KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA MENJADI AIR BERSIH

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES RECOVERY LOGAM Chrom DARI LIMBAH ELEKTROPLATING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

Elisa Oktasari 1, Itnawita 2, T. Abu Hanifah 2

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

APLIKASI KOAGULAN POLYALUMINUM CHLORIDE DARI LIMBAH KEMASAN SUSU DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN DAN WARNA AIR GAMBUT

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Optimasi Penggunaan Koagulan Pada Pengolahan Air Limbah Batubara

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN KITOSAN DARI KERANG SIMPING (Placuna placenta) SEBAGAI KOAGULAN UNTUN PENJERNIHAN AIR SUMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KECAP SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB III LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI LEMPUNG ALAM DESA CENGAR MENGGUNAKAN LARUTAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PENAMBAHAN POLYALUMINIUM CHLORIDAE (PAC) DAL AM PROSES KOAGUL ASI LIMBAH CAIR PADA PRODUKSI ALKALI TREATED COT TONII (ATG)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM (Aluminium Foil)

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

APLIKASI KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI 0,4 MOL H 2 SO 4 UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

DAFTAR ISI ABSTRAK...

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen utama bagi semua mahluk hidup, dan merupakan kekuatan utama yang

PENGAMBILAN LOGAM Ni DALAM LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PROSES KOAGULASI FLOKULASI

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl Ganesha 10 Bandung PENDAHULUAN

Transkripsi:

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN 25 KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN AIR SUNGAI KALIMAS SURABAYA MENJADI AIR BERSIH Anton Budiman 1), Candra Wahyudi 1), Wenny Irawati 2), Herman Hindarso 2) ABSTRAK Poly Aluminium Chloride (PAC) sebagai koagulan dalam proses penjernihan air telah dilakukan penelitiannya dalam skala laboratorium untuk mengetahui kinerja PAC ini. Proses penjernihan air dilakukan pada sampel air sungai Kalimas Surabaya yang diambil di dekat lokasi Monumen Kapal Selam Surabaya. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah ph, turbiditas, Total Suspended Solid (TSS), dan Total Dissolved Solid (TDS) dari air sungai. Koagulan PAC yang digunakan memiliki karakteristik ph 4,35; basisitas 31,22%; kadar Al 2 O 3 4,5726%; kadar Cl 4,24%; densitas 1,095 gram/ml. Dari penelitian di laboratorium didapat hasil penelitian terbaik pengolahan air sungai Kalimas Surabaya pada musim hujan kadar PAC 75 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas air sungai hasil penjernihan 0,8 NTU, TSS 141,8 mg/l, ph larutan 5,86, dan TDS-mg/L. Pada musim kemarau hasil penelitian terbaik pada kadar PAC 50 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas hasil penjernihan air sungai 0,7 NTU, TSS 96,4 mg/l, ph larutan 6,53, dan TDS-mg/L. Kata kunci: air sungai, Poly Aluminium Chloride (PAC), koagulan, penjernihan, air bersih PENDAHULUAN Sungai Kalimas Surabaya memiliki peranan yang sangat vital bagi masyarakat Surabaya. Selain sebagai jalur transportasi, air sungai juga digunakan sebagai tempat mandi dan cuci. Akan tetapi air sungai Kalimas yang berwarna coklat kehitaman secara kesehatan tidak memenuhi syarat fisis, kimiawi dan biologis. Berdasarkan Djayadiningrat (1995) air yang tercemar oleh limbah domestik berwarna abu-abu kehitaman, bau kurang sedap, dan keruh [1]. Dengan demikian, dapat diduga air sungai Kalimas sudah tercemar. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat Surabaya seperti untuk mandi, cuci, minum, dan lain sebagainya. Pemerintah kota Surabaya melakukan pengolahan air sungai Kalimas Surabaya yang dilakukan oleh pihak PDAM. Dalam pengolahannya, PDAM melakukan pengolahan air ini dengan beberapa metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisis, kimiawi dan biologis. Pada pengolahan secara fisis, beberapa cara yang dilakukan adalah filtrasi, dan sedimentasi. Pada pengolahan secara biologis biasanya dilakukan untuk membunuh mikroorganisme yang patogen dengan pemberian bahan desinfektan. Pada pengolahan secara kimiawi, pengolahannya dilakukan dengan cara menambah suatu senyawa kimia yang biasanya disebut dengan koagulan dan flokulan di mana senyawa ini berfungsi sebagai penjernih air [2]. Pada umumnya koagulan yang paling sering digunakan adalah Aluminium Sulfat atau biasanya sering disebut tawas. Tetapi saat ini telah ditemukan koagulan yang lebih baik kinerjanya daripada menggunakan tawas yaitu Poly Aluminium Chloride (PAC). Jika dibandingkan dengan penggunaan koagulan Aluminium Sulfat, PAC memiliki beberapa keuntungan yaitu korosivitasnya rendah, flok yang dihasilkan lebih mudah untuk dipisahkan, dan ph air hasil pengolahannnya tidak terlalu rendah [3]. TINJAUAN PUSTAKA Pengolahan atau pemurnian air (purification water) adalah suatu cara yang dilakukan untuk menghilangkan kontaminankontaminan yang terlarut dalam air, sehingga dihasilkan air yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia, misalnya untuk air minum, dan untuk memasak. Beberapa kontaminan yang dihilangkan selama proses pemurnian air meliputi bakteri, alga, virus, jamur, dan bahanbahan kimia, dan logam berat yang dapat menimbulkan masalah bagi kehidupan manusia [4]. Secara umum ada tiga metode yang sering digunakan dalam pengolahan air yaitu: 1. Pengolahan air secara fisis Pengolahan air secara fisis adalah pengolahan air di mana cara utama yang 1) Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2) Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34) dilakukan adalah dengan menggunakan teknik filtrasi dan sedimentasi. Filtrasi adalah suatu langkah pemurnian untuk memisahkan padatan dari cairannya dengan menggunakan suatu media filter. Sedimentasi adalah langkah pemurnian untuk memisahkan padatan dari cairannya dengan menggunakan gaya gravitasi. 2. Pengolahan air secara kimiawi Pengolahan air dengan metode kimiawi biasanya diartikan sebagai suatu proses pengolahan air untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan yang terkandung dalam air, dengan cara penambahan bahanbahan kimia atau dengan melakukan proses kimiawi. 3. Pengolahan air secara biologis Pengolahan air secara biologis dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan organisme-organisme yang berbahaya yang terdapat dalam air. Secara umum pengolahan air secara biologi dibagi menjadi 2 kategori yaitu: pengolahan secara aerob dan pengolahan anaerob [2,5,6,7]. Beberapa tahapan pengolahan air: 1. Pengolahan air tahap awal (Preliminary water treatment) Pengolahan air tahap awal didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk menghilangkan kontaminan-kontaminan yang terdapat dalam air yang dapat menyebabkan timbulnya masalah pada proses pengolahan selanjutnya. 2. Pengolahan air tingkat pertama (Primary water treatment) Pengolahan air tingkat pertama adalah proses yang dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan padatan yang dapat diendapkan dan bahan-bahan lainnya. Pada pengolahan air tahap ini, metode yang sering digunakan adalah metode pengolahan secara fisis. Pada umumnya air yang melewati proses pengolahan tingkat pertama akan dilanjutkan pada pengolahan air tahap kedua. Beberapa cara atau tahapan pengolahan air pada pengolahan air tingkat pertama adalah: penyimpanan, penyaringan, pre-conditioning, dan pre-chlorinatioan. 3. Pengolahan air tingkat kedua (Secondary water treatment) Pada tahapan ini biasanya air akan diolah untuk menghilangkan atau memisahkan bahan-bahan organik dan bahan bahan bukan organik yang biodegradable serta menghilangkan mikroorganisme. Pada tahap ini metode pengolahan yang digunakan adalah metode pengolahan secara biologis dan metode pengolahan secara kimiawi ataupun penggabungan dari keduanya. Beberapa cara atau tahap pengolahan air tingkat kedua meliputi: pengontrolan ph, koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. 4. Pengolahan air tingkat lebih lanjut (Advanced/ tertiary water treatment) Pengolahan air pada tahap ini merupakan pengolahan air setelah pengolahan air tahap kedua untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang spesifik seperti: nutrient, racun, logam-logan berat, dan bahan lainnya yang tidak dapat dihilangkan pada tahap pengolahan air sebelumnya. Pengolahan air tingkat lanjut ini bertujuan untuk menghilangkan atau membunuh mikroorganisme patogen seperti: virus, bakteri, termasuk Escherichia coli, Campylobacter dan Shigella, dan protozoa, meliputi G. lamblia dan Cryptosporidia, dan logam-logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang masih terdapat dalam air. Untuk menghilangkan mikroorganisme yang patogen cara yang sering dilakukan adalah dengan penambahan senyawa disinfetan, prosesnya dikenal dengan disinfection. Desinfection adalah langkah terakhir dalam pengolahan air minum. Beberapa desinfektan yang sering digunakan untuk pengolahan air adalah klorin, klorin dioksida, ozon, bromin, iodin, fenol, alkohol, dan dapat pula dengan UV radiation [8]. Untuk menghilangkan kandungan logam berat yang berbahaya seperti arsenik (As), kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), Zink (Zn), biasanya dilakukan dengan cara kimiawi yaitu dengan menambahkan senyawa kimiawi yang dapat mengikat logam berat tersebut dan dapat mengendapkannya [4]. Koagulasi dan flokulasi merupakan suatu metode pemurnian yang bekerja dengan menggunakan bahan kimia. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan koloid, sedangkan flokulasi adalah aglomerasi dari partikel yang 26

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN... terdestabilisasi dan koloid menjadi partikel yang terendapkan. Partikel-partikel ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisis. Melalui proses koagulasi ini, kekokohan partikel koloid ditiadakan, sehingga terbentuk flok-flok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Penggoyahan partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh pertikel koloid, sehingga muatan partikel menjadi netral. Penetralan muatan hanya mungkin terjadi jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan gaya tarik menarik antar partikel koloid. Flokulasi merupakan kelanjutan dari proses koagulasi, di mana, mikroflok hasil koagulasi mulai menggumpal membentuk flok-flok yang lebih besar (makro flok) yang akan dengan mudah dapat diendapkan. Proses penggumpalan ini tergantung dari waktu dan pengadukan lambat dalam air [9,10,11]. Beberapa macam koagulan yang sering digunakan dalam proses penjernihan air adalah Poly Aluminiumunium Chloride (PAC), aluminium sufat (Al 2 (SO 4 ) 3 ), ferri klorida (FeCl 3 ), dan feri sulfat (Fe 2 (SO 4 ) 3 ). Pada umumnya koagulan yang paling sering digunakan oleh masyarakat adalah aluminium sulfat atau yang lebih dikenal dengan tawas. PAC adalah garam khusus pada pembuatan aluminium klorida yang mampu memberikan daya koagulasi dan flokulasi yang lebih kuat daripada aluminium yang biasa dan garam-garam besi seperti aluminium sulfat atau ferri klorida. Kegunaan dari PAC adalah sebagai koagulan atau flokulan untuk menguraikan larutan yang keruh dan menggumpalkan partikel, sehingga memungkinkan untuk memisah dari medium larutannya [12]. PAC mempunyai rumus umum kimia: Al 2 (OH) 6-n Cl n.xh 2 O (n=1-5). Pembuatan PAC dapat dilakukan dengan mereaksikan aluminium dengan asam klorida 5-15 % (aluminium ekses terhadap hidrogen klorida), pada suhu 67-97 0 C atau dengan mereaksikan aluminium hidroksida dengan asam klorida dengan reaksi sebagai berikut: 2Al(OH) 3+nHCl Al 2(OH) 6-nCl n+nh2o (1) Keberadaan PAC sering dinyatakan sebagai perbandingan molar antara aluminium dan kloridanya (2/n) atau sering juga dinyatakan berdasarkan basisitasnya, yang secara matematis didefinisikan dengan persamaan: - Jumlah muatan (OH ) Basisitas Jumlah muatan(cl ) 6 n.100% 6/ n 1.100% (2) n Basisitas adalah kemampuan ion Al OH n dalam mengikat ion 2 6 n Cl- dari HCl membentuk Al 2(OH) 6-nCl n(pac). Kestabilan larutan PAC bergantung pada basisitasnya. PAC dengan perbandingan molar aluminium dan klorida antara 0,5:1 sampai 1,6:1 (atau basisitas berkisar antara 30-75%) akan membentuk kristal yang kecepatannya tergantung pada suhu dan konsentrasi larutan tersebut. Keuntungan penggunaan PAC sebagai koagulan dalam proses penjernihan air adalah sebagai berikut [13,14,15,16] : 1. Korosivitasnya rendah karena PAC adalah koagulan bebas sulfat sehingga aman dan mudah dalam penyimpanan dan transportasinya. 2. Pada umumnya koagulan yang digunakan akan membentuk logam hidroksida. Penggunaan koagulan aluminium sulfat menyebabkan pelepasan sebuah ion hidrogen untuk tiap gugus hidrogen yang dihasilkan. Ion hidrogen yang dihasilkan ini menyebabkan penurunan ph yang cukup tajam, sehingga air yang diolah menjadi lebih asam. Pada penggunaan PAC sebagai koagulan, ph air hasil pengolahan tidak mengalami penurunan ph yang cukup tajam seperti pada penggunaan koagulan aluminium sulfat. Hal ini dapat dilihat dari reaksi yang terjadi sebagai berikut: Aluminium sulfat: 3+ + 2Al +6H O 2Al(OH) +6H (3) 2 3 PAC: + + [Al 2(OH) 5] +H2O 2Al(OH) 3+H (4) Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa pada reaksi hidrolisis, aluminium sulfat dalam air melepas ion H + sebanyak 6H +, sedangkan pada reaksi hidrolisis PAC hanya dilepaskan 1 buah ion H +. Hal ini akan menyebabkan ph air yang menggunakan aluminium sulfat akan bersifat lebih asam daripada yang menggunakan koagulan PAC. 27

WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34) Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan kadar PAC yang ditambahkan dalam pengolahan air, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan yang memberikan hasil terbaik pada penjernihan air sungai Kalimas Surabaya, dan membandingkan kualitas air hasil penjernihan dengan Standar Baku Mutu Air Golongan A. METODE PENELITIAN Bahan Pada penelitian ini digunakan koagulan PAC dengan karakteristik ph 4,35; basisitas 31,22 %; kadar Al 2 O 3 4,5726 %; kadar Cl 4,24 %; densitas 1,095 gram/ml, dan air sungai Kalimas Surabaya yang diambil dari lokasi sekitar Monumen Kapal Selam Surabaya pada musim hujan (7 Febuari 2006) dan musim kemarau (3 September 2006). Hasil analisis air sungai tersebut disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Analisis sampel air sungai pada musim hujan (7 Febuari 2006) Parameter Sesaat setelah Setelah 24 jam ph Turbiditas Berat Jenis TSS TDS pengambilan 6,8 98,3 NTU 0,997 gr/ cm 3 226,8 mg/ L 37 mg/ L 6,8 17,2 NTU 0,997 gr/ cm 3 22,3 mg/ L 6 mg/ L Tabel 2. Analisis sampel air sungai pada musim kemarau (3 September 2006) Parameter Sesaat setelah Setelah 24 jam pengambilan ph Turbiditas Berat Jenis TSS TDS 7,44 6,3 NTU 0,977 gr/ cm 3 33,2 mg/ L 11 mg/ L 7,43 5,4 NTU 0,997 gr/ cm 3 11,2 mg/ L -- mg/ L Prosedur Penelitian Pembuatan larutan PAC dilakukan dengan cara mereaksikan logam aluminium (1x1cm) dengan 400 ml larutan HCl 2:1 dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan water bath pada temperature 90 0 C selama 24 jam. Larutan hasil pelarutan kemudian dianalisis berat jenis, ph, kadar Al 2 O 3, basisitas, dan kadar Cl -. Untuk mengetahui karakter dari bahan baku air yang digunakan pada penelitian ini, sampel air sungai didiamkan selama 24 jam agar partikel-partikel pengotor dapat diendapkan dengan gaya gravitasi. Hal ini dilakukan agar pengolahan air awal yang dilakukan dalam penelitian mendekati cara yang dilakukan oleh perusahaan penyedia air bersih. Setelah didiamkan selama 24 jam, dilakukan analisis lagi terhadap filtrat dari air untuk ditentukan ph, turbiditas, TSS, dan TDS. Data ini digunakan sebagai pembanding antara sampel air yang belum dilakukan treatment, dengan air yang telah mengalami treatment menggunakan koagulan PAC. Proses penjernihan air dilakukan dengan cara mencampurkan koagulan PAC dengan 1 L sampel air sungai Kalimas yang diambil di sekitar lokasi Monumen Kapal Selam Surabaya dalam gelas beaker. Campuran kemudian diaduk dan didiamkan selama 2 jam sampai flok yang terbentuk dapat mengendap. Selanjutnya dilakukan analisis ph larutan, TSS, TDS, dan turbiditas larutan. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu pengadukan terhadap ph air sungai. Dari Gambar 1 di bawah tersaji bahwa analisis sampel air sungai mula-mula untuk variabel ph, didapat ph air pada musim hujan 6,8 dan pada musim kemarau ph air sungai 7,44. Pada musim kemarau ph air sungai bersifat lebih basa karena pada musim kemarau konsentrasi detergent dalam air sungai lebih tinggi daripada musim hujan. Nilai ph air sungai hasil penjernihan akan semakin rendah dengan bertambahnya kadar PAC. Hal ini disebabkan semakin besar kadar PAC yang ditambahkan dalam sampel air, semakin banyak ion H + yang dilepaskan dalam air. Hal ini dapat dijelaskan melalui reaksi sebagai berikut [3] : + [Al 2(OH) 3] + 3H2O 2Al(OH) 3 +3H (5) Waktu pengadukan tidak mempengaruhi nilai ph larutan. Berapapun variasi waktu pengadukan yang digunakan pada setiap kadar koagulan yang ditambahkan tidak mengubah nilai ph larutan. Demikian pula dengan kecepatan pengadukan. Kondisi ini berlaku untuk pengolahan air yang diambil pada musim kemarau dan musim hujan. 28

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN... Gambar 1. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan dan kecepatan pengadukan terhadap ph larutan pada: (a) musim hujan, (b) musim kemarau Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu pengadukan terhadap turbiditas air sungai Pada analisis sampel air sungai mula-mula untuk variabel turbiditas, didapat turbiditas air pada musim hujan 98,3 NTU dan pada musim kemarau 6,3 NTU. Pada musim hujan, air sungai keadaannya lebih keruh, karena air hujan membawa partikel koloid dari daratan ke sungai. Dari Gambar 2 dapat dilihat pada musim hujan memperlihatkan bahwa semakin besar kadar PAC yang ditambahkan pada kisaran 10-75 ppm, turbiditas larutan menjadi semakin rendah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak partikel koloid dalam air yang dinetralkan dengan muatan positif koagulan PAC, sehingga filtrat air menjadi lebih jernih. Filtrat air menjadi lebih jernih tersebut karena partikel koloid dalam air sebagai penyebab kekeruhan bereaksi dengan muatan positif dari koagulan yang kemudian membentuk flok yang dapat mengendap. Pada penambahan PAC dengan kadar 100 ppm nilai turbiditas menjadi tinggi (rata-rata 23 NTU). Penambahan koagulan merupakan penambahan kation untuk menetralisasi muatan negatif partikel koloid dalam air sehingga terjadi gaya Van der Waals, sehingga partikel koloid terflokulasi. Pada PAC penambahan kadar 100 ppm kation yang dilepaskan terlalu berlebih daripada yang dibutuhkan oleh partikel koloid dalam air yang bermuatan negatif untuk membentuk flok. Akibatnya akan terjadi penyerapan kation yang berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga partikel koloid akan bermuatan positif dan 29

WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34) Gambar 2. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap turbiditas larutan (a) musim hujan, (b) musim kemarau terjadi gaya tolak-menolak antar partikel, sehingga terjadi deflokulasi flok. Defokulasi flok akan menyebabkan larutan menjadi semakin keruh dan nilai turbiditas air sungai menjadi meningkat. Pada musim kemarau memperlihatkan bahwa semakin besar kadar PAC dari 10-50 ppm turbiditas menurun. Pada penambahan PAC dengan kadar yang lebih besar yaitu 75-100 ppm turbiditas larutan yang dihasilkan meningkat karena penambahan koagulan yang berlebih menyebabkan terjadinya deflokulasi dan turbiditas larutan naik. Tetapi hasil penelitian pada musim hujan, menunjukkan bahwa penambahan PAC dengan kadar 75 ppm memberikan hasil turbiditas larutan yang lebih baik daripada penambahan PAC dengan kadar 50 ppm. Hal ini disebabkan pada penambahan PAC dengan kadar 75 ppm untuk musim kemarau sudah terlalu berlebih sehingga menyebabkan defokulasi flok. Waktu dan kecepatan pengadukan tidak mempengaruhi nilai turbiditas, hal ini disebabkan karena sisa partikel koloid setelah dilakukan treatment dalam air sangat kecil, sehingga nilai turbiditas yang dihasilkan relatif konstan. Kondisi ini berlaku, baik pengolahan air di musim hujan dan musim kemarau. Total Suspended Solid (TSS) merupakan flok yang terbentuk karena adanya penetralan muatan negatif dari koloid penyebab kekeruhan air dengan muatan positif dari koagulan PAC. 30

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN... Gambar 3. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap TSS (a) musim hujan, (b) musim kemarau Dari Gambar 3 (a) dan (b) terlihat nilai TSS dipengaruhi oleh kadar PAC yang ditambahkan. Semakin besar kadar PAC yang ditambahkan pada kisaran 10-75 ppm, semakin banyak muatan positif yang dihasilkan, maka jumlah flok yang terbentuk semakin banyak. Hal ini dapat dijelaskan karena dengan semakin banyaknya kation dari koagulan yang dihasilkan, maka semakin banyak pula partikel koloid dalam air sungai yang dinetralkan dan membentuk flok, sehingga nilai TSS akan menjadi meningkat. Pada penambahan PAC dengan kadar 100 ppm, jumlah TSS yang terbentuk menjadi sedikit karena terjadi proses adsorbsi kation yang berlebih oleh partikel koloid dalam air sehingga menyebabkan deflokulasi atau restabilisasi koloid kembali. Tidak semua partikel ini dapat diendapkan karena gaya gravitasi, sebagian partikel masih dapat disaring, dan tertahan oleh medium penyaring. Pada musim hujan partikel-partikel koloid dalam sampel air lebih banyak dibandingkan pada musim kemarau. Hasil penelitian pada musim hujan untuk waktu pengadukan 2-10 menit dan kadar PAC 10-75 ppm terjadi peningkatan nilai TSS. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pengadukan dan semakin banyak PAC yang ditambahkan, maka reaksi penetralan dan pembentukan flok menjadi lebih maksimal, sehingga flok yang terbentuk semakin banyak dan nilai TSS menjadi meningkat. Untuk 31

WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34) kecepatan pengadukan 100 rpm, waktu pengadukan 2-6 menit, dan kadar PAC 10-75 ppm terjadi kenaikan nilai TSS yang cukup signifikan karena pada kecepatan ini proses pencampuran berjalan semakin lambat, sehingga ketika waktu pengadukan menjadi semakin lama, pencampuran menjadi lebih sempurna, sehingga flok yang terbentuk semakin banyak dan nilai TSS menjadi tinggi. Pada kecepatan pengadukan 200-300 rpm, waktu pengadukan 2-6 menit nilai TSS tidak mengalami kenaikan cukup signifikan karena pada kondisi kecepatan pengadukan 200 rpm dan waktu pengadukan yang paling rendah proses pencampuran sudah cukup baik. Pada musim kemarau untuk waktu pengadukan 2-10 menit dan kadar PAC berkisar 10-17 ppm nilai TSS relatif konstan karena partikel koloid dalam air sedikit sehingga dibutuhkan waktu yang singkat saja untuk melakukan pencampuran yang baik. Untuk kadar PAC 100 ppm dan waktu pengadukan berkisar 2-10 menit nilai TSS lebih kecil dan relatif konstan, karena pada penambahan PAC kadar 100 ppm terjadi deflokulasi flok. Kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan tidak berpengaruh terhadap nilai TSS. Pengaruh kadar PAC, kecepatan dan waktu pengadukan terhadap TDS Dengan bertambahnya kadar PAC, nilai TDS akan semakin kecil sampai pada batas kadar PAC yang diijinkan, karena semakin banyak pengotor-pengotor dalam air yang dinetralkan oleh kogulan PAC. Tetapi ketika kadar PAC yang ditambahkan berlebih terjadi deflokulasi, sehingga akan terbentuk kembali partikel koloid dalam air, hal ini memungkinkan nilai TDS menjadi semakin besar. Gambar 4. Pengaruh kadar PAC, waktu pengadukan, dan kecepatan pengadukan terhadap TDS (a) musim hujan, (b) musim kemarau 32

Budiman: KINERJA KOAGULAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DALAM PENJERNIHAN... Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil penelitian baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, pada penambahan PAC dengan kadar berkisar 10-75 ppm, nilai TDS tidak dapat ditentukan karena sisa partikel koloid dalam filtrat air sangat kecil, sehingga tidak dapat dianalisis. Hasil penelitian pada penambahan PAC dengan kadar 100 ppm, nilai TDS menjadi besar karena adanya partikel koloid dalam filtrat air setelah mengalami proses deflokulasi. Sedangkan pengaruh waktu dan kecepatan pengadukan terhadap nilai TDS tidak dapat diamati karena adanya penambahan PAC dengan kadar 10-75 ppm sisa partikel koloid yang larut dalam air sangat kecil. Pada penambahan PAC dengan kadar 100 ppm telah terjadi deflokulasi flok. Perbandingan kualitas air hasil pengolahan dengan standar baku mutu air golongan A Untuk musim hujan, air hasil pengolahan terbaik dipilih pada kadar PAC 75 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat nilai turbiditas larutan 0,8 NTU, TSS 141,8 mg/l, ph larutan 5,86 TDSmg/L, pada musim kemarau air hasil pengolahan terbaik dipilih pada kadar 50 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas larutan 0,7 NTU, TSS 96,4 mg/ L, ph larutan 6,53, TDS mg/l. Tabel 3. Perbandingan air hasil pengolahan dengan standar baku mutu air golongan A [17] Parameter Standar baku mutu air golongan A (maksimal yang dianjurkan) Standar baku mutu air golongan A (maksimal yang diperbolehkan) Air hasil pengolahan (musim hujan) Air hasil pengolahan (musim kemarau) Turbiditas (NTU) 5 25 0,8 0,7 ph 6,5-8,5 6,5-8,7 5,87 6,56 500 1500 -- -- Kadar padatan (mg/l) KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan didapat hasil penelitian terbaik pengolahan air sungai Kalimas Surabaya sebagai berikut: 1. Pada musim hujan pada kadar PAC 75 ppm, waktu pengadukan 100 rpm di mana nilai turbiditas air sungai hasil pengolahan 0,8 NTU; TSS 141,8 mg/l; ph larutan 5,86; dan TDS mg/l. Pada musim kemarau air hasil pengolahan terbaik pada kadar PAC 50 ppm, waktu pengadukan 10 menit, dan kecepatan pengadukan 100 rpm di mana harga turbiditas air hasil pengolahan air sungai 0,7 NTU; TSS 96,4 mg/l; ph larutan 6,53; dan TDS mg/l. 2. Untuk air hasil pengolahan pada musim kemarau, semua parameter penelitan telah memenuhi standar baku mutu air. Untuk musim hujan air hasil pengolahan untuk parameter ph belum memenuhi standar baku mutu air. DAFTAR PUSTAKA [1] Alimuddin, Optimasi Pengolahan Secara Konvensional Air Sungai dan Pemanfaatan Serbuk Gergaji Dalam Pengolahannya, Jurnal Ilmiah Mahakam, diakses tanggal 4 Juni 2006 [2] Eckenfelder, W.W., Industrial Water Pollution Control, Edisi Ketiga, McGraw- Hill Inc., Sydney, 2002 [3] Hardman Ltd., Aluminium Chloride, http://www.hardman.co.au, Australia, diakses tanggal 31 Agustus 2005 [4] Anonim, Water Purification, http://en.wikipedia.org/wiki/waterpurification, diakses tanggal 4 Juni 2006 [5] Anonim, Water Purification Steps, www.lenntech.com/water-purification-steps -FAQ.htm, diakses 4 Juni 2006 [6] Anonim, DW Fact Treatment Water, www.waterquality.crc.org.au/dwfact/dw Fact_Treatment_Water.pdf+%22water+treat ment%22&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=22, diakses tanggal 4 Juni 2006 [7] Anonim, Water Treatment, http://en.wikipedia.org/wiki/water Treatment, diakses tanggal 4 Juni 2006 [8] Anonim, What is water disinfection, http://www.lenctech.com/water- 33

-5 WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (25-34) disinfection/what-is-water-disinfection.htm, diakses tanggal 4 Juni 2006 [9] Elita, N., Optimasi Proses Koagulasi dan Flokulasi Pada Limbah Cair Yang Mengandung Melanoidin, Jurnal Nasional Ilmu Dasar, diakses tanggal 4 Juni 2006 [10] Anonim, Coagulation-Flocculation, http://www.lenctech.com/coagulationflocculation.htm, diakses tanggal 4 Juni 2006 [11] Anonim, Coagulant-flocculant, http://www.lenctech.com/coagulantflocculant.htm., diakses tanggal 4 Juni 2006 [12] Anonim, Aluminium, http://www.google.com/search?hl=en&ei= UTF-8&oe=%27aluminium, diakses tanggal 31 Agustus 2005 [13] Linggawati, A., Muhdarina, Sianturi, H., Efektivitas Pati-fosfat dan Koagulan, Jurnal Natur Indonesia, diakses tanggal 4 Juni 2006 [14] Anonim, Koagulan, http://72.14.203.104/search?q=cache:ohj 1dEZ71OMJ:www.pu.go.id/balitbang/sni/ pdf/sni%2520-19-6784-2002.pdf+ koagulan&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=21, diakses tanggal 4 Juni 2006 [15] Anonim, Koagulan, http://72.14.203.104/search?q=cache:mjn NoJVPMMJ:proceedings.itb.ac.id/downlo ad.php%ffile%3da03014.pdf%26id%3d 57%26up%D2+koagulan&hl=id&gl=id&c t=clnk&cd=53, diakses tanggal 4 Juni 2006 [16] Anonim, Koagulan, http://72.14.203.104/search?q=cache:gc0 QfWm8N8wJ:proceedings.itb.ac.id/downl oad.php%ffile%3da03013.pdf%26id%3 D67%26up%3D3+koagulan&hl=id&gl=id &ct=clnk&cd=61, diakses tanggal 4 Juni 2006 [17] Standar Nasional Indonesia, Poli Aluminiuminum Klorida, SNI: 06-3822- 1995, Dewan Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta, 1995 34