BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. yang diambil seseorang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun. menghasilkan siswa dengan prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memegang peranan penting. Dengan pendidikan,diharapkan. kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SMK NEGERI 1 Surabaya yang bertempat di Jl.Smea No. 4

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susi Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu isue dalam rangka menghadapi era globalisasi, baik persiapan jangka pendek sesuai AFTA 2003 maupun persiapan jangka panjang sesuai dengan kesepakatan pasar bebas 2020. Untuk itu, dalam menghadapi tantangan global tersebut dirasa perlu dibangun suatu kondisi yang dapat mewujudkan SDM yang memiliki budaya, pendidikan yang bermutu sesuai tantangan kerja, memiliki kecerdasan mental dan emosional, berkompetensi khusus yang mampu meningkatkan produktifitas dan efisiensi, bersikap mental dan berwawasan (Wiratno, 2008). Persiapan diri dan pemilihan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting dimasa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa transisi menuju masa dewasa, begitu juga halnya dalam berkarir. Bekerja atau berkarir sendiri merupakan salah satu tanda masuknya seseorang ke dalam gaya hidup orang dewasa (adult life style). Remaja pada masa ini dihadapkan pada situasi dimana mereka diharuskan membuat pilihan karir tanpa banyak pengalaman aktual/ nyata dalam dunia pekerjaan (Newman & Newman dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008). 1

2 Pada akhir masa remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Seperti diterangkan oleh Thomas dalam Hurlock (1980) bahwa pada saat tersebut remaja belajar membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja yang lebih tua lebih memikirkan apa yang akan dilakukan dan apa yang mampu dilakukan. Semakain mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis pekerjaan, semakin ia kurang yakin mengenai apa yang akan dilakukan. Remaja juga memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Hurlock, 1980). Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka terhadap pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan yang tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan (Hurlock, 1980). Pilihan karir dan langkah-langkah pendidikan yang tepat akan mengantar seseorang menjadi individu yang mempunyai daya saing dalam bursa kerja (Zulkaida dkk, 2007). Berkaitan dengan status pekerjaan utama dan pendidikan yang ditamatkan, data menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar proporsi yang bekerja sebagai pekerja, buruh, atau karyawan. Menurut BPS (dalam Wiratno, 2008) dari seluruh lulusan perguruan tinggi yang bekerja sebagai pekerja, buruh, karyawan mencapai sekitar 83,1%; sedangkan untuk tamatan SMA yang bekerja sebagai pekerja, buruh, atau karyawan mencapai 52,7% dan SMK mencapai 64%. Sebaliknya pekerjaan yang lebih mandiri

3 No. lebih banyak diciptakan oleh pekerja yang berpendidikan rendah (lulusan SD dan SMP sekitar 21,3% dan 22,4%). Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Tabel Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan yang Ditamatkan (2004) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan Berusaha Sendiri dengan Dibantu Berusaha dengan Buruh Tetap Pekerja/ Buruh/ Karyawan Pekerja Bebas Pertanian Pekerja Bebas Non Pertanian Pekerja Tidak Dibayar 1. T/ BPS 18.7 39.0 1.9 4.5 9.1 2.1 24.7 2. T/ Bt SD 20.8 33.0 2.5 8.9 8.8 3.5 22.5 3. SD 21.3 27.4 2.8 14.8 6.1 5.3 22.2 4. SMP 22.7 19.5 3.6 27.0 3.2 4.7 19.3 5. SMA 16.7 12.2 4.2 52.7 0.8 2.4 10.9 6. SMK 13.8 8.3 3.8 64.0 0.4 2.5 7.2 7. DI/ II 5.1 2.7 1.4 88.9 0.0 0.0 1.9 8. DIII 6.3 3.4 3.7 82.0 0.1 0.3 4.1 9. Universitas 5.8 3.4 4.9 83.1 0.0 0.5 2.2 Jumlah 19.5 23.0 3.2 27.2 4.7 4.0 18.5 Sumber: Badan Pusat Statistik (Witarno, 2008) Sebagai upaya agar remja dapat memilih karir yang tepat, dalam hal ini adalah keputusan tentang pendidikan lanjutan, memerlukan tingkat kematanagan karir yang baik, karena tingkat kematangan karir mempengaruhi kualitas pemilihan karir (Komandyahrini dan Hawadi, 2008). Kematangan karir adalah keberhasilan dan kesiapan remaja untuk memenuhi tugas-tugas terorganisir yang terdapat dalam setiap tahapan perkembangan karir (Super dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008). Kematangan karir meliputi pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan memilih suatu pekerjaan, dan kemampuan untuk merencanakan langkahlangkah menuju karir yang diharapkan (Crites dalam Zulkaida dkk, 2007).

4 Terkait dengan pendidikan, sekolah merupakan pengorganisir pusat pengalaman kehidupan sebagaian besar remaja. Sekolah menawarkan peluang untuk belajar informasi; menguasai keterampilan baru, dan menajamkan keterampilan yang sudah ada; berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, seni, dan aktivitas lain; mengeksplorasi pilihan pekerjaan; dan tempat berkumpul bersama teman. Sekolah adalah pijakan awal dimana seseorang pertama kali berkenalan dengan dunia kerja. Sekolah memberikan suasana untuk mengembangkan diri sendiri berhubungan dengan prestasi dan kerja. Sekolah merupakan satu-satunya institusi di dalam masyarakat saat ini yang sanggup memberikan sistem yang diperlukan pendidikan mengenai karir-istruksi, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial (Bachhuber, & Vinton dalam Santrock, 2003). Sekolah juga meluaskan horison intelektual dan sosial (Papalia, 2008). Salah satu bentuk bagian pendidikan lanjutan adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bertujuan untuk menyiapkan siswa atau tamatannya untuk: 1) memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional; 2) mampu memilih karir, mempunyai kompetensi, dan mampu mengembangkan diri; 3) menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang; 4) menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif (Dikti, 2009). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diselenggarakan dengan tujuan menyiapkan peserta didik guna memasuki lapangan pekerjaan dan mengambangkan sikap profesional.

5 Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), penjelsan pasal 15 tentang jenis pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dibidang tertentu (Dikti, 2009). Menurut Wiratno (Wiratno, 2008), peserta didik SMK pada umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah. Di samping itu, SMK masih menjadi pelarian manakala tamatan SMP tidak diterima di SMA favorit. Kesan masyarakat industri selama ini telah terbentuk bahwa sikap, disiplin, kemampuan intelektual dan keterampilan tematan serba tanggung (Wiratno, 2008). Selain pendidikan, keyakinan akan kecakapan diri seseorang peserta didik kepercayaan diri mereka terhadap prospek pendidikan dan pekerjaanmenajamkan opsi pekerjaan yang dipertimbangkan mereka dan cara mereka untuk mempersiapkan diri untuk berkarir. Berbagai keyakinan dan aspirasi orang tua (Bandura, Barbaranelli, Caprara & Pretorelli dalam Papalia, 2008). Keyakinan akan kecakapan diri disebut juga efikasi diri. Efikasi diri menurut Bandura dalam Komandyahrini dan Hawadi (2008) yaitu keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi tugas atau situasi tertentu. Efikasi diri sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dalam memprediksi keberhasilan yang akan dicapai (Jensen dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008).

6 Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 26 Juli 2010 diperoleh informasi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwokerto memiliki jumlah peserta didik tahun pelajaran 2010/ 2011 sejumlah 1210 peserta didik yang terdiri dari 1060 peserta didik perempuan dan 150 peserta didik laki-laki, dengan program keahlian yaitu Akuntansi (AK) yang dibagi menjadi kelas Akuntansi Unggulan dan kelas Akuntansi Reguler, Administrasi Perkantoran (AP), Pemasaran (PM), Multimedia (MM), Teknik Komputer Jaringan (TKJ), dan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Informasi yang diperoleh berdasarkan studi pendahuluan dari hasil wawancara dengan peserta didik sebanyak 20 orang peserta didik dari kelas X, XI, dan XII dengan program keahlian yang berbeda yaitu, peserta didik memiliki alasan dalam pemilihan pendidikan lanjutan mereka. Mereka mengungkapkan alasan pemilihan pendidikan di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) karena keinginan pribadi melanjutkan sekolah di SMK, mengikuti saran dan keinginan orang tua meskipun hal tersebut berbeda dengan keinginan mereka, serta karena tidak diterima di SMA atau SMK yang mereka inginkan Pemilihan program keahlian mereka lakukan dengan alasan karena minat pribadi pada suatu program serta gambaran peluang kerja dibutuhkan dimasa depan sesuai dengan program keahlian yang mereka pilih. Namun, terdapat juga peserta ddik yang memilih program keahlian berdasarkan saran dari orang tua mereka. Alasan orang tua adalah karena dimasa depan, program keahlian tersebut diperluakan di dunia kerja serta keyakinan bahwa

7 anak mereka memiliki kemampuan untuk menguasai program keahlian tersebut walaupun hal tersebut tidak sesuai dengan keinginan mereka. Namun ada peserta didik yang memilih program keahlian tanpa memiliki keinginan dan alasan pada program tertentu. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak diterima dipilihan program yang diinginkan sehingga mereka memilih dengan asal. Bagi peserta didik kelas X mengungkapkan, ada yang merasa harus menyeuaikan diri dengan materi pembelajaran karena mereka tidak memiliki gambaran mengenai program keahlian yang mereka pilih namun ada juga peserta didik yang berusaha mempelajari program keahlian yang mereka pilih karena sesuai dengan minat mereka. Meraka masih menyesuaikan diri dengan kegiatan belajar di sekolah yang mereka ikuti. Peserta didik kelas XI dan XII mengungkapkan, terdapat perbedaan mengenai program keahlian sebelum dan setelah mereka menjalani Prakerin (Praktek Kerja Industri). Terdapat peserta didik yang merasa tidak sesuai dengan program keahlian yang mereka pilih dengan bidang kerja yang mereka jalani serta gambaran awal saat pemilihan program keahlian. Sedangkan terdapat peserta didik yang semakin mantap dengan program keahlian yang mereka pilih setelah mereka menjalani Prakerin. Tingkat kematangan karir mempengaruhi kualitas pemilihan karir. Semakin tinggi tingkat kematangan karir akan membuat seseorang mampu dalam membuat pilihan karir yang tepat. Sebaliknya semakin rendah pendidikan lanjutan akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam membuat pilihan karir yang tepat (Komandyahrini dan Hawadi, 2008).

8 Pendapat Seligman dalam Komandyahrini dan Hawadi (2008) menyatakan bahwa salah satu ciri tingkat kematangan karir yang positif ditandai dengan meningkatnya sikap yang berhubungan dengan kematangan karir yakni efikasi diri. Penelitian Komandyahrini dan Hawadi (2008), menemukan bahwa variabel efikasi diri (self-efficacy) memberikan sumbangan yang signifikan terhadap kematangan karir pada siswa program percepatan belajar. Hubungan antara efikasi diri dan kematangan karir menunjukkan bahwa subjek sudah memiliki keyakinan terhadap kemampuannya untuk melakukan tugas tertentu yakni menentukan pilihan karirnya, sehingga dapat dikatakan bahwa subjek sudah mencapai pilihan karir yang tepat. Hal ini berbeda dengan penelitian Zulkaida, dkk (2007) yang menunjukkan hasil bahwa efikasi diri pemilihan karir secara sendiri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kematangan karir. Alasan yang dapat dijelaskan adalah untuk mencapai kematangan karir, keyakinan diri seseorang bahwa dirinya mampu memilih karir saja tidak cukup karena diperlukan usaha individu untuk mengambil tindakan-tindakan yang tepat, tidak hanya bersifat kognitif, dalam bentuk keyakinan diri. Studi pendahuluan diatas menunjukkan bahwa salah satu permasalahan yang dialami yang dialami peserta didik SMK setelah menyelesaikan studinya adalah menyangkut pemilihan karir dan pekerjaan, sedangkan salah satu institusi sekolah yang menyiapkan peserta didik lulusannya untuk mampu terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus sekolah adalah SMK.

9 Sehingga kematangan karir sangatlah penting bagi peserta didik SMK. Dapat disimpulkan bahwa kematangan karir sangat penting dimiliki oleh peserta didik kelas XI dan XII agar mereka dapat membuat pilihan karir yang tepat. Di pihak lain keyakinan diri juga penting ketika peserta didik mengumpulkan kemampuan dan keterampilan yang menjadi persyaratan karir. Akan tetapi terdapat pertentangan hasil penelitian mengenai hubungan keyakinan diri dengan kematangan karir. Selanjutnya terdapat perbedaan permasalahan dan kondisi yang dialami oleh peserta didik SMK dan peserta didik SMA. SMA merupakan lembaga pendidikan umum yang mempersiapkan peserta didiknya untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Peserta didik SMA yang terbiasa dengan kurikulum yang masih bersifat umum, harus memilih program studi di Perguruan Tinggi yang lebih spesifik pada masingmasing bidang karir. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti pengaruh keyakinan diri terhadap kematangan karir pada peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Dari uraian mengenai latar belakang di atas maka pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

10 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, peneliti mengemukakan satu permasalahan yaitu apakah ada pengaruh efikasi diri terhadap kematangan karir peserta didik kelas XI dan XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/ 2011? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk menguji apakah ada Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Peserta Didik Kelas XI Dan XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran 2010/ 2011. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan wawasan baru dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi perkembangan. 2. Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain: a. Kepada peserta didik agar belajar mengetahui kematangan karirnya dan informasi mengenai karir sehingga dapat mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan.

11 b. Kepada pihak sekolah, khususnya guru pembimbing untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai karir kepada peserta didiknya. c. Kepada pengajar agar menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif untuk meningkatkan efikasi diri peserta didik sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. d. Kepada orang tua Agar menekankan dan memberikan informasi karir kepada peserta didik dan memberikan motivasi pada peserta untuk mengembangkan kemampuannya terutama yang berkaitan dengan karir dimasa depan. Menciptakan suasana dan lingkungan keluarga sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dengan optimal.