BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

Oleh Ariwisdha Nita Sahara NIM : E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV EFEKTIVITAS MEDIASI PADA PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BONDOWOSO 4 TAHUN SESUDAH BERLAKUNYA PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. tidak memungkinkan lagi untuk mewujudkan perdamaian, maka hukum Islam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mencapai taraf kesejahteraan dan kebahagiaan yang selalu didambakan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

Kecamatan yang bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Bouman, mengungkapkan bahwa manusia baru menjadi manusia. adanya suatu kepentingan (Nurnaningsih Amriani, 2012: 11).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan daya tawar. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya undang-undang yang

P U T U S A N Nomor XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut diberlakukan. Pada prinsipnya masyarakat jahiliyah

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Nomor 1315/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Prosedur berperkara pada Pengadilan Agama Sungai Penuh, adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perselisihan antar warga cara penyelesaiannya melalui perdamaian lewat

P U T U S A N Nomor :../Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

menyadari dan mengemban fungsi mendamaikan pihak yang berperkara. Sebab bagaimana adilnya putusan akan lebih adil hasil perdamaian.

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sistem hukum Negara Republik Indonesia ini, terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan di dalamnya tercipta rasa sakinah, mawaddah dan rahmah

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika sosial yang terjadi dewasa ini terus berkembang demikian pesat sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala aspek kehidupan yang melibatkan pertaruhan dan kekuatan-kekuatan sosial. Semakin sulitnya manusia memenuhi kebutuhan hidup, maka akan semakin menunjukkan gejala faktual terhadap munculnya benih-benih konflik dalam sistem sosial yang pada tahapan selanjutnya akan mendorong lahirnya paham-paham tertentu, seperti paham egoisme, materialisme, dan individualisme dalam struktur masyarakat secara global. Kondisi sosial seperti itu akan menjadi salah satu penyebab timbulnya konflik dan ketegangan sebagai akibat dari terganggunya keseimbangan sosial dan hilangnya nilai-nilai kearifan dalam lingkup interaksi antar individu. 1 Perselisihan tejadi karena ada beberapa kepentingan yang saling berbenturan. Sengketa adalah pertentangan atau konflik yang terjadi dalam kehidupan masyrakat (populasi sosial ) yang membentuk oposisi/pertetangan antara orang-orang, kelompokkelompok atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan. Secara garis besar bentuk penyelesaian sengketa dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. bentuk penyelesaian sengeketa secara litigasi (peradilan) 1 Witanto, D.Y, 2012, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, ALFABETA, Bandung, Hlm. 2-24.

2. bentuk penyelesaian sengketa secara non litigasi ( alternatif dispute resolution ). Bentuk penyelesaian sengketa yang bersifat non litigasi saat ini mulai dikembangkan sebagai bentuk alternatif yang lebih dianjurkan bagi mereka yang sedang terlibat sengketa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh M.Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul Hukum acara perdata, Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan menyebutkan beberapa kelemahan dari proses litigasi antara lain yaitu : 1. Penyelesaian sengketa lambat; 2. Biaya perkara mahal; 3. Peradilan tidak tanggap (unresponsive); 4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah; 5. Putusan pengadilan membingungkan; 6. Putusan pengadilan tidak memberi kepastian hukum; 7. Kemampuan para hakim bercorak generalis; Mediasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang menggunakan pendekatan win-win solution dengan proses dan cara yang lebih sederhana dalam rangka memberikan akses keadilan yang lebih memuaskan kepada para pihak dengan bantuan seorang mediator sebagai penampung aspirasi dalam upaya menemukan penyelesaian sengketa yang terbaik bagi kedua belah pihak. 2 Berlakunya Undang-Undang Perkawinan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan arti bahwa hukum masing-masing agama dana kepercayaannya itu berlaku sebagai hukum positif untuk perkawinan beserta segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, termasuk perceraian atau putusnya perkawinan. Khusus tentang putusnya perkawinan, Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan. Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak, untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa diantara suami istri tersebut tidak 2 Ibid

dapat hidup rukun sebagai suami istri, dan tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam perundang-undangan tersendiri. Peradilan agama sebagai salah satu lembaga peradilan khusus merupakan lembaga yang memiliki tugas dan fungsi dalam menyelesaikan sengketa yang muncul di kalangan orang-orang beragama islam. Dalam Pasal 49 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang No 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang No 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama dijelaskan bahwa peradilan agama memiliki wewenang terhadap persoalan yang menyangkut dengan perkawinan,kewarisan,wakaf,shadaqah,wasiat,hibah, dan sengketa di bidang ekonomi syariah. 3 Di Sumatera Barat khususnya Batusangkar, kasus perceraian pasangan suami istri kian memprihatinkan. Tiap hari Pengadilan Agama Batusangkar disesaki kasus cerai gugat. Sejak beberapa tahun terakhir persoalan perceraian demikian dianggap sebagai persoalan sosial. Kasus yang menonjol ini adalah cerai yang diajukan istri pada suaminya. Faktor penyebab kasus cerai gugat ini lebih banyak di sebabkan akibat persoalan ekonomi, ketidaksetiaan pasangan yang mengakibatkan perselingkuhan, termasuk kasus kekerasan dalam rumah tangga. Tiap hari menerima pengaduan disebabkan oleh persoalan ini demikian hal yang diucapkan oleh Ketua Pengadilan Agama Batusangkar H.M. Fajri Rivai. Bila dilihat dalam 6 tahun terakhir ini kurang lebih telah terjadi 1000 kasus perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar dan pada umumnya adalah cerai gugat. Hal ini sungguh ironis memang melihat perceraian adalah suatu perbuatan halal namun dibenci oleh Allah S.W.T. Peraturan Mahkamah Agung nomor 1 tahun 2016 dalam 3 A Basiq Djalil, 2006, Peradilan Agama Di Indonesia, Kencana, Jakarta, Hlm. 137-146

Pasal 17 ayat (1) yang menyatakan bahwa pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi dan dalam Pasal 3 ayat (3) menyatakan bahwa hakim pemeriksa perkara yang tidak memerintahkan para pihak untuk menempuh mediasi sehingga para pihak tidak melakukan mediasi telah melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mediasi di pengadilan. Dengan kata lain setiap perkara yang masuk harus menempuh proses mediasi terlebih dahulu. 4 Namun tidak diketahui apakah mediasi yang dilakukan tersebut efektif atau tidak. Maka dari itu penulis tertarik untuk membahas lebih jauh persoalan ini pada Pengadilan Agama Batusangkar yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA BATUSANGKAR B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dirumuskan permasalahan usulan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan mediasi pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar? 2. Bagaimana keefektifan mediasi pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar? C. Tujuan Penelitian 4 http://hariansinggalang.co.id,

Berdasarkan perumusan masalah diatas,tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Pelaksanaan mediasi pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar. 2. Untuk mengetahui keefektifan mediasi dalam menekan angka perceraian di daerah Batusangkar. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis. Hasil penelitian ini dapat memperluas ilmu pengetahuan dibidang hukum, khususnya mengenai Mediasi dan secara umum dalam Jurusan Hukum Perdata. 2. Manfaat Secara Praktis. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran kepada masyrakat umum,mahasiswa fakultas hukum dan para praktisi ilmu hukum mengenai keefektifan mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar. E. Metode Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti tersebut, diperlukan beberapa teknik yang akan digunakan dalam penulisan penelitian, yaitu : 1. Pendekatan Masalah Bahan pendekatan yang digunakan adalah metode yuridis empiris, pendekatan masalah melalui penelitian dengan melihat normanorma atau ketentuan yang berlaku dikaitkan dengan praktek dilapangan.

Dalam hal ini tentang Keefektifan Mediasi Dalam Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Batusangkar sebagai objek penelitian. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran secara cermat mungkin mengenai fakta-fakta dan permasalahan, mengenai ketentuan yang berlaku yang dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktiknya dalam pelaksanaan hukum positif sesuai dengan identifikasi masalah 5. 3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam hal ini didapatkan melalaui keterangan dan atau fakta langsung di lapangan dari lokasi penelitian yaitu Pengadilan Agama Batusangkar. Data ini berupa hasil wawancara dengan pihak : 1. Hakim mediator di Pengadilan Agama Batusangkar. 2. Hakim bersertifikat mediator di Pengadilan Agama Batusangkar. 3. Panitera Pengadilan Agama Batusangkar. 4. Pengacara di Pengadilan Agama Batusangkar. 5. Responden perkara cerai gugat dan cerai talak di Pengadilan Agama Batusangkar. b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang bersumber dari bahan hukum utama yaitu : 5 Bambang Sunggono,1996, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 42.

1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang memiliki kekuataan hukum yang mengikat yang berupa peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini yang dapat membatu penelitian adalah : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Herziene Indonesische Reglement (HIR)/ Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBg). c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. e. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. f. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang dapat menunjang bahan hukum primer dan dapat membantu penulis dalam menganalisa dan memahami bahan hukum primer yang berupa literature-literatur, buku-buku, makalah, laporan penelitian dan lain sebagainya yang resmi dan akurat. 3. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamuskamus Hukum dan kamus-kamus Bahasa Indonesia serta artikel ataupun surat kabar. Data sekunder diatas diperoleh dari : a. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas b. Perpustakaan Pusat Universitas Andalas Limau Manis c. Buku-buku bahan kuliah yang penulis miliki.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara / interview. Merupakan tanya jawab mengenai masalah yang akan diteliti dengan pihakpihak yang berkaitan dengan permasalahan ini dan menggunakan interview semi terstruktur dengan kata lain bersifat bebas, sehingga diperoleh datadata yang diperlukan. Dalam teknisnya pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian satu-persatu diperdalam dengan cara mengorek keterangan lebih lanjut dari informen atau responden. Responden yang penulis wawancarai dalam penelitian ini adalah : 1) Hakim yang bersertifikat mediator pada Pengadilan Agama Batusangkar, yaitu Ibu Dra. Hj. Yusnizar. 2) Hakim mediator pada Pengadilan Agama Batusangkar, yaitu Ibu Dra. Hj. Tiniwarti AS., MA. 3) Advokat/Pengacara, yaitu Ibu Azimar Su ud,s.h. salah seorang pengacara yang menangani kasus perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar. 4) Panitera Muda Hukum pada Pengadilan Agama Batusangkar, yaitu Ibu Yusnelli,S.H. 5) Penggugat Cerai Gugat dan Pemohon Cerai Talak. b. Studi Dokumen Studi Dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan terhadap data sekunder dengan cara mempelajari dokumen tertulis yang ada, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi baik berupa

perundang-undangan atau buku-buku yang erat hubungannya dengan objek penelitian. 4. Teknik Pengolahan Data Terhadap data-data yang diperoleh, penulis melakukan proses editing, yaitu proses pengeditan terhadap data ataupun bahan yang diperoleh sehingga menghasilkan penulisan data yang lebih sederhana dan mudah dipahami. 5. Analisis Data Analisis data yaitu data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder dianalisa secara pendeketan kualitatif, yaitu pengolahan data dengan menyusun data yang berkaitan dengan objek permasalahan dengan menghubungkan data satu dengan data yang lain, dan kemudian menyimpulkan sehingga dapat memberikan gambaran secara detail. F. Sistematika Penulisan Agar pembahasan dalam penelitian ini mendapat gambaran yang jelas dan lengkap, maka penulis menguraikan isi penulisan dalam sistematika penulisan yang terdiri dari : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab ini memuat tinjauan umum tentang mediasi dan perceraian beserta penjelasan masing-masingnya. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian pada Pengadilan Agama Batusangkar yang meliputi pelaksanaan mediasi dan keefektifan mediasi dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Batusangkar. BAB IV : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang terkait dengan objek penelitian.