2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB. I PENDAHULUAN. Negara adalah sektor pariwisata. Negara-negara di dunia seakan bersepakat

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sandang. Dalam menaikan industri pariwisata Indonesia, menteri pariwisata Arief

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Tempat-tempat rekreasi serta tempat-tempat wisata yang bersaing saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.ILatar Belakang. Pariwisata merupakan sektor yang sangat penting sebagai sumber ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Seiring dengan pesatnya daya beli masyarakat dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. jasa untuk konsumsi langsung atau tidak langsung. Pengertian retail menurut Ma ruf

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keutungan tersendiri untuk menarik wisatawan. Seakan tidak ingin

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. berbagai isu strategis pembangunan. Ketimpangan pembangunan poros utaratengah-selatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan konsumen serta perubahan yang terjadi dalam menempatkan orientasi. kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama.

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

BAB I PENDAHULUAN. alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diproduksi di berbagai daerah di Indonesia dengan motif yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

Tour Sumatera Barat 4D3N

BAB I PENDAHULUAN. satu di Medan. Kota Medan memiliki objek wisata yang bernilai lebih di mata

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. Kota Gudeg, Kota Pelajar, Kota Budaya dan Kota Sejarah. Dari julukan

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, di kota

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profile Perusahaan

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB I PENDAHULUAN. industri pariwisata nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kepariwisataan nasional diharapkan mampu menggalakkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis yang dihadapi perusahaanperusahaan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Merapi, Singgalang, dan Sago menjadi daya tarik Kota Bukittinggi. Kota yang

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumen, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB I. Pendahuluan. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan industri membawa dampak bagi kehidupan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut upaya strategi bisnis dan kemampuan teknologi yang mahir di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak mungkin hanya memproduksi sebuah destinasi saja. Kegiatan pariwisata juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan regional, terutama peningkatan percepatan pembangunan dan perekonomian wilayah cukup besar. Hal ini menyebabkan pembangunan pariwisata menjadi salah satu sektor yang menjadi prioritas, khususnya di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan laporan World Economic Forum in Geneva, Switzerland (2009), saat ini pariwisata Indonesia masih berada pada peringkat 81 di dunia. Tambahan UN- WTO mengemukakan telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan internasional yang berkunjung ke Indonesia tahun 2013 mencapai 8.044.462 orang atau mengalami peningkatan sebesar 5,16% dari tahun sebelumnya. Mempertimbangkan kondisi tersebut sudah seharusnya pengembangan pembangunan sektor pariwisata dilaksanakan secara optimal dalam kontribusinya kepada lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya, khususnya terhadap seluruh masyarakat di Indonesia supaya dapat merasakan manfaat dari pembangunan yang dilaksanakan di daerahnya. Salah satu daerah di Indonesia yang sedang dikembangkan kegiatan pariwisatanya adalah Provinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat sebagai salah satu destinasi pariwisata di Indonesia dan merupakan pusat pengembangan untuk wilayah barat Indonesia memerlukan strategi-strategi yang holistik dalam pengembangannya, sehingga mampu mewujudkan Propinsi Sumatera Barat sebagai destinasi yang kompetitif. Seluruh aktifitas dan kategori wisata pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari tiga hal yaitu: what to see, what to do, dan what to buy. Sumatera Barat memiliki keadaan dan kondisi geografi yang sangat indah serta ragam destinasi alam, budaya dan sejarah yang merupakan daya tarik bagi provinsi tersebut. 1 BERKUNJUNG

2 Destinasi wisata di Sumatera Barat meliputi objek wisata alam, budaya dan minat khusus tidak terlalu banyak memerlukan intervensi manusia untuk menjadikannya sebagai objek wisata seperti Ngarai Sianok di Bukittinggi, Danau Maninjau, Lembah Anai, Danau Singkarak, Resort Wisata Mandeh di Pesisir Selatan dan lain sebagainya. Selain memiliki alam yang indah, Propinsi Sumatera Barat juga memiliki tempat-tempat bersejarah, pusat-pusat budaya bernilai tinggi dan unik. Diantara situs-situs budaya itu adalah Lobang Jepang, Jam Gadang, Benteng Fort de Kock di Bukittinggi, Istana pewaris raja Pagaruyung di Batu Sangkar dan masih banyak objek wisata budaya lainnya yang menjadi daya tarik sebagai daerah tujuan wisata. TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN SUMATERA BARAT Tahun Jumlah Pertumbuhan Wisatawan (%) 2011 4.785.868-2012 5.261.941 9,95 2013 5.855.600 11,28 2014 7.026.720 20,00 Sumber: http://www.sumbarprov.go.id Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan baik nusantara maupun asing yang datang berkunjung ke Sumatera Barat dalam empat tahun terakhir cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata tentunya dapat berdampak positif bagi perkembangan sektor pariwisata di daerah-daerah yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Salah satu daerah di Sumatera Barat yang tengah giat mengembangkan pariwisata adalah Kota Sawahlunto. Kota Sawahlunto merupakan kota yang berkembang dari aktivitas penambangan batubara sejak zaman Hindia Belanda dan merupakan tambang batubara tertua di Indonesia. Kota Sawahlunto ini mulai mengalami masalah dalam pembangunan wilayah sejak berhentinya aktivitas penambangan karena habisnya cadangan tambang terbuka yang merupakan sumber daya penggerak perekonomian kota.

3 Sektor pertambangan dewasa ini bukan lagi sebagai penggerak ekonomi daerah tersebut, oleh karena itu pada tahun 2005 Pemerintah Kota mengambil langkah strategis dengan melakukan revitalisasi bangunan bekas tambang-tambang tua yang tersebar di berbagai kawasan yang ada di Kota Sawahlunto untuk dijadikan sebagai atraksi wisata. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah ternyata berdampak positif terhadap perekonomian wilayah yang bersangkut akibat adanya peningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke objek-objek wisata sejarah yang sebelumnya merupakan bekas bangunan pertambangan yang terbengkalai. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto tahun 2014, secara keseluruhan jumlah objek wisata yang ada di Kota Sawahlunto cukup beragam namun jenis wisata minat khusus merupakan yang paling banyak di Kota Sawahlunto. Tabel 1.2 dibawah ini menunjukkan objek dan jenis wisata yang ada di Kota Sawahlunto. TABEL 1.2 DESTINASI WISATA DI KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2014 No Nama Destinasi Wisata Tahun 2013 2014 1 Waterboom 13.8799 15.9646 2 Resort Kandi 245839 26.2502 3 Museum Gudang Ransum 14.634 14.102 4 Galeri Info Box 8.289 10.298 5 Museum Kereta Api 18.934 15.525 6 Kampung Wisata Rantih 3.587 3.628 7 Kereta Wisata Mak Itam 6.789 5.489 8 Bioskop 4 dimensi 2.9340 19.799 9 Puncak Polan 5.834 5.003 Jumlah 432.305 495.992

4 Sumber: Disbudpar Kota Sawahlunto, tahun 2015 Tabel 1.2 menunjukkan setiap tahunnya wisatawan yang datang ke Sawahlunto mengalami peningkatan dapat dilihat dari objek yang ada kota Sawahlunto, memprioritaskan dalam pengembangan wisata sejarah. Melihat potensi yang ada Kota Sawahlunto terus menjajaki pengakuan dunia international. Selain dalam proses pengajuan sebagai Heritage City ke UNESCO. Sesuai dengan visi pembangunan Kota sawahlunto yang ada dalam Peraturan Daerah (Perda) nomor 2 Tahun 2001 yaitu menjadi Kota Wisata Tambang yang Berbudaya pada Tahun 2020. Penetapan tahun 2020 merupakan target waktu pencapaian kota bertranformasi dari hanya sekedar kota pertambangan menjadi kota Wisata Tambang dan juga sebagai landasan motivasi bagi Pemerintah dan stakeholder dalam pembangunan kota ini kedepannya. Untuk mewujudkan visi Kota sebagai Wisata Tambang yang BERBUDAYA pemerintah mulai membenahi peninggalan-peninggalan yang ada dengan membuat peraturan dalam bentuk penyusunan dan penetapan Draft Perda Pelestarian Benda Cagar Budaya dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Sawahlunto Nomor 109 tahun 2006 tanggal 23 Maret 2006, sebanyak 73 buah peninggalan budaya fisik di kota Sawahlunto sudah dilndungi dan disahkan sebagai Benda Cagar Budaya. Museum Gudang Ransum adalah salah satu atraksi wisata heritage pertama yang dikembangkan oleh kota Sawahlunto. Museum ini merupakan bekas dapur umum para pekerja tambang batu bara dan pasien Rumah Sakit Sawahlunto yang ketika itu berjumlah ribuan. Gedung Museum sendiri dibangun pada 1918 sewaktu penjajahan Belanda. Gedung yang kaya akan nilai historical dan salah satu saksi bisu saksi sejarah dari perkembangan pertambangan batubara Kota Sawahlunto. Latar belakang gedung yang sangat kaya akan sejarah menjadi satu alasan pemerintah merevitalisasi bekas kawasan perumahan para keturunan manusia rantai (pekerja paksa) menjadi sebuah atraksi wisata sejarah pertambangan yang sangat iconik menunjukkan kolonialisme Belanda pada jaman dahulu.

5 Strategi yang dilakukan oleh Disparbud Kota Sawahlunto sebagai pengelola Museum Gudang Ransum dalam upaya mempertahankan dan meningkatan jumlah kunjungan selama ini pihak pengelola telah melakukan perbaikan dan evaluasi dari aspek jasa yang ditawarkan (product), harga (price) yang relatif terjangkau maupun promosi (promotion) melalui booklet, leaflet dan internet. Penggunaan strategi marketing mix yang telah diterapkan tersebut dianggap sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari wisatawan untuk datang berkunjung tetap ada dalam setiap waktu. Walaupun demikian banyak diantara wisatawan yang datang dan memilih Museum Gudang Ransum masih didominasi oleh wisatawan yang kebetulan baru berkunjung dan menjadikan Museum Gudang Ransum sebagai pilihan bukan karena keunggulannya tetapi akibat tempat wisata lain seperti wisata lebih modern dan sudah penuh oleh pengunjung. Kondisi ini menjadi indikasi adanya masalah dari keputusan wisatawan untuk datang berkunjung dan menjadikan Museum Gudang Ransum sebagai pilihan utama. TABEL 1.3 TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN MUSEUM GUDANG RANSUM Tahun Nusantara Wisatawan Asing jumlah 2012 14.425 737 15.162 2013 14.088 810 14.898 2014 13490 612 14.102 Sumber: Disparbud Kota Sawahlunto, 2015 Dilihat dari tingkat kunjungan yang ada terlihat ada trend penurunan tingkat kunjungan ke Museum Gudang Ransum baik itu wisatawan nusantara dan wisatawan asing. Mulai dibukanya atraksi baru yang sejenis mungkin menjadi sebuah problematika tersendiri, ketika Museum yang menjadi pelopor mulai ditinggalkan konsumen karena persaingan dengan museum yang lainnya. Mengatasi persoalan tersebut, pengelola dituntut untuk mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif, dimana strategi pemasaran harus disesuaikan menurut kebutuhan pelanggannya dan yang tak kalah penting untuk meningkatkan jumlah pelanggan adalah memperhatikan unsur-unsur orang (people), proses (process), dan bukti fisik (physical evidence) yang menyertai pelayanan yang selama ini belum digarap secara optimal oleh pengelola. Orang (people) dalam destinasi wisata khusus mempunyai peran penting dalam selama berlangsungnya proses penyampaian jasa dan dapat mempengaruhi

6 persepsi wisatawan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan. Kemampuan karyawan dalam memainkan penyampaian jasa akan mempengaruhi wisatawan yang datang. Menjadikan masyarakat lokal karyawan adalah inovasi yang dilakukan pengelola dan untuk mengurangi tingkat pengangguran masyarakat lokal ini pun diberdayakan sebagai saksi sejarah hidup dan tour guide oleh pengelola tetapi perhatian dan kepekaan karyawan belum sesuai dengan harapan wisatawan. Bukti fisik (physical evidence) merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Bukti fisik (physical evidence) pada Museum Gudang Ransum lebih ditujukan kepada penampilan fisik sarana seperti daya tarik bangunan, kelengkapan fasilitas dan jaminan keamanan. Hasil observasi dan wawancara awal dengan pengelola didapat informasi bahwa, aspek bukti fisik (physical evidence) dari Museum Gudang Ransum (sarana prasana fasilitas pendukung kondisi atau interior design bangunan termasuk tata letak, dan sarana lainnya) pada umumnya masih belum optimal. Bukti fisik sangat penting dalam membentuk image atau persepsi karena melalui bukti fisik ini wisatawan siap untuk mengidentifikasikan dan membandingkan suatu destinasi dengan destinasi wisata lainnya sehingga dalam pengambilan keputusan berkunjung wisatawan tidak salah pilih. Pemerintah sebagai pengelola telah revitalisasi bangunan menjadi museum dan menjaga keaslian dan bentuk dari alatalat masak yang dipakai dapur umum pada jaman kolonial. Tetapi keautentikan barang-barang bekas peninggalan Belanda ini tercoreng dengan adanya barangbarang yang berasal dari Kerajaan Negeri Sembilan sebagai bentuk kerjasama budaya Pemerintah Kota Sawahlunto dan Kerajaan Negeri Sembilan Malaysia. Proses (process) dalam jasa diciptakan dan disampaikan pada pelanggan merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa, karena para wisatawan akan mempersepsikan sistem penyampaian jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Keberadaan pemandu yang tidak selalu berada didalam kawasan museum dan kemampuan berbahasa masyarakat lokal ketika memandu yang masih menggunakan bahasa lokal Tangsi dalam memberikan penjelasan pada

7 wisatawan menjadi penghambat wisatawan untuk lebih menikmati cerita sejarah Museum Gudang Ransum. Keadaan orang (people), proses (process) dan bukti fisik (physical evidence) tersebut di atas sebenarnya mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke Museum gudang ransum, tetapi jika melihat dari naik turunnya jumlah wisatawan maka harus diperlukan upaya-upaya yang berkesinambungan untuk mendongkrak jumlah wisatawan yang berkunjung ke Museum Gudang Ransum. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis perlu untuk melakukan penelitian tentang: Pengaruh People, Physical Evidence dan Process Terhadap Keputusan Berkunjung (Survei pada Pengunjung Museum Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto). 1.2 Identifikasi Masalah Perkembangan Kota Sawahlunto dengan industri pariwisatanya telah memberikan hasil yang signifikan terhadap perekonomian penduduk, Museum Gudang Ransum merupakan cikal bakal industri pariwisata Kota Sawahlunto yang mulai ditinggalkan karena dibangunnya museum-museum baru dengan tema sejenis yaitu dengan konsep pertambangan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran people (orang) sebagai pelaku penyampaian jasa di Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto? 2. Bagaimana gambaran mengenai physical evidence (bentuk fisik) dari Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto sebagai daya tarik wisata? 3. Bagaimana gambaran mengenai process (proses) dalam penyampaian jasa yang ditawarkan di Museum Gudang Ransum? 4. Bagaiman gambaran keputusan berkunjung wisatawan di Museum Gudang Ransum kota Sawahlunto?

8 5. Bagaimana pengaruh people, physical evidence dan process terhadap keputusan berkunjung wisatawan di Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil kajian mengenai: 1. Gambaran People (orang) sebagai pelaku penyampaian jasa di Museum Gudang Ransum 2. Gambaran mengenai physical evidence (bentuk fisik) dari Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto sebagai daya tarik wisata 3. Gambaran mengenai process (proses) dalam penyampaian jasa yang ditawarkan di Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto 4. Gambaran keputusan berkunjung wisatawan di Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto 5. Seberapa besar pengaruh people, physical evidence dan process terhadap keputusan berkunjung wisatawan di Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto 1.5 Kegunaan Penelitian kegunaan : Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi pengembangan ilmu dan penelitian dalam bidang disiplin ilmu Manajemen Pemasaran Pariwisata khususnya mengenai people, physical evidence dan process dalam pemasaran jasa dan keputusan berkunjung wisatawan, sehingga dapat memberikan masukan bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan Manajemen Pemasaran Destinasi. 2. Kegunaan Praktis

9 Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pengelola objek Museum Gudang Ransum Kota Sawahlunto untuk dapat lebih mengetahui program mana yang dapat memberikan keuntungan lebih banyak terutama dalam hal pengembangan dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, sehingga dapat menjadikan bahan informasi agar nantinya dapat lebih dikembangkan lagi kearah yang lebih baik bagi pengembangan wisata heritage di Kota Sawahlunto.