BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Agar pembangunan dapat berjalan dengan baik maka dibutuhkan dukungan dana. Pemerintah memprioritaskan menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri, dengan tujuan tidak terpengaruh apabila terjadi gejolak dipasar dunia. Apabila dana dari dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan maka pemeritah dapat menggunakan dana dari pasar dunia. Namun pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan moneter yang membuat perekonomian Indonesia terpuruk, hal ini membuat proses pembangunan menjadi terhambat. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah berupaya untuk meminjam dana dari dalam dan luar negeri, sehingga utang pemerintah semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) selalu dianggarkan defisit, untuk itu pemerintah melakukan berbagai macam usaha untuk mengurangi defisit anggaran tersebut. Seiring berjalannya waktu dengan adanya otonomi daerah, Pemerintah Daerah diharuskan mandiri untuk mengurusi jalannya roda kepemerintahan daerah. Otonomi Daerah menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah Daerah 1
dituntut untuk dapat memenuhi segala pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan daerah dan melakukan pembangunan. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintah, pelaksanana pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat di daerah ialah Pendapatan Asli Daerah. Untuk memenuhi biaya pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah tersebut Pemerintah Daerah akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan realisasi penerimaan daerahnya. Melalui peningkatan penerimaan tersebut diharapkan akan meningkatan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu penerimaan bagi daerah ialah Pajak Bumi dan Bangunan yang disingkat PBB. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak langsung yang pemungutannya langsung diserahkan kepada wajib pajak dan saat terutangnya pada awal tahun berikutnya. PBB merupakan pajak obyektif dengan obyek pajaknya berupa tanah dan atau bangunan yang menentukan terutang pajak atau tidaknya. Pada awalnya PBB termasuk pajak pusat, sejalan dengan desentralisasi keuangan sebagai salah satu bentuk kebijakan fiskal yang ditempuh, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI pada tanggal 18 Agustus 2009 telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Undang-undang tersebut diantaranya mengamanahkan pendaerahan atau pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang awalnya merupakan pajak pusat dialihkan menjadi pajak daerah yang pengelolaannya sepenuhnya berada di tangan pemerintah daerah paling lambat 1 Januari 2014. 2
Sebelum berlakunya UU PDRD, PBB P2 merupakan pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat namun demikian hasilnya seluruhnya diberikan kepada pemerintah daerah dengan proporsi tertentu. Dengan demikian tentunya pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang sangat besar terhadap pajak ini. Pola tax sharing seperti ini memang dahulu sangat diperlukan terutama sebagai salah satu sumber penyeimbang pendapatan daerah, sesuai dengan salah satu fungsi pajak itu sendiri yaitu sebagai pengatur (reguleren). Namun seiring dengan berkembangnya rezim otonomi daerah dimana daerah diminta untuk lebih mandiri dalam mengelola sumber-sumber pendapatannya maka pola bagi hasil tersebut menurut pengagas UU PDRD ini sudah tidak relevan lagi. Pendaerahan PBB P2 menurut beberapa penggagasnya, diharapkan akan meningkatkan penerimaan pendapatan daerah serta meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Salah satu Kabupaten yang akan mengelola secara mandiri PBB P2 pada tahun 2013 ialah Kabupaten Sleman. Hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2012 yang berlaku sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya Perda tersebut pengelolaan PBB P2 telah diserahkan dari pemerintah pusat kepada Kabupaten Sleman. Semakin meningkatnya penerimaan PBB akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang tentu akan berdampak positif pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Namun keberhasilan ini sebaiknya dapat dipertahankan oleh pemerintah daerah agar kedepannya perolehan PBB dapat mencapai target yang telah ditetapkan. 3
Dengan melihat ilustrasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah salah satu pendapatan bagi daerah yang dapat digunakan untuk melakukan pembangunan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Penulis sangat tertarik dengan efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang dikaitkan dengan pengalihan pengelolaan di Kabupaten Sleman sehingga penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut : ANALISIS EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SERTA PERSIAPAN PENGALIHAN PENGELOLAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE KABUPATEN SLEMAN. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas pokok masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar laju pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan sejak tahun 2008-2012 dan target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan selalu tercapai disetiap tahunnya? 2. Apakah usaha yang dilakukan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah serta faktor penghambat dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan? 3. Bagaimana persiapan Pemerintah Daerah Sleman dalam pelimpahan wewenang pengurusan Pajak Bumi dan Bangunan dari Pusat ke Daerah serta perbedaan dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sebelum dan setelah adanya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah? 4
1.3 BATASAN MASALAH Dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penulisan pada pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Sleman. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan hanya dibatasi pada analisis pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Kabupaten Sleman periode 2008-2012, menganalisis persiapan pengelolaan PBB secara mandiri serta perbandingan pemungutan pajak sebelum dan setelah adanya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Derah. 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah maka penilitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar laju pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Sleman dan mengetahui target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tercapai atau tidak. 2. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sleman dalam rangka meningkatkan PBB sebagai sumber penerimaan daerah serta mengetahui faktor penghambat dalam pemungutan PBB. 3. Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan Pemerintah Daerah Sleman dalam pengelolaan PBB secara mandiri serta mengetahui perbedaan dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sebelum dan sesudah adanya Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 5
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah Kabupaten Sleman dan pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan merumuskan kebijakan untuk dalam pengelolaan pemungutan PBB 2. Memberi sumbangan informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjtunya. 1.6 METODE PENELITIAN 1.6.1 Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dari hasil wawancara kepada pihak-pihak yang terkait serta data sekunder yaitu data mengenai target penerimaan PBB, realisasi penerimaan PBB Kabupaten Sleman. 1.6.2 Analisis Data Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif yang digunakan dengan cara menelaah apa yang dipahami penulis dalam landasan teori dengan penerapannya. a. Laju pertumbuhan PBB Pada laju pertumbuhan ini diharapkan dapat diketahui secara keseluruhan pertumbuhan realisasi penerimaan PBB di Kabupaten Sleman periode 2008-2012 Rumus yang digunakan: PpBB = 6
Keterangan: PpBB RpBB(n) RpBB(n-1) = tingkat perkembangan realisasi PBB = besarnya realisasi PBB pada tahun sekarang = besarnya realisasi PBB pada tahun lalu. b. Efektivitas pemungutan PBB Untuk mengukur tingkat efektivitas yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama 2008-2012 apakah hasilnya penerimaannya sesuai dengan yang diharapkan. Rumus efektivitas: Realisasi Penerimaan PBB / Target Penerimaan PBB x 100% 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab. Bagian pendahuluan skripsi berisi judul skripsi, abstrak, pengesahan, persembahan, daftar isi, daftar tabel. Bab 1 Pendahuluan Membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori Berisi tentang uraian teori dan undang-undang yang melandasi pokok permasalahan dan penilitian yang dilakukan. 7
Bab 3 Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang menjelaskan tentang objek dan lokasi penelitian, jenis data yang digunakan beserta sumbernya, metode pengumpulan data, metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hasil pengamatan, dan pengujian keabsahan data. Bab 4 Analisis Data dan Pembahasan Dalam hal ini akan dibahas mengenai gambaran secara umum wilayah penelitian yaitu Kabupaten Sleman serta analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data, keterbatasan penelitian serta saran atas hasil penelitian. 8