BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dan berganti menjadi era Reformasi. Pada era ini, desentralisasi dimulai ketika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki babak baru pengelolaan negara, pemerintah mulai

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1732

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan Negara merupakan suatu kegiatan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia salah satunya yaitu Pulau Jawa yang menjadi pusat perkonomian di Indonesia. Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi bagi perekonomian Indonesia adalah provinsi Jawa Barat yang memiliki kualitas laporan keuangan yang baik dan dinilai berhasil dalam menyusun dan menyajikan Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dengan capaian tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, ini dibuktikan dengan diberikannya penghargaan dari Presiden RI Joko Widodo karena mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) lima kali berturut turut. Adapun Kota/Kabupaten di provinsi Jawa Barat yang meraih WTP diantaranya Ada tujuh pemda yang meraih opini WTP dari tahun sebelumnya yakni, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kota Cimahi, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Tasikmalaya.Sementara itu, ada empat pemda yang meraih opini WTP untuk pertama kalinya yakni Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bogor, Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang. Akan tetapi masih ada beberapa Kota/Kabupaten di provinsi Jawa Barat yang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) diantaranya Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Pangandaran dan Kota Cirebon. Kota Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dan salah satu pusat perekonomian di provinsi Jawa Barat akan tetapi Kota Bandung termasuk dalam Kota yang masih belum mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini berarti dalam pengelolaan keuangannya masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Berikut merupakan opini yang diberikan BPK atas laporan keuangan pemerintah di Kota Bandung dari tahun anggaran 2009-2015. 1

Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun 2009-2015 No Tahun Opini BPK 1 2009 Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) 2 2010 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 6 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 7 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber : bpk.go.id Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa BPK memberikan opini pada Kota Bandung di tahun 2009 dengan opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer), ini dikarenakandalam penyajian dan pengungkapan dana bergulir pada masyarakat tidak disajikan sesuai nilai bersih yang dapat direalisasikan sebagaimana dinyatakan dalan standar akuntasi pemerintahan. di tahun 2010 cukup meningkat dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Serta di tahun 2011-2015 masih konsisten dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) ini di karenakan masih adanya masalah aset yang belum terdata dengan akurat (bpk.go.id). Sepanjang 2015 Kota Bandung di bawah kepepimpinan Wali Kota Ridwan Kamil berhasil meraih prestasi dan sejumlah penghargaan. Penilaian sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) yang mendapat nilai A, Wali Kota bandung akan menargetkan untuk tahun yang akan datang meraih opini WTP dengan merencanakan program ke depan dalam waktu dekat adalah Adipura tingkat kelurahan (pikiranrakyat.com). Opini Kota Bandung pada tahun 2015 hanya mendapatkan WDP dikarenakan adanya permasalahan mengenai aset, dalam hal ini Wali Kota Bandung 2

akan mengupayakan membentuk tim percepatan asset yang akan mengurusi kejelasan asset di Kota Bandung, tahun ini Ridwan Kamil menargetkan 100 aset untuk diselesaikan sertifikasinya (detik.com). 1.2 Latar Belakang Reformasi Keuangan Negara oleh pemerintah salah satunya ditetapkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Laporan keuangan merupakan hal yang penting bagi pemerintahan pusat maupun daerah khususnya pada pasal 31 ayat (1) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan merupakan faktor penting bagi pemerintah yang harus diperhatikan dalam menyajikan laporan keuangan dan merupakan sebuah media bagi entitas (pemerintah) untuk mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang dihasilkan sangat penting bagi pemerintah agar informasi tersebut benar-benar bermanfaat bagi pengambilan suatu keputusan dan keputusan tersebut diharapkan dapat membawa pemerintahan ke arah yang lebih baik. Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah ukuranukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu dapat dipahami (understandability), relevan, andal (reliability), dan dapat dibandingkan(comparability). Salah satu indikator kualitas laporan keuangan bisa dilihat dari opini auditor eksternal (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah, yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang komponennya meliputi: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, 3

dan Catatan atas Laporan Keuangan. Opini BPK secara bertingkat terdiri dari: Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Keberhasilan dalam penyajian laporan keuangan yang berkualitas bergantung pada pelaksananya atau Sumber Daya Manusianya (SDM). Didalam pemerintahan, SDM atau kepegawaian PNS diatur dengan UU Nomor 43 tahun 1999 tentang pokokpokok kepegawaian. Kualitas sumber daya manusia adalah kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan bekal pendidikan, pelatihan, pengalaman, sertifikasi, maupun uji kompetensi yang memadai. Dalam variabel ini sumber daya manusia mengukur bagaimana kualitas sumber daya manusia pada umumnya. Dari hasil penelitian (Basukianto, 2015) meskipun pemerintahan Provinsi Jawa Tengah mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) tetapi hasil menunjukan bahwa 105 responden (74,47%) menyatakan bahwa jumlah pegawai/staf yang berlatar belakang akuntansi belum memadai, dan hanya 36 responden (25,53%) sudah cukup memadai. Hal ini menjunjukan bahwa yang berlatar belakang akuntansi masih rendah. Menurut hasil penelitian (Rama Mahaputra & Putra, 2014), (Basukianto, 2015)menunjukan Kompetensi SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas kualitas Laporan Keuangan.Adapun Hasil temuan yang menunjukkan ketidakkonsistenan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya yaitu penelitian (Indrisari, Desi, & Nahartyo, 2008)dan (Zuliarti, 2012)menunjukkansumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap keandalan laporan keuangan. Dalam memperoleh kualitas laporan keuangan yang baik tentunya SDM harus memahami regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan berebasis akrual. Dalam hal Sumber Daya Manusia diukur dengan lebih spesifik yaitu tentang pemahamannya terhadap regulasi standar akuntansi berbasis akrual. Definisi pemahaman regulasi adalah pemahaman anggota/pegawai mengenai peraturan, prosedur dan kebijakan tentang peraturan daerah. Peraturan yang dimaksud adalah pedoman yang harus dilakukan serta prosedur terkait dengan serangkaian strategi untuk mencapai tujuan. 4

Dalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan, pemerintah merevisi PP No. 24 Tahun 2005 dengan mengeluarkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP yang berbasis akrual. Penerapan akuntansi berbasis akrual diperlukan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta untuk memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih transparan dan akuntabel. Perubahan regulasi akuntansi pemerintah dari basis kas ke basis akrual cukup kompleks sehingga diperlukan pemahaman yang utuh mengenai konsep akuntansi. Jika pemahaman regulasi atas tersebut rendah maka kualitas laporan keuangan menjadi rendah. Dasar pemikirannya adalah pemahaman terhadap aturan yang tidak penuh mengindikasikan implementasi aturan cendrung menggunakan insting dibandingkan aturan yang berlaku. Rendahnya keterampilan dasar mengenai pemahaman menjadi salah satu hambatan dalam penerapan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual di Fiji (Tickell, 2010). Mardiasmo mengatakan implementasi ini harus sudah dijalankan agar tidak lupa dengan amanat Undang-Undang tersebut. Dia mengatakan pemerintah telah melakukan persiapan untuk menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual seperti penyesuaian regulasi di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan, pembangunan sistem aplikasi, peningkatan kapasitas SDM serta penguatan komitmen penyelenggaraan pemerintah. Kompetensi standard untuk SDM sudah ada, sistem akuntannya sudah ada dan sudah di luncurkan, sosialisasi juga sudah dilakukan agar SDM mampu memahami tentang SAP berbasis akrual." Masing-masing kementertian dan lembaga juga ditunjuk Duta Akrual yang diharapkan dapat menciptakan komunikasi dan koordinasi serta menjadi fasilitator atas perubahan penerapan basis akuntansi akrual di pemerintah pusat. Nantinya akuntansi berbasis akrual ini juga akan diterapkan ke pemerintah daerah (mardiasmo, 2015). Walapupun semuanya sudah dijalankan dalam persiapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual tetapi opini yang diberikan BPK kepada pemerintah pusat pada tahun anggaran 2015 yakni Wajar Dengan Pengecualian (WDP) hal ini mengakibatkan kualitas laporan keuangan di pemerintahan pusat masih belum mencapai WTP. Dari hasil uji penelitian (Kiranayanti & Erawati, 2016) Variabel Pemahaman Atas Regulasi Sistem Akuntansi 5

Pemerintahan berbasis akrual berpengaruh positif signifikan terhadapkualitas laporan keuangan. Selain itu yang bisa mempengaruhi kualitas laporan keuangan ialah sistem pengendalian internalnya. Dalam PP 60 tahun 2008 tentang Sistem pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) peraturan ini mengadopsi model Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). Menurut COSO sistem pengendalian merupakan proses kegiatan yang dilakukan di dalam entitas (organisasi, termasuk perusahaan), dipengaruhi oleh dewan komisaris (atau dewan pengawas serupa), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan jaminan yang layak agar entitas mencapai tujuan-tujuannya. Adapun kerangka SPIP dalam PP 60/2008 antara lain, Lingkungan pengendalian, Penilaian risiko, Kegiatan pengendalian, Informasi dan komunikasi, dan pemantauan.walapun banyak provinsi atau kota/kabupaten yang memiliki kualitas laporan keuangan baik dan mendapat opini WTP tetapi belum tentu memiliki pengendalian internal yang baik, seperti yang dikemukakan oleh (Purnomo, 2012) bahwa WTP tidak menjamin tidak ada korupsi di lembaga yang memperoleh opini demikian. WTP menjadi obsesi pimpinan lembaga, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sampai melayangkan kritik, WTP seolah menjadi ajang pameran pimpinan lembaga pusat dan daerah. Bahkan ada kepala daerah yang memerintahkan anak buahnya menyuap auditor BPK agar hasil pemeriksaan beropini WTP. Seperti kasus dua orang auditor BPK perwakilan Jawa Barat yang divonis masing-masing empat tahun penjara karena menerima suap ratusan juta dari pejabat Pemerintah kota Bekasi. Uang suap itu diberikan agar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Bekasi memuat WTP. Selain SDM setiap instasi pasti membutuhkan teknologi informasi yaitu berupa Sitem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA Keuangan)/ Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKDA) yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektifitas implementasi berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang didasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. merupakan suatu aplikasi yang dibuat dan dikembangkan 6

oleh BPKP dengan tujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya. Dengan aplikasi ini, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi dan akurat, dimulai dari penganggaran, penatausahaan hingga akuntansi dan pelaporannya. SIMDA Keuangan sudah digunakan lebih dari 400 pemerintah daerah di Indonesia. Bahkan, sekarang dengan berlakunya akuntansi pemerintahan berbasis akrual basis, pemda yang menggunakan SIMDA Keuangan akrual basis sudah hampir mencapai 500 pemda (bpkp.go.id, 2015). Walaupun Provinsi Kalimantan timur mendapat opini WTP tetapi dalam penerapan SIMDA masing masing SKPD belum sepenuhnya terintegritas dikarenakan masih ada permasalahan dan kendala dalam pemungutan pajak dan retribusi yang tidak sesuai dengan aturan. Menurut Maulidyah selama ini dalam pelaksanaannya terdapat berbagai macam permasalahan dan kendala. Seperti belum terintegrasinya SIMDA pendapatan ke SIMDA keuangan yang mengakibatkan operator harus menginput kembali ke SIMDA keuangan (prokal.co, 2015). Menurut hasil penelitian (Dewi & Mimba, 2014) penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. berbeda dengan hasil penelitian (siahaan & fachruzamman, 2013) Sistem Manajemen Akuntansi tidak mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Dalam catatan atas laporan keuangan Kota Bandung tahun 2015 bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan telah memenuhi karakteristik kualitas laporan keuangan yang baik yakni menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi; Menyajikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran maupun antar periode; Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, dan kinerja keuangan sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparasi Laporan Keuangan Pemerintahan maupun daerah diperlukan adanya pemeriksaan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Opini 7

yang diraih Kota Bandung pada tahun 2015 mendapatkan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian) hal ini dikarenakan persoalan asset dan piutang pajak diantaranya aset senilai 11,07 trilliun disajikan tidak berdasarkan nilai perolehan atau nilai wajar, senilai 502,97 miliar tidak diketahui keberadaannya dan senilai 47,38 milliar tidak didukung rincian dan masih adanya sarana dan prasarana umum yang belum tercatat. Untuk piutang pajak senilai 1,10 milliar tidak diakui oleh Wajib pajak dan senilai 4,64 milliar tidak dapat ditelusuri. Berdasarkan fenomena dan kesimpulan dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem Pengendalian Internal dan Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Rumusan Masalah Kualitas laporan keuangan pada Kota Bandung masih lemah. Hal ini di buktikan dengan Laporan Keuangan Kota Bandung dari 6 tahun terakhir masih bertahan dengan opini Wajar Dengan Pengecuali (WDP) bahkan pada tahun 2009 mendapat opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) hal ini dikarenakan dalam penyajian dan pengungkapan dana bergulir pada masyarakat tidak disajikan sesuai nilai bersih yang dapat direalisasikan sebagaimana dinyatakan dalan standar akuntasi pemerintahan. di tahun 2010 cukup meningkat dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Serta di tahun 2011-2015 masih konsisten dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) ini dikarenakan masih adanya masalah dalam pengelolaan asetnya. Hal ini di perkuat dengan beberapa penelitian yang terlebih dahulu meneliti, ini dimungkinkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan yaitu: Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem Pengendalian Internal dan 8

Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat mengidentifikasi pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut yaitu: 1) Bagaimana Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem Pengendalian Internal dan Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah dan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 2) Apakah Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem Pengendalian Internal dan PenerapanSistem Manajemen Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung? 3) Bagaimana pengaruh secara parsial : a) Apakah Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan? b) Apakah Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan? c) Apakah pengaruh secara parsial Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan? d) Apakah pengaruh secara parsial Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian bahwa dapat diidentifikasi bahwa tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui Bagaimana Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem 9

Pengendalian Internal dan Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah dan kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 2) Untuk menganalisis apakah Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual, Sistem Pengendalian Internal dan Penerapan Sistem Manajemen Keuangan Daerah secara simultan berpengaruh terhadap kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bandung. 3) Untuk menganalisis secara parsial : a) Untuk menganalisis apakah Kualitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan di Kota Bandung. b) Untuk menganalisis apakah Pemahaman Regulasi Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan di Kota Bandung. c) Untuk menganalisis apakah Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangandi Kota Bandung. d) Untuk menganalisis apakah Penerapan Sistem Manajemen Daerah Keuangan berpengaruh terhadap Kualitas Laporan keuangan di Kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca maupun peneliti selanjutnya, baik secara aspek teoritis maupun praktis, seperti berikut ini: 1.6.1 Aspek Teoritis Bagi Peneliti selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor faktor apa saja yang mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan. 10

1.6.2 Aspek Praktis Bagi pemerintahan daerah Kota Bandung, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam memperbaiki Kualitas laporan keuangan dan Penelitian ini diharapkan pula agar dapat menambah serta meningkatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan Pemerintahan Kota Bandung, sehingga dapat meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan di Pemerintahan Kota Bandung. 1.7 Sistematika Penulisan Pada sistematika penulisan, penulis akan menjelaskan secara ringkas mengenai bab demi bab, yang terdiri dari lima bab untuk membantu penulis mempermudah pembahasan dan mengarahkan pemikiran penulis pada kerangka acuan yang telah ditentukan dengan sistematis. Urutan penulisan bab yang akan disajikan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumen teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori yang menjadi dasar bagi penelitian dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian, dan ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. 11

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai langkah-langkah analisis data dan hasil analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan alat analisis yang diperlukan serta pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini membahas mengenai kesimpulan peneliti yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu juga disertakan saran yang berguna bagi instansi maupun penelitian selanjutnya. 12

13