BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemunculan roman pendek Nemoe Karma karya I Wayan Gobiah yang diterbitkan oleh Balai Poestaka tahun 1931 selalu disebut-sebut sebagai masa awal lahirnya sastra Bali modern. Pendapat ini pertama kali disampaikan oleh Bagus pada akhir tahun 1960-an, yang kemudian dibantah oleh Putra yang menyatakan bahwa sampai sekarang belum pernah muncul usaha untuk menelusuri bagaimanakah keberadaan sastra Bali modern sebelum Nemoe Karma (2010:2) Perkembangan sastra Bali modern sampai saat ini telah menghasilkan cerpencerpen berbahasa Bali yang diciptakan oleh para pengawi-pengawi Bali, di antaranya cerpen Togog karya I Nyoman Manda, cerpen Kampih Di Kasisik karya Djelantik Santha, cerpen Tukang Gambar karya I Made Sanggra, cerpen Toh karya Agung Wiyat S. Ardhi, Kumpulan Cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali karya I Nengah Sudipa. Salah satu pengarang yang baru memulai tulisannya di bidang sastra adalah I Nengah Sudipa, yang baru saja menghasilkan karya sastra berupa Kumpulan Cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali. Karya ini merupakan kumpulan cerpen pertama yang berupa buku, diterbitkan pada tahun 2013 oleh Pustaka Ekspresi, Tabanan. Di dalam kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali ini terdapat sebelas judul cerpen, yaitu Ngempu, Magibung, Pikobet, Wicaksana, Paras Paros, Éling, Degdeg, Sarwagita, Réuni, Landep, dan Wayah. Di antara kesebelas judul cerpen tersebut 1
penulis hanya menganalisis tiga judul cerpen, yaitu cerpen Magibung, cerpen Paras Paros dan cerpen Sarwagita. Berdasarkan pengamatan penulis mengkaji ketiga cerpen tersebut karena aspek sosial yang ada di dalam ketiga cerpen tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan dari segi isinya ketiga cerpen tersebut juga sama-sama mempunyai aspek sosial yang realita dalam kehidupan nyata umat manusia sehari-hari. I Nengah Sudipa adalah Dosen Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Beliau tertarik menulis cerpen berbahasa Bali, walaupun ia adalah Dosen Sastra Inggris. Ketertarikan beliau menulis sudah ada waktu beliau masih duduk di Sekolah Menengah Pertama, dan setelah selesai menjabat Pembantu Dekan II di Fakultas Sastra, barulah ia mempunyai waktu lebih untuk menulis. Cerpen I Nengah Sudipa pertama kalinya diterbitkan oleh Bali Orti, dan akhirnya beliau menerbitkan kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali yang diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi. Dari hasil wawancara, I Nengah Sudipa menulis cerpen berbahasa Bali karena ingin melestarikan bahasa Bali dan untuk menyampaikan pesan moral yang ada dalam cerpen tersebut. Cerpen Magibung menceritakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat dari Kabupaten Karangasem ketika ada upacara agama. Dahulu, dalam satu kelompok magibung beranggotakan delapan orang, tetapi sekarang karena kebanyakan orang berbadan besar, hanya bisa enam atau tujuh orang. Gibungan itu berisi nasi, daging babi, sate lilit isi, sate lilit nyuh, pésan, sate tusuk muluk, dan balung lablab. Ada yang namanya gibungan suci, yaitu khusus untuk orang yang tidak memakan daging 2
babi. Gibungan suci itu berisi daging kambing atau daging sapi. Di dalam Magibung, semua peserta duduk bersama tidak mengenal perbedaan kasta ataupun pekerjaan, seperti Anak agung, Ida Ayu, petani, manager, pedagang mereka duduk menjadi satu dalam satu gibungan. Cerpen Paras Paros menceritakan mahasiswa yang bernama Luh Desy yang sedang menuntut ilmu di Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Luh Desy menjadi moderator di acara seminar yang diadakan di kampusnya, dan dapat menjalankan tugas dengan baik, serta acara bisa berjalan lancar. Setelah acara seminar selesai, Luh Desy merasa masih ada yang mengganjal di dalam hatinya, terutama tentang kata-kata take and give dan give and receive yang kemudian memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada dosennya yaitu Pak Wayan Tresna dan Ibu Asih. Pertanyaan yang mengganjal pun akhirnya telah dijawab oleh kedua dosen tersebut. Cerpen Sarwagita menceritakan I Putu yang memulai kuliahnya dengan menaiki bus besar yang berwarna biru bergambar laki-laki memakai udeng dan berisi tulisan Bali Clean-Green menuju kampus Bukit. Sesampainya di dalam bus, I Putu bertemu temannya yang bernama Ayu. Mereka duduk berdekatan dan sambil bercerita tentang kegiatan yang dilakukan pada saat liburan. Sedang asyiknya bercerita, tiba-tiba bus berhenti karena akan ada penumpang yang naik. Penumpang tersebut sudah terlihat sangat tua, dan ternyata penumpang tersebut adalah dosennya I Putu. Karena dilihatnya tempat duduk di dalam bus tersebut penuh, dengan rela hati I Putu memberikan tempat duduknya untuk dosennya tersebut. Sambil berdiri di dalam 3
bus, I Putu bisa melihat rumah yang berderetan, aktivitas orang-orang di jalan. Lagilagi bus tersebut berhenti, dan ternyata naik penumpang yang sedang hamil tua. Ayu, temannya I Putu juga dengan rela memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil tersebut. I Putu dan Ayu akhirnya berdiri di dalam bus sambil bercerita-cerita, dan tak terasa halte di Kampus Bukit sudah terlihat, itu tandanya mereka berdua akan turun karena sudah sampai di tempat tujuan. Judul kajian aspek-aspek sosial menunjukkan adanya realitas sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat berupa nilai-nilai kebersamaan dan tata nilai kehidupan sosial lainnya. Permasalahan sosial yang sering diungkapkan dalam masyarakat sangat berhubungan dengan cerpen sehingga kajian sosiologi sangat relevan untuk menggali aspek-aspek sosial dalam cerita. Aspek sosial masyarakat adalah interaksi yang terjadi antara manusia dengan keadaan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan kenyataan tersebut, dalam penelitian ini digunakan pendekatan sosiologi sastra yang pendekatannya dimulai dari teks sastra untuk mengungkapkan faktor-faktor sosial yang ada di dalamnya. Pendekatan ini mengutamakan teks sastra sebagai fenomena utama. Jadi analisis sosiologi dalam penelitian ini adalah analisis aspek-aspek sosial dalam teks dan kaitannya dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri. 4
1.2 Rumusan Masalah Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai masalah-masalah yang dianalisis, maka penulis jabarkan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur yang terdapat pada tiga cerpen dalam Kumpulan Cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali? 2. Aspek-aspek sosial apa sajakah yang terkandung dalam tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Segala bentuk penelitian pastilah memiliki tujuan yang diinginkan. Untuk itu setiap penelitian hendaknya merumuskan dengan jelas tujuan yang hendak dicapai dalam penelitiannya. Adapun tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu sastra. Di samping itu juga dapat menambah pengetahuan terhadap khasanah karya sastra Bali modern yang berupa cerpen, serta meningkatkan apresiasi masyarakat Bali terhadap karya-karya sastra Bali modern khususnya cerpen yang nantinya mendapatkan tempat dalam kehidupan masyarakat. 5
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta mengungkapkan struktur yang membangun tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali, seperti insiden, alur, tokoh dan penokohan latar, tema dan amanat. Melalui penelitian ini juga dapat memahami lebih mendalam aspek-aspek sosial yang terkandung pada tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam melakukan sebuah penelitian, pastilah ada manfaatnya. Begitu pula dalam penelitian tiga cerpen dalam kumpulan cerpen Sawelas Satua Bawak Basa Bali. Manfaatnya adalah memberikan informasi dan pengetahuan tentang struktur yang membangunnya serta mengetahui aspek-aspek sosial yang terkandung di dalamnya. Selain itu baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat lebih mengenal keberadaan karya sastra Bali modern. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu sastra, khususnya dalam bidang genre cerpen, lebih-lebih dalam bidang penerapan teori sastra untuk kajian ilmiah khususnya teori struktural dan pendekatan sosiologi sastra. Teori struktural dan pendekatan sosiologi perlu dikembangkan lagi karena mempunyai kemampuan besar untuk menganalisis ataupun 6
mengkritik karya sastra yang hadir dari masyarakat, sehingga makna karya sastra dapat dicapai dengan maksimal. Dengan demikian, teori dan pendekatan ini memungkinkan pemahaman karya sastra dengan dalam. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengetahui, memahami dan menerapkan dengan tepat aspek-aspek sosial yang terkandung dalam cerpen ini, dan tanpa melewati satuansatuan struktur yang membangunnya. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti tidak melupakan sastra Bali modern khususnya cerpen, karena cerpen juga hasil karangan dari pengarang Bali. 7