III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2015 di

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

Lampiran 1. Road-map Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Lokasi penelitian di

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Identifikasi Bakteri Uji Peningkatan Virulensi Bakteri Uji

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

Lampiran 1. Road-map Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

III. METODE PENELITIAN. UNILA dan Laboratorium Kesehatan Lingkungan Balai Besar Pengembangan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TEKNIK DIAGNOSTIK IKAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2010 yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

II. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

IV. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan September 2004 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. tepung ikan gabus (Channa striata, BLOCH) pada pakan komersial terhadap

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni Lokasi penelitian di

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juli 2016,

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Penyiapan media bakteri Aeromonas hydrophila

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2007. Bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: 15 buah akuarium beserta kelengkapannya, mikroskop, haemacytometer, syringe 1 ml, gelas objek, termometer, eppendorf (tube), bunsen, jarum ose, cawan petri, autoklaf, oven, tabung reaksi, pipet mikro, tip, vorteks, timbangan, sentrifuge, water bath shaker, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: larutan kitosan, ikan lele dumbo, biakan bakteri murni Aeromonas hydrophila, biakan bakteri murni Staphylococcus aureus, TSA (tryptic soy agar), TSB (tryptic soy broth), PBS (phospat buffer salinity), alkohol, aquades, pewarnaan giemsa, HCl 0.1N, larutan Hayem (Lampiran 1), larutan Turk s, cristoceal, alkohol 70%, akuades steril, kertas tissue, asam asetat, metanol 100 %, spiritus, sodium sitrat 3,8 %, dan pakan ikan. 3.3. Metode Penelitian Tahap penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan wadah, persiapan ikan uji, pembuatan larutan kitosan, pemberian kitosan pada ikan uji, penyediaan suspensi bakteri Aeromonas hydrophila, dan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan uji. Penelitian dilakukan melalui penyuntikan kitosan secara in vivo dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. 3.3.1. Persiapan Wadah Tahap persiapan dimulai dengan membersihkan akuarium dan tandon menggunakan sabun dan didisinfeksi menggunakan kaporit (tandon), setelah itu dibilas dengan air bersih dan dikeringkan selama 1 hari. Bagian dinding akuarium ditutup dengan plastik hitam, untuk menghindari stress akibat sinar dan lalu lalang orang. Akuarium yang digunakan 15 buah dan 3 tandon. 25

Akuarium disusun pada tempatnya serta diisi dengan air sampai ketinggian 25 cm dan dipasang aerasi. Sebelumnya air diendapkan terlebih dahulu selama 7 hari dalam tandon. 3.3.2. Persiapan Ikan Uji Ikan berasal dari petani di Ciampea, Bogor dengan bobot rata-rata 53,61 ± 1.36 gram. Ikan ditebar 10 ekor di tiap akuarium lalu diadaptasikan selama 3 hari. Selama adaptasi, ikan uji diberikan pakan buatan berupa pelet terapung (kadar proteinnya 28%) sebanyak 3 kali dalam satu hari dengan FR (Feeding Rate) 3% dari bobot total. Pemberian pakan dilakukan secara ad satiation. Untuk menjaga kulaitas air selama penelitian maka dilakukan penyiponan 1 kali dalam dua hari. 3.3.3. Pembuatan Larutan Kitosan Kitosan dilarutkan dalam asam asetat, 1 2 %, kemudian distirer hingga larutan menjadi transparan dan berbentuk gel. Akuades steril ditambahkan ke dalam larutan kitosan untuk mencapai konsentrasi 2.144 mg/ml, 4.289 mg/ml, dan 6.433 mg/ml (Lampiran 2). 3.3.4. Penyediaan Suspensi Bakteri Aeromonas hydrophila Biakan bakteri Aeromonas hydrophila berasal dari Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bakteri yang telah diinkubasi dalam media TSA pada tabung agar miring diambil menggunakan jarum ose (sampai memenuhi lingkaran jarum ose), kemudian dimasukkan ke dalam TSB. Selanjutnya bakteri tersebut diinkubasi selama 24 jam dalam water bath shaker dan dilakukan perhitungan kepadatan bakteri menggunakan optical density untuk selanjutnya diencerkan menjadi 10 5 cfu/ml (Lampiran 3). 26

3.3.5. Uji In vivo Pemberian kitosan dengan menggunakan 2 kontrol yaitu kontrol negatif dan kontrol positif, dan 3 pemberian dosis berbeda dari kitosan seperti tertera di bawah ini: 1. Kontrol negatif yaitu ikan disuntik dengan PBS sebanyak 0,1 ml/ekor ikan tanpa uji tantang 2. Kontrol positif yaitu ikan disuntik bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 5 cfu/ml (Ashry, 2007) ikan sebanyak 0.1 ml/ekor ikan 3. Ikan disuntik kitosan dengan dosis 2 µg/g ikan kemudian diberi uji tantang bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 5 cfu/ml sebanyak 0.1 ml/ekor ikan 4. Ikan disuntik kitosan dengan dosis 4 µg/g ikan kemudian diberi uji tantang bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 5 cfu/ml sebanyak 0.1 ml/ekor ikan 5. Ikan disuntik kitosan dengan dosis 6 µg/g ikan kemudian diberi uji tantang bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 10 5 cfu/ml sebanyak 0.1 ml/ekor ikan Pemberian kitosan dilakukan dengan cara penyuntikan intramuskular pada ikan, setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Setelah 7 hari penyuntikan kitosan maka dilakukan uji tantang dengan menyuntikan Aeromonas hydrophila pada ikan uji. 3.3.6. Parameter Penelitian 3.3.6.1. Gambaran Darah Pengambilan sampel darah akan dilakukan pada hari ke-0, 2, 4, dan 6 pasca uji tantang bakteri. Uji pengaruh larutan kitosan terhadap gambaran darah ikan dari masing-masing akuarium diambil sampel 1 ekor ikan lele, sehingga setiap pengamatan darah ada 3 ekor yang diperiksa pada perlakuan dan kontrol untuk dilihat jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hematokrit, kadar hemoglobin, indeks fagositik, dan diferensial leukosit. Selain itu diamati juga nafsu makan ikan, kelangsungan hidup ikan, bobot ikan, dan kualitas air. 27

a. Pengambilan Sampel Darah Darah ikan diambil dengan alat suntik yang ditusukkan sampai tulang vertebrae yang memiliki vena caudalis, lalu ditarik. Darah yang telah diambil lalu dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Sebelumnya, alat suntik dan tabung eppendorf sebagai tempat penyimpanan darah dibilas dengan antikoagulan, yaitu Na-sitrat 3.8 %. b. Perhitungan Jumlah Eritrosit (Svobodova, 1991) Perhitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Hayem di dalam pipet pencampur berskala maksimum 101. Di dalam pipet ini terdapat bulir berwarna merah yang berfungsi sebagai pengaduk. Darah dihisap dengan pipet pencampur hingga skala 0,5 lalu dengan pipet yang sama dihisap larutan Hayem hingga skala 101. Pipet kemudian digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum dilakukan perhitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang. Darah yang telah homogen kemudian diteteskan ke dalam haemacytometer tipe Nieubauer Improved yang telah ditutupi gelas penutup melalui bagiannya yang berlekuk hingga memenuhi seluruh bagian yang berskala. Agar volume darah yang dihitung tepat, kelebihan darah dihisap menggunakan kertas tissue. Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada 5 kotak besar haemocytometer tipe Nieubauer Improved dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989): eritrosit = rataan sel terhitung 1 x volume kotak besar x pengenceran c. Perhitungan Jumlah Leukosit (Svobodova, 1991) Perhitungan dilakukan dengan mengencerkan darah dengan larutan Turk s di dalam pipet pencampur berskala maksimum 11. Di dalam pipet ini terdapat bulir berwarna putih yang berfungsi sebagai pengaduk. Darah dihisap dengan pipet pencampur hingga skala 0,5 lalu dengan pipet yang sama dihisap larutan Turk s hingga skala 11. Pipet kemudian 28

digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar darah tercampur secara merata. Sebelum dilakukan perhitungan, larutan pada bagian ujung pipet yang tidak teraduk dibuang. Darah yang telah teraduk kemudian diteteskan ke dalam haemacytometer tipe Nieubauer Improved yang telah ditutupi gelas penutup melalui bagiannya yang berlekuk hingga memenuhi seluruh bagian yang berskala. Agar volume darah yang dihitung tepat, kelebihan darah dihisap menggunakan kertas tissue. Perhitungan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali pada 64 kotak besar haemacytometer dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989): leukosit = rataan sel terhitung 1 x volume kotak besar x pengenceran d. Pengukuran Hemoglobin (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Alifuddin, 1999) Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sahli. Prinsip metode ini adalah mengkonversikan hemoglobin dalam darah ke dalam bentuk asam hematin oleh asam klorida. Darah dihisap menggunakan pipet Sahli sampai skala 20 mm 3, ujung pipet yang telah digunakan dibersihkan dengan kertas tissue. Darah kemudian dipindahkan ke dalam tabung hemoglobin yang berisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (warna kuning), lalu didiamkan 3-5 menit agar hemoglobin bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Darah kemudian diaduk dan ditambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warnanya sama dengan warna standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat tinggi permukaan larutan yang dicocokkan dengan skala lajur Gr % yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah. e. Pengukuran Hematokrit (Chinabut et al., 1991) Darah dihisap menggunakan tabung mikrohematokrit berlapis heparin dengan sistem kapiler. Setelah darah mencapai ¾ bagian tabung kemudian salah satu ujung tabung disumbat dengan critoceal. Tabung kapiler yang telah 29

berisi darah kemudian dipusing (sentrifuge) dengan kecepatan putaran 6000 rpm selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan volume benda darah terhadap volume seluruh darah menggunakan skala hematokrit. Rumus kadar hematokrit : % hematokrit = volume lempeng darah ( a) volume keseluruhan cairan darah ( b) x 100% f. Diferensial Leukosit (Svobodova, 1991) Pengukuran diferensial leukosit (sel darah putih) dilakukan untuk mengetahui persentase tiap macam leukosit yang ada dalam darah. Perhitungan dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah. Setetes darah ditempatkan di atas gelas objek yang bersih (direndam metanol), lalu ujung gelas objek kedua ditempatkan di atas gelas objek pertama hingga membentuk sudut 30. Gelas objek kedua digeser ke arah berlawanan hingga terbentuk lapisan tipis darah, dibiarkan hingga kering. Preparat difiksasi dengan metanol absolut selama 5 menit, lalu diangkat dan dibiarkan kering udara. Pewarnaan preparat dilakukan selama 10 menit dalam wadah pewarnaan dengan larutan Giemsa. Lalu diangkat, dibilas dengan air mengalir, dan dibiarkan kering udara. Preparat yang telah jadi kemudian ditempatkan di bawah mikroskop, diberi imersi, dan diamati dengan perbesaran 400 kali. Diferensial leukosit (limfosit, monosit, neutrofil, dan trombosit) dihitung sampai 100 sel leukosit, kemudian dihitung jumlah sel limfosit, neutrofil, monosit, dan trombosit. Adapun perhitungan jumlah sel limfosit, neutrofil, monosit, dan trombosit secara matematika adalah sebagai berikut : L Presentase limfosit = x 100% 100 M Presentase monosit = x 100% 100 N Presentase neutrofil = x 100% 100 T Presentase trombosit = x 100% 100 30

Keterangan : L : Jumlah limfosit M : Jumlah monosit N : Jumlah neutrofil T : Jumlah trombosit L + M + N + T = 100 sel L% + M% + N% + T = 100% g. Indeks Fagositik Perhitungan dilakukan dengan mengambil 50 µl darah dimasukkan ke dalam eppendorf, kemudian ditambahkan 50 ml suspensi Staphylococcus aureus dalam PBS (10 7 sel/ml) kemudian dihomogenkan dan diinkubasi dalam suhu ruang selama 20 menit lalu sebanyak 5 ml dibuat preparat ulas dan dikeringkan di udara. Difiksasi dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan. Setelah itu direndam dalam larutan Giemsa selama 15 menit dan dicuci dengan air mengalir. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Aktivitas fagositik diukur berdasarkan jumlah monosit yang melakukan aktivitas fagositik terhadap jumlah sel monosit yang diamati. Sel fagositik dihitung hingga 100 sel. Indeks fagositik dihitung berdasarkan rumus Liut et.al (2003): Indeks Σ Sel monosit yang aktif memfagositik fagositik = x100% Σ Sel monosit 3.3.6.2. Pertambahan Bobot Ikan Pengukuran bobot rata-rata dilakukan pada awal dan akhir perlakuan dengan timbangan digital. Pertambahan bobot ikan dihitung dengan rumus (Zonneveld et al., 1991): Δ W = Wt Wo Keterangan: Δ W = Pertambahan bobot Wt = Bobot rata-rata akhir Wo = Bobot rata-rata awal 3.3.6.3. Kelangsungan Hidup Pengamatan kelangsungan hidup ikan uji dilakukan setiap hari pasca penyuntikan sampai akhir penelitian. 31

Tingkat kelangsungan hidup ikan uji (survival rate) dihitung dengan rumus (Effendi,1979): SR = Nt No x 100% Keterangan: SR = Kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan akhir (ekor) No = Jumlah ikan yang awal (ekor) 3.3.6.4. Pengukuran Kualitas Air Parameter kualitas air yang akan diamati meliputi pengukuran suhu, ph, DO, dan amoniak. Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian. 3.3.7. Analisis Data Dari hasil pengamatan parameter meliputi gambaran darah (jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hematokrit, nilai hemoglobin, indeks fagositik, dan diferensial leukosit), kelangsungan hidup ikan uji, respon makan, pertambahan bobot, dan kualitas air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing 3 kali ulangan kemudian diuji lanjut menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). 32

Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Kontrol Negatif (tanpa kitosan) Kontrol Positif (tanpa kitosan) Disuntik 2 µg kitosan/g ikan Disuntik 4 µg kitosan/g ikan Disuntik 6 µg kitosan/g ikan 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari 7 hari PBS 0,1 ml/ekor ikan Tanpa disuntik 0.1 ml/ekor ikan dengan kepadatan 10 5 cfu/ml 0.1 ml/ekor ikan dengan kepadatan 10 5 cfu/ml 0.1 ml/ekor ikan dengan kepadatan 10 5 cfu/ml 0.1 ml/ekor ikan Dengan kepadatan 10 5 cfu/ml Diamati Kelangsungan hidup, respon makan, bobot ikan, dan gambaran darah ikan (pada hari ke 0, 2, 4, dan 6) pasca injeksi 33