berimplikasi diperlukannya penyediaan pelayanan publik yang mesti terus diperbaiki dan ditingkatkan. Pada sisi lain kondisi itu mencerminkan potensi SDM yang dapat dioptimalkan peranannya dalam kegiatan pembangunan daerah pada semua aspek. Sebaran jumlah penduduk yang ada dapat dijadikan acuan untuk memetakan program dan kegiatan perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja lokal untuk turut berperan dalam pembangunan. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Selatan pada Tahun 2007 sebanyak 7.019.964 jiwa yang tersebar di sebelas kabupaten dan empat kota. Sejumlah 19,87 % atau 1.394.954 jiwa dari total jumlah penduduk tersebut bermukim di ibu kota Provinsi (Palembang) sehingga kepadatan penduduknya sangat tinggi, sedangkan sekitar 116.102 jiwa merupakan jumlah penduduk paling sedikit (rendah) yang dimiliki oleh Kota Pagar Alam, seperti yang disajikan di Gambar 5. Gambar 5. Peta Tingkat Kepadatan Penduduk di Provinsi Sumatera Selatan. 37

Tabel 5. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2003-2007. No Kabupaten/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 1 Ogan Komering Ulu (OKU) 1.098.894 252.464 255.246 259.292 262.383 2 OKU Selatan - 313.819 317.277 322.307 326.162 3 OKU Timur - 549.949 556.010 564.824 571.557 4 Ogan Komering Ilir (OKI) 987.678 651.594 656.828 672.192 685.296 5 Ogan Ilir - 351.266 356.983 365.333 372.431 6 Muara Enim 623.655 623.699 632.222 643.924 653.304 7 Lahat 532.329 543.991 545.754 550.478 553.359 8 Musi Rawas 463.105 467.001 474.430 484.281 492.437 9 Musi Banyuasin 446.761 446.761 446.761 446.761 446.761 10 Banyuasin 690.522 714.389 733.828 757.398 778.627 11 Palembang 1.300.885 1.307.788 1.338.793 1.369.239 1.394.954 12 Prabumulih 125.798 128.583 130.340 132.752 124.686 13 Pagar Alam 112.010 114.122 114.562 115.553 116.102 14 Lubuk Linggau 167.564 171.720 174.452 178.074 181.068 Provinsi Sumatera Selatan 6.549.201 6.637.146 6.733.486 6.862.408 6.959.127 Sumber : BPS Peningkatan jumlah penduduk Sumatera Selatan dapat menjadi pendorong maupun penghambat perkembangan ekonomi. Akan mendorong perkembangan ekonomi bila pertambahan penduduk memperbesar jumlah tenaga kerja yang meningkatkan pertambahan produksi dan perluasan pasar yang akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi. Dampak tidak menguntungkan dari pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi terutama dihadapi oleh daerah yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah menghadapi masalah kelebihan penduduk sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Implikasinya pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak menimbulkan pertambahan output ataupun pertambahan tersebut sangat lambat dibanding pertambahan penduduk. 4.3 Kondisi Perekonomian Struktur perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor lapangan usaha terhadap PDRB ADHB (Tabel 5). Kontribusi terbesar masih sektor pertambangan dan penggalian, yaitu 28,51%; 26,12%; dan 24,94% masing-masing Tahun 2005, 2006, dan 2007. Kontribusi terbesar kedua, ketiga, dan keempat adalah sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan. Keempat sektor ini memberikan kontribusi total untuk Tahun 2005, 2006, dan 2007 masing-masing 38

sebesar 78,68%; 78,79%; dan 78% sehingga ada indikasi ketimpangan dalam peranan masing-masing aktivitas dari sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Ada perbedaan yang signifikan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan konstan. Ini terlihat dari indeks implisit PDRB Sumatera Selatan untuk Tahun 2005, 2006, dan 2007 masing-masing sebesar 164,27; 183,72; dan 198,86. Peningkatan yang besar dari indeks implisit ini menunjukkan relatif tingginya celah inflatoir (inflationary gap). Hal ini memiliki kelemahan bahwa komoditi-komoditi perdagangan Sumatera Selatan sangat rentan terhadap gejolak harga, baik perdagangan domestik maupun perdagangan internasional (BAPPENAS & UNSRI 2008). Tabel 6. Kontribusi Sektoral Berdasarkan PDRB ADHB (jutaan rupiah) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2003-2007. Sektor-sektor Perekonomian 2003 % 2004 % 2005 % 2006 % 2007 % Pertanian 11.085.745 20,07 12.487.633 19,49 14.358.881 17,61 17.300.120 18,03 20.080.335 18,27 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 13.221.726 23,93 16.563.748 25,85 23.247.361 28,51 25.060.662 26,12 27.412.484 24,94 12.450.542 22,54 13.960.685 21,79 17.867.383 21,91 22.286.619 23,23 25.305.859 23,03 381.694 0,69 428.341 0,67 469.827 0,58 528.033 0,55 592.068 0,54 Bangunan 3.762.967 6,81 4.422.511 6,90 5.079.274 6,23 5.810.671 6,06 6.724.083 6,13 Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 5.971.395 10,81 6.427.688 10,03 9.051.350 11,10 10.941.014 11,41 12.919.872 11,76 2.092.447 3,79 2.549.028 3,98 3.131.687 3,84 3.891.921 4,06 4.556.115 4,15 1.976.901 3,58 2.257183 3,52 2.653.394 3,25 3.162.870 3,30 3.750.156 3,41 Jasa-Jasa 4.305.341 3,58 2.257.183 3,52 2.653.394 6,96 6.946.853 7,24 8.536.735 7,77 Total 55,248.758 100 64.077.474 100 81.531.510 100 95.928.763 100 109.895.707 100 Sumber : BPS Pertumbuhan ekonomi sektoral di Provinsi Sumatera Selatan (Tabel 6) untuk tiap sektor-sektor perekonomian, relatif dominan mengalami peningkatan dengan sektor-sektor yang memiliki prospek cukup baik tumbuh relatif tinggi Tahun 2005, 2006, dan 2007, seperti sektor transportasi dan komunikasi masingmasing sebesar 11,56; 10,56, dan 14,32. Demikian pula, sektor jasa-jasa, keuangan, dan bangunan relatif pesat. Perkembangan pendapatan regional per kapita di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini terlihat dari 39

perkembangan Tahun 2005, 2006, dan 2007 masing-masing dengan migas ADHK sebesar Rp 6.180.000,- ; Rp 6.367.000,- dan Rp 6.624.000,- sedangkan tanpa migas sebesar Rp 4.510.000,-; Rp 4.738.000,-, dan Rp 5.033.000,-. Hal ini memperlihatkan bahwa percepatan pertumbuhan daya beli riil masyarakat masih relatif lambat (Tabel 7), namun demikian bahwa pada Tahun 2003 pendapatan per kapita dengan migas baru meningkat sedangkan tanpa migas peningkatan baru mulai terjadi pada Tahun 2007. Tabel 7. Laju Pertumbuhan Per Sektor Perekonomian Berdasarkan Harga Konstan (persen) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2003-2007. Sektor-sektor Perekonomian 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 4,75 4,94 5,88 6,44 6,48 Pertambangan dan Penggalian 3,29 0,75 0,42 0,36 0,25 Industri Pengolahan 4,63 6,14 4,75 5,30 5,70 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,18 5,71 6,66 7,48 7,40 Bangunan 6,69 7,56 7,61 7,25 8,11 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,35 6,21 7,73 7,93 9,04 Transportasi dan Komunikasi 7,03 9,48 11,56 10,56 14,32 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 5,27 7,12 7,37 8,26 9,14 Jasa-Jasa 4,65 3,19 6,72 7,90 9,06 Sumber : BPS Tabel 8. Pendapatan Per Kapita Berdasarkan Harga Konstan (ribuan rupiah) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2007. Tahun Dengan Migas Tanpa Migas Sumber : BPS 2003 5.883 4.079 2004 6.037 4.253 2005 6.181 4.510 2006 6.367 4.738 2007 6.624 5.033 4.4 Kondisi Prasarana Wilayah 4.4.1 Prasarana Listrik Secara umum kota-kota di Provinsi Sumatera Selatan sudah menikmati energi listrik yang dilayani oleh PT. PLN (Persero). Untuk sistem 40

ketenagalistrikan di rovinsi Sumatera Selatan tidak terlepas dari sistem ketenagalistrikan di Pulau Sumatera, karena semenjak Tahun 2004 sistem kelistrikan Sumatera Bagian Selatan (Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Lampung dan Bengkulu) sudah terinterkoneksi dengan sistem Sumatera bagian tengah (Provinsi Sumatera Barat dan Riau). Prasarana ketenagalistrikan PLN yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Selatan adalah 4 unit PLTU Batubara (dengan kapasitas terpasang 260,0 MW), 2 unit PLTU (Gas, HSD, Residu) dengan kapasitas terpasang 25,0 MW, 8 unit PLTG (207,7 MW), dan 4 unit PLTD Besar (37,9 MW) serta 47 unit PLTD isolated. Jaringan Tegangan Menengah (JTM) yang telah dibangun sepanjang 6.907,00 KMS dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 7.231,00 KMS. 4.4.2 Prasarana Telekomunikasi Prasarana telekomunikasi yang dibahas pada bagian ini, hanya meliputi prasarana telekomunikasi yang dikelola oleh PT. Telkom wilayah kerja Sumatera Bagian Selatan yang melayani wilayah Sumbagsel, yaitu Kandatel Palembang Ilir, Palembang Ulu, Baturaja, dan Lubuk Linggau. Jumlah pelanggan secara keseluruhan mencapai lebih 150.797 jiwa. Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, penyedia jaringan telekomunikasi tidak lagi dimonopoli oleh Telkom. Beberapa perusahaan swasta telah berpartisipasi khususnya di bidang penyediaan jaringan telekomunikasi seluler. 4.4.3 Prasarana Air Bersih Pada tepian sungai banyak penduduk yang masih memanfaatkan sungai sebagai sumber air bersih. Mereka mengambil air dari sungai kemudian diendapkan atau ditambahkan kaporit, kemudian langsung digunakan sebagai air untuk dimasak atau pada saat musim hujan mereka menampung air hujan untuk dijadikan air minum. Kebiasaan ini sudah terjadi secara turun menurun sejak dahulu. Sumber air non PDAM di beberapa kota di Provinsi Sumatera Selatan seperti Palembang, Sekayu, dan Kayuagung memang tidak banyak mempunyai alternatif lain. Sumur gali tidak bisa digunakan karena airnya terlalu asam, berwarna kecoklatan dan tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan kondisi alamnya yang sebagian besar berupa rawa dan bergambut. Pada kotakota di Sumatera Selatan seperti Baturaja, Muara Enim, Lahat, Lubuk Linggau, sumur gali di beberapa lokasi masih bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh penduduk. 41

4.5 Arah dan Kebijakan Umum Pemerintahan Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang melaksanakan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk mewujudkannya, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menentukan visi dan misi kebijakan pembangunan, yaitu dengan visinya Sumatera Selatan Sejahtera dan Terdepan Bersama Masyarakat Cerdas dan Berbudaya. Sejahtera adalah keadaan dimana semua lapisan masyarakat secara menyeluruh dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (pangan, sandang dan papan) secara merata, serta memiliki rasa aman dan kepercayaan yang tinggi kepada pemerintah; Cerdas adalah sikap pikir profesional yang didasarkan pada landasan moral yang tinggi, kemampuan dan kecakapan dalam membaca situasi, menangkap dan mengolah peluang, serta merancang dan melaksanakan pemecahan masalah dalam semua situasi. Insan dan masyarakat yang cerdas akan selalu optimistis dan mampu memanfaatkan peluang untuk aktifitas yang produktif; dan Terdepan adalah keadaan yang menunjukkan tingkat penguasaan wawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang tinggi, berkelanjutan, berada lebih baik dan menjadi acuan bagi daerah-daerah lain. Guna menjabarkan visi tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan misi pembangunan daerah yang digunakan sebagai arah kebijakan, antara lain : 1. Mengembangkan dan membina, serta menfasilitasi pembentukan sumber daya manuasia (SDM) Sumatera Selatan yang kreatif, produktif dan inovatif dan perduli melalui semua jalur dan jenjang pendidikan baik formal maupun informal. 2. Membangun pertanian pangan dan perkebunan berskala teknis dan ekonomis dengan infrastruktur yang cukup dan penerapan teknologi tepat guna. 3. Mendayagunakan sumber daya pertambangan dan energi (fosil dan terbarukan) dengan cerdas, arif dan bijaksana demi kepentingan masyarakat luas. 4. Membangun industri pengolahan dan manufaktur yang berdayasaing global dengan menciptakan nilai tambah potensial yang proposional dengan memperkokoh kemitraan hulu dan hilir, serta industri kecil, menengah dan besar. 42

5. Membangun dan menumbuhkembangkan pusat-pusat inovasi yang berbasis pada perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk meningkatkan nilai tambah dan produktifitas sektor ekonomi berkelanjutan. 6. Meningkatkan dan memeratakan pembangunan menuju kesejateraan yang bermartabat. 7. Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama ekonomi (industri, perdagangan) dan kelembagaan (regional, nasional dan internasional). 8. Membangun pemerintah yang amanah (demokratis, keadilan, jujur dan bertanggungjawab serta akuntabel). 9. Mengembangkan dan membina budaya daerah yang berakat pada nilai-nilai luhur "Simbur Cahaya 43