BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA Lokasi Kecamatan /Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan Satpol PP Kabupaten Rembang

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 104 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Ayat ( 3) Peraturan Daerah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,


BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA BUKITTINGGI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATPOL PP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Organisasi Tata Kerja Sekretariat Kabupaten Kutai Timur

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan memberikan gambaran tentang detail-detail sebuah situasi, lingkungan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI BALI PENDAHULUAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV. Analisa Hasil Penelitian. (karyawan yang bekerja di Kantor Cabang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Online shop atau Toko online adalah sebuah toko yang menjual barang-barang

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3. Keterangan : 4. r = koefisien korelasi X= skor pertanyaan 5. N= jumlah observasi/responden Y= skor total b). Uji Reliabilitas

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 53 Tahun : 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dr.Tjitrowardojo Purworejo didirikan pertama kali pada tahun 1915 dengan nama Zenden.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. uji instrumen penelitian, analisis data dan pembahasan. Statistik deskriptif data,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Thalabul Khair

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANGGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA A KERJA POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KONAWE UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN. diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan program SSPS 19 dengan kriteria

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN

PEMERINTAH KOTA GORONTALO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bernama M. Ng. Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH NO. 9 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN JEPARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN. Berikut ini diringkas pengiriman dan penerimaan kuesioner : Tabel 4.1. Rincian pengiriman Pengembalian Kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Kebon Agung Malang, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta. Ruang lingkup

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN BURU

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Biro Kepegawaian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2014 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MUSI RAWAS

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 29 TAHUN 2005

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN. buah. Dari 105 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

BAB IV HASIL PENELITIAN. Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan. Ampel yang berlokasi di di Jl. A.Yani 117 Surabaya.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Responden Penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari penyebaran kuesioner pada konsumen.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Transkripsi:

42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Satpol PP Kabupaten Lamongan 4.1.1. Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 moto Praja Wibawa, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintah daerah. Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zaman kolonial. Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil dan mengancam NKRI, dibentuklah Detasemen Polisi sebagai Penjaga Keamanan Kapanewon di Yogjakarta sesuai dengan Surat Perintah Jawatan Praja di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja. Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret 1950. Inilah awal mula terbentuknya Satpol PP. dan oleh sebab itu, setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan diperingati setiap tahun. Pada Tahun 19, dimulai pembentukan Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para petinggi militer /Angkatan Perang. 42

43 Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No 22/1999 dan direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Pasal 148 UU 32/2004 disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi. 4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP 1. Tugas Membantu Kepala daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang Keamanan dan Ketertiban serta menegakkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. 2. Fungsi a. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah;

44 b. Pelaksanaan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati; c. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum sesuai program, pedoman dan petunjuk teknis; d. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati dengan Aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya dalam rangka pelaksanaan penindakan, penyidikan dan penuntutan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati; e. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati; f. Pelaksanaan pengembangan kemampuan organisasi meliputi pembinaan personil, administrasi umum, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana satuan kerja Satuan Polisi Pamong Praja; g. Penyusunan pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas; 4.1.3. Visi Dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan 1. Visi Satuan Polisi Pamong Praja Visi adalah suatu gambaran jauh ke depan, kemana instansi hendak dibawa. Gambaran ke depan tersebut dibangun melalui proses refleksi dan

45 proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh seluruh komponen stakeholder. Berawal dari cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan didukung peran serta seluruh elemen instansi, masukan-masukan dari stakeholders, dan dengan memperhatikan nilai nilai yang dianut dan nilai lingkungan yang mempengaruhi maka dirumuskan visi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Pasuruan sebagai berikut : Tegaknya Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati Serta Terwujudnya Partisipasi Aktif dan Kreatif Masyarakat Menuju Tatanan Kehidupan Yang Tentram dan Tertib, Berdaya Saing, Adil, Sejahtera dan Berkelanjutan Pemahaman atas pernyataan visi di tersebut mengandung makna terciptanya masyarakat Kabupaten Lamongan yang aman, tentram dan dinamis. Secara filosofis visi tersebut dapat dijelaskan melalui makna yang terkandung di dalamnya, yaitu : a. Tatanan kehidupan yang tentram dan tertib; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegak perda yang tangguh, unggul dan terdepan dengan manajemen yang profesional dan memanfaatkan segala potensi dan sumber daya manusia sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang aktif dan kreatif. b. Berdaya Saing; bermakna Satuan Polisi Pamong Praja Mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai tambah uuntuk mencapai keunggulan

46 kompetitif yang di miliki dengan membangun tatanan kehidupan yang tentram, aman dan tertib. c. Adil ; bermakna bahwa pembangunan di laksanakan dengan seimbang dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat berlandaskan penerapan norma dan hukum. d. Sejahtera; Bermakna bahwa pembangunan di tujukan bagi sebesarbesarnya untuk kemakmuran dan pemenuhan hak/ dan pelayanan dasar serta perwujutan masyarakat eriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. e. Berkelanjutan; Bermakna bahwa Pembangunan di laksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat tanpa mengorbankan pemenuuhan kebutuhan generasi masa depan. 2. Misi Satuan Polisi Pamong Praja Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dirumuskan dengan mengacu / berdasarkan pada visi, tugas pokok dan fungsi Dinas serta misi Pemerintah Kabupaten Lamongan nomor 14 Tahun 2008 yang berbunyi Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati. Pernyataan misi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

47 a. Memantapkan Kedudukan dan kapasitas kelembagaan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. c. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Penunjang bagi pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.. d. Mendorong terwujudnya Ketentraman dana Ketertiban umum serta penegakan Pereturan Daerah dan Keputusan Bupati yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemerintahan dan pembagunan Daerah. e. Melaksanakan Penyidikan dan Penindakan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati. f. Meningkatkan Profesionalisme pelayanan publik dan Good Governance guna menopang daya tahan keamanan ketertiban masyarakat yang kondusif serta menjaga kehidupan bernegara yang demokratis. 4.1.4. Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan 1. Kepala Tata Usaha Tugas: Sekretariat dipimpin oleh seorang Tata Usaha yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengelolaan Ketata Usahaaan. Fungsi:

48 a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan; b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 2. Kepala Penyidikan Dan Penindakan Tugas: Seksi Penyidikan dan Penindakan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi bidang penegakkan Peraturan Daerah dibidang penyidikan dan penindakan. Fungsi : a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan bimbingan teknis penyidikan dan penindakan; b. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan penyidikan dan penindakan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan penyidikan dan penindakan. 3. Kepala Pengendalian Dan Operasional Tugas: Bidang Pengendalian dan Operasional dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang pengendalian dan operasional. Fungsi :

49 a. Perumusan kebijakan dan bimbingan teknis di bidang pengendalian dan operasional; b. Pelaksanaan dan pengkoordinasian kegiatan di bidang pengendalian dan operasional; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. 4. Kepala Pengembangan Kapasitas Tugas: Pengembangan Kapasitas dipimpin oleh seorang kepala pengembangan Kapasitas yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Satuan di bidang Pengembangan Kapasitas. Fungsi: a. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan rencana dan program kerja di Satuan; b. Pelaksanaan tugas administrasi umum dan administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, kearsipan dan kerumahtanggaan; c. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Adapun bentuk struktur organisasi Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Lamongan dapat digambarkan sebagai berikut : Polisi Pamong Praja kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

50 Kepala Satpol PP Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris Sub Bag Umum Sub Bag Keuangan Sub Bag Program Bidang Operasi dan Pengamanan Bidang Pembinaan Umum & Kesamaptaan Bidang Perlindungan Masyarakat & Linmas Seksi Opeasi Penyidikan & Penindaan Seksi Keamanan Seksi Pembinaan Umum Seksi Kesamaptaan Seksi Kesiagaan Seksi Penanggulangan Bencana Unit Pelaksana Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Gambar 4.1 Model Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Lamongan 4.1.5. Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan. Manusia merupakan sumber daya yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan suatu organisasi. Oleh karena itu aspek manusia ini harus selalu diperhatikan. Kesuksesan Satpol PP Kabupaten Lamongan. Sebagai proses pelaksanaan administrasi dan kegiatan pembelajaran, data anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan berdasar jenis kelamin, secara jelas seperti tersaji dalam table berikut ini :

51 Tabel 4.1 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase 1 2 Laki-laki Perempuan 217 7 96,88% 3,13% Jumlah 224 100% Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan terdiri dari pegawai laki-laki sebanyak 224 orang atau sebesar 6,88% dan pegawai wanita sebanyak 7 orang pegawai atau sebesar 3,13%. Data selanjutnya adalah data pegawai berdasar supervisi : Tabel 4.2 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Tingkat Pendidikan No. Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase 1 2 3 5 SMP SMA Sarjana (S1) Pascasarjana 14 139 73-6,25% 62,05% 32,59% - Jumlah 224 100% Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan bedasarkan ketenagaan diketahui yang mempunyai pendidikan terakhir SMP sebanyak 14 orang atau sebesar 6,25%, pendidikan SMA sebanyak 139 orang atau sebesar 62,05%. Sedangkan yang berpendidikan terakhir Sarjana sebanyak 73 orang atau sebesar 32,59%. Data selanjutnya adalah akan disajikan tentang data pegawai yang berstatus pegawai negeri berdasar usia, untuk lebih jelasnya seperti tersaji dalam tabel berikut ini :

52 Tabel 4.3 Data Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasar Golongan Usia Pegawai No. Golongan Usia Jumlah Prosentase 1 2 3 4 < 29 tahun 30 39 tahun 40 49 tahun > 50 tahun 26 51 62 85 11,61% 22,77% 27,68% 37,95% Jumlah 224 100% Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan Berdasarkan data dalam tabel 4.3 di atas bahwa anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berusia < 29 tahun sebanyak 26 orang atau sebesar 11,61%, pegawai yang berusia 30 39 tahun sebanyak 51 orang atau sebesar 22,77%, dan pegawai yang berusia 40 49 tahun sebanyak 62 orang atau sebesar 27,68%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 85 orang atau sebesar 37,95%. 4.2. Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Identifikasi Responden Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer, peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak sesuai dengan besarnya sampel penelitian. Adapun data responden berdasar jenis kelamin dapat tersaji seperti dalam tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Data Responden Berdasar Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan 58 2 96,67% 3,33% Jumlah 100% Sumber :Data Primer (Diolah Mei 2014

53 Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa dari responden terdapat sebanyak 58 orang atau sebesar 96,67% adalah responden laki-laki, sebanyak 2 orang atau sebesar 3,33% adalah responden perempuan. Adapun data responden berdasar jenjang pendidikan seperti tersaji dalam tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Data Responden Berdasar Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase 4 6,67% 38 63,33% 18 30% 1. SMP 2. SMA 3. S1 Jumlah 100% Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014) Dilihat dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa responden penelitian yang merupakan anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan yang berpendidikan SMP yang mencapai 6,67% sedangkan yang berpendidikan SMA sebesar 63,33% sedangkan yang berpendidikan S1 terdapat sebesar 30%. Untuk selanjutnya adalah data komposisi pegawai berdasar usia pada saat dilakukan penelitian, untuk lebih jelasnya seperti yang tersaji dalam tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Data Responden Berdasar Usia No. Golongan Usia Jumlah Prosentase 1 2 3 4 < 29 tahun 30 39 tahun 40 49 tahun > 50 tahun 5 16 29 10 8,33% 26,67% 48,33% 16,67% Jumlah 100% Sumber : Buku Profil Satpol PP Kabupaten Lamongan

54 Berdasarkan data dalam tabel 4.6 di atas bahwa responden yang berusia < 29 tahun sebanyak 5 orang atau sebesar 8,33%, pegawai yang berusia 30 39 tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 26,67%, dan pegawai yang berusia 40 49 tahun sebanyak 29 orang atau sebesar 48,33%. Sedangkan yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 16,67%. 4.2.2. Uji Validitas Instrumen Penelitian Suatu instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya. atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya instrumen tersebut. Pengukuran validitas pada instrumen ini dilakukan dengan korelasi product moment antara skor butir dengan skor skalanya. Koefisien korelasi dapat dianggap memuaskan jika melebihi 0.30. (Azwar : 2003 : 1). Hasil pengukuran validitas instrument penelitian diperoleh hasil r hitung (Pearson Corelation) seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.7 Nilai Uji Validitas Instrumen Penelitian Pearson Variabel Indikator Variabel Corelation 1. Pertumbuhan dan pengembangan 0.544 Kualitas 2. Partisipasi 0.561 kehidupan 3. Sistem imbalan yang inovatif 0.586 kerja (X 1 ) 4. Lingkungan kerja 0.589 Pemberian 1. Gaji atau upah 0.588

55 kompensasi (X 2 ) Kinerja (Y) 2. Insentif 3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun & tunjangan 6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis 1. Proses kerja 2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan 4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan 7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil Sumber : Lampiran 3 (Diolah Mei 2014) 0,509 0.582 0.596 0,551 0,592 0,522 0.640 0.556 0.567 0.7 0.668 0.4 0.596 0.599 Berdasarkan tabel 4.7 di atas. menunjukkan bahwa nilai r hitung (koefisien korelasi) lebih besar dari 0.30 dan nilai p value (signifikansi) lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian bahwa instrument penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dapat dikatakan valid. 4.2.3. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji reliabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan bilamana suatu alat ukur dipakai dua kali atau lebih. maka untuk mengukur gejala yang sama akan menghasilkan pengukuran yang diperoleh relatif konsisten. dengan kata lain reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi. yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Pada penelitian ini digunakan uji

56 reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach. Jika koefisien Cranbach alpha sebesar 0.6 atau lebih. maka instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliable (Hadi. 2009). Hasil pengukuran uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut : No. 1 2 3 Tabel 4.8 Nilai Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Penelitian Kualitas kehidupan kerja (X 1 ) Motivasi Berpestasi (X 2 ) Kinerja (Y) Sumber : Lampiran 4 (Diolah Mei 2014) Nilai Alpha Cronbach 0,8370 0,8770 0,8287 Berdasar tabel di atas nilai Alpha Cronbach dari masing-masing variabel lebih dari 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa semua item-item dalam kuesioner penelitian tersebut adalah reliable (andal). 4.2.4. Diskripsi Frekuensi Skor Indikator Variabel Penelitian Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi varibel penelitian. dengan didasarkan pada nilai rata-rata mean yang kemudian di lakukan standarisasi pengkategorian dengan mengacu pada indicator rentang pengukuran nilai yang dikemukakan oleh Sugyono (2002). Apabilai nilai rata-rata berada pada rentang nilai : < 2.00 Termasuk dalam kategori Tidak Baik 2.01 3.50 Termasuk dalam kategori Cukup Baik 3.51 4.00 Termasuk dalam kategori Baik > 4.01 Termasuk dalam kategori Sangat Baik Dengan mengacu pada tolok ukur tersebut. maka hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel penelitian seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini :

57 1. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kualitas kerja (X 1 ) Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu bentuk filsafat yang diterapkan oleh manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumberdaya manusia pada khususnya. Sebagai filsafat, kualitas kerja merupakan cara pandang manajemen tentang manusia, pekerja dan organisasi. Untuk mengukur indikator kualitas kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan, maka kepada orang responden disampaikan dengan indiaktor pengukuran variabel yang terdiri dari : a. Pertumbuhan dan pengembangan b. Partisipasi c. Sistem imbalan yang inovatif d. Lingkungan kerja Diperoleh didistribusikan berdasar alternatif jawaban responden diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.7 Deskripsi Indikator Variabel Kualitas kerja (X 1 ) Indikator Variabel 1. Pertumbuhan dan pengembangan 2. Partisipasi 3. Sistem imbalan yang inovatif 4. Lingkungan kerja Skor Indikator A B C d e 5 4 3 2 1 9 1 3-19 18 19 27 24 31 20 24 4 7 11 6 4 3 7 3 Skor Mean 3.5277 3.1167 3.0000 3.2500 Jumlah 13 83 99 28 17 240 12,1396 Proentase 5,42 34,58 41,25 11,67 7,08 100 - Rata-rata Mean 3,0349 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

58 Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor indikator variabel dalam tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari orang responden yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 5,42%. responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 34,58%. kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 41,25% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 11,67% sedangkan untuk alternatif jawaban (e) terhdapat sebesar 7,08%. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. 2. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Pemberian kompensasi (X 2 ) Keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan bekerja di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti dan lain-lain. Untuk mengukur pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja

59 Kabupaten Lamongan. kepada orang terdiri dari 1Orang Sekretaris 3 Orang Kabid 3 Orang Kasubag 6 Orang Kasi 47 Orang Staf responden disampaikan beberapa pertanyan mengenai : a. Kompensasi Finansial 1) Kompensasi Langsung a) Gaji atau upah b) Insentif 2) Kompensasi Tidak Langsung a) Asuransi kesehatan dan jiwa, b) Liburan yang ditanggung perusahaan, c) Program pensiun dan tunjangan lainnya. b. Kompensasi Non Finansial 1) Kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri 2) Lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana orang itu bekerja Hasil distribusi frekuensi skor indicator pengukuran variabel pemberian kompensasi seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.8 Deskripsi Indikator Variabel Pemberian kompensasi (X 2 ) Indikator Variabel Skor Indikator Skor Mean 5 4 3 2 1 1. Gaji atau upah 2. Insentif 3. Asuransi kesehatan & jiwa 4. Liburan dari perusahaan 5. Program pensiun & tunjangan 6. Kepuasan pada pekerjaan 7. Lingkungan Psikologis 10 7 7 2-12 3 16 21 20 20 24 23 23 24 23 23 24 20 17 25 6 7 8 10 13 6 7 4 2 2 4 3 2 2 3.3667 3.4000 3.3667 3.1000 3.0833 3.6167 3.3000 Jumlah 41 147 156 57 19 420 23,233 Proentase 9,76 35 37,14 13,57 4,52 100 - Rata-rata Mean 3,319 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

Berdasarkan data distribusi frekuensi skor jawaban respon terhadap pertanyaan-pertanyaan indikator variabel penelitian dalam tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa dari orang responden didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 9,76%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat 35%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 37,14% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 13,57% sedangkan yang memilih alternatif jawaban (e) terdapat sebesar 4,52% responden. Kemudian untuk mengetahui kondisi pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan didasarkan pada besarnya nilai rata-rata mean dan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai mean yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. 3. Distribusi Frekuensi Skor Indikator Kinerja (Y) Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai denagn moral maupun etika. Untuk mengetahui Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

61 Lamongan, dalam penelitian ini, bahwa Kinerja diukur melalui beberapa indikator, yang terdiri dari : a. Aspek kuantitatif dengan indikator terdiri dari : 1) Proses kerja dan kondisi pekerjaan, 2) Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan, 3) Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan 4) Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja b. Aspek kualitatif dengan indikator : 1) Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, 2) Tingkat kemampuan dalam bekerja, 3) Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan / kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan 4) Kemampuan mengevaluasi (keluhan / keberatan konsumen / masyarakat) Hasil skor kuesioner penelitian diperoleh distribusi frekuensi jawaban responden seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini : Tabel 4.9 Deskripsi Indikator Variabel Kinerja (Y) Skor Indikator Indikator Variabel a b c d e 5 4 3 2 1 5 17 30 6 2-22 23 10 5 3 19 26 9 3 2 21 25 9 3 2 20 27 9 2 7 16 28 7 2 3 19 26 9 3 1 23 19 13 4 1. Proses kerja 2. Waktu melaksanakan pekerjaan 3. Jumlah kesalahan 4. Pemberian Pelayanan kerja 5. Ketepatan & kualitas kerja 6. Tingkat kemampuan 7. Kemampuan menganalisis data 8. Kemampuan mengevaluasi hasil Skor Mean 3.2833 3.0333 3.1667 3.1667 3.1833 3.3167 3.1667 3.0667 Jumlah 23 157 204 72 24 480 25,3834 Proentase 4,79 32,71 42,5 15 5 100 - Rata-rata Mean 3,2933 Sumber : Lampiran 5 (Diolah Mei 2014)

62 Hasil distribusi dalam tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari orang responden yang memberikan jawaban/jawaban atas pernyataanpernyataan yang sesuai dengan indikator pengukuran variabel Kinerja Anggota Satpol PP Kabupaten Lamongan didapat bahwa untuk responden yang memilih alternatif jawaban (a) ada sebesar 4,79%, responden dengan alternatif jawaban (b) terdapat sebesar 32,71%, kemudian untuk alternatif jawaban (c) adalah sebesar 42,5% dan responden yang memilih alternatif jawaban (d) sebesar 15% dan untuk alternative jawaban (e) dipilih oleh 5% responden. Sedangkan berdasar rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. 4.2.5. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan serta untuk menguji dan membuktikan kebenaran atas hipotesis penelitian yang diajukan, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penganalisaan data dengan analisis regresi linier berganda. Proses penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan sotfware statistik SPSS (Statistical Program for Social Sciences) 17.01 for Windows Version.

63 berikut ini : Berdasar analisis data, maka diperoleh suatu hasil seperti tersaji dalam tabel Tabel 4.12 Tabulasi Nilai Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Standardized Coefficients (B) Coefficients (Beta) t hitung Sig. α (konstanta) β 1 β 2 6,643 0,540 0,709-0,527 0,388-4,619 3,240-0,000 0,003 Koefisien Korelasi (R) : 0,845 F hitung : 13,912 Koefisien Determinasi (R Square) : 0,713 Sig. : 0,000 Adjusted R square : 0,709 Sumber : Lampiran 6 (Diolah Mei 2014) Sesuai dengan model analisis yang digunakan, yaitu regresi linier berganda, maka dapat dilakukan analisis dengan rumus umum : Y = α + β 1.X 1 + β 2.X 2 + e = 6,643 + 0,540.X 1 + 0,709.X 2 Nilai-nilai koefisien regresi linier berganda dari persamaan di atas dapat diuraikan pengertian sebagai berikut : 1. α (konstanta) = 6,643, hal tersebut menunjukkan bahwa jika nilai dari variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) sebesar 6,643, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga sebesar 6,643, yang berarti tidak ada perubahan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan tanpa adanya perubahan nilai daripengaruh kualitas kehidupan kerja dan

64 pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ). 2. β 1 = 0,540, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel kualitas kehidupan kerja(x 1 ) sebesar 0,540 dengan anggapan nilai dari variabel-variabel yang lain dalam kondisi tetap, maka nilai tersebut akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) sebesar satu satuan, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,540. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) sebesar satu satuan akan menurunkan nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540. 3. β 2 = 0,709, hal tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan nilai variabel pemberian kompensasi(x 2 ) sebesar 0,709 dengan anggapan nilai dari variabelvariabel yang lain dalam kondisi tetap, akan mengakibatkan perubahan dengan arah yang sama terhadap nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 atau untuk setiap peningkatan nilai variabel pemberian kompensasi(x 2 ) sebesar 0,709, maka nilai Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan juga akan mengalami kenaikan sebesar 0,709. Begitu pula sebaliknya, bahwa setiap penurunan nilai variabel pemberian kompensasi (X 2 ) sebesar satu satuan akan

65 menurunkan nilai Kinerja (Y) di SD lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709. 4.2.6. Nilai Koefisien Determinasi (R square) Variabel Penelitian Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat diketahui pada nilai R- squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ),mampu menjelaskan perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. 4.2.7. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik bersama-sama maupun secara persial antara variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ), terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dibuktikan dengan menggunakan analisis

66 regresi linier berganda. Berikut hasil dan uraian dari pengujian hipotesis pertama ini. 1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara parsial pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ), terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian yang digunakan apabila : a. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara parsial ada pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Jika nilai signifikan masing-msaing variabel lebih besar dari nilai (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh antara dimensi kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan ketentuan yang penerimaan dan penolakan pengujian hipotesis secara parsial, maka berdasar hasil pengujian hipotesis yang terdapat dalam tabel 4.12, maka diperoleh hasil hipotesis sebagai berikut : a. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut apabila

67 dibandingkan dengan nilai derajat kebebasan yang digunakan atau nilai sebesar 0,05 maka nilai signifikansi yang didapat lebih kecil dari nilai tersebut (0,000 < 0,05). Hasil pengujian tersebut memberikan asumsi bahwa secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja(x 1 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yang berarti pula hipetesis penelitian yang diajukan dapat diterima atau dapat dibuktikan kebenarannya. b. Pengujian hipotesis secara parsial untuk variabel pemberian kompensasi (X 2 ) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Mengingat nilai signifikasni variabel pemberian kompensasi (X 2 ) lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis penelitian yang menyatakan secara parsial variabel pemberian kompensasi (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. 2. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) Pengujian ini digunakan untuk mengetahui secara simultan pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Adapun kriteria pengujian apabila :

68 a. Jika nilai signifikan lebih kecil dari nilai (0,05), maka hipotesis diterima yang artinya secara simultan ada pengaruh faktor kualitas kehidupan kerja (X 1 ), danpemberian kompensasi (X 2 )terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. b. Jika nilai signifikan lebih besar dari nilai (0,05), maka hipotesis ditolak, yang artinya secara simultan tidak ada pengaruh antara kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 )terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Berdasar hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian terhadap Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dengan beberapap indikator pengukuran variabel diperoleh bahwa sebagian sesar responden memilih alternatif jawaban (c) dengan pernyataanpernyataan yang dijadikan sebagai indikator pengukuran Kinerja yang mencapai prosentse sebesar 42,5%. Sedangkan untuk mengetahui seberapa baik Kinerja

69 Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan oleh besarnya nilai rata-rata mean yang didapatkan. Kemudian untuk mengetahui sejauh mana Kinerja Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,2933 (3,29) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel kualitas kehidupan kerja termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 41,25%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang kualitas kehidupan kerja ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,0349 (3,03). rata-rata nilai tersebut termasuk dalam tolok ukur rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil cros cek terhadap tolok ukur tersebut. maka dapat diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

70 Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel kualitas kehidupan kerja terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel kualitas kehidupan kerja pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor kualitas kehidupan kerja pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,540 pada konstanta 6,643. Berdasar hasil distribusi skor alternatif jawaban responden untuk indikator pengukuran variabel pemberian kompensasi termasuk dalam kategori baik dengan pencapaian prosentase untuk alternatif jawaban (c) dengan pernyataan yang disampaikan yaitu sebesar 37,14%, sedangkan untuk mengukur dan mengtahui tentang pemberian kompensasi ditunjukkan oleh rata-rata nilai mean variabel yang didapat yaitu sebesar Kemudian untuk mengetahui sejauh mana pemberian kompensasi di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. yaitu didasarkan atas nilai rata-rata mean. hasil rata-rata nilai mean yang didapat yaitu sebesar 3,319 (3,32) dan nilai tersebut apabila dimasukkan dalam rentang pengukuran bahwa nilai tersebut termasuk dalam rentang nila antara 2.01 3.50 yang berarti termasuk dalam kategori baik. Berdasar hasil tersebut maka pemberian kompensasi pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan dapat dikatakan cukup baik. Berdasar hasil tersebut maka Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja

71 Kabupaten Lamongan dapat dikatakan baik. Sedangkan hasil koefisien regresi untuk variabel pemberian kompensasi terhadap Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709. Besarnya nilai koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa pengaruh variabel pemberian kompensasi pegawai terhadap kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ada pengaruh positif, yang artinya setiap terjadi kenaikan satu unit skor pemberian kompensasi pegawai, maka akan diikuti dengan meningkatnya Kinerja di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,709 pada konstanta 6,643. Hasil analisis tentang seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan ditunjukkan melalui uji R-squared pada analisis koefisien determinasi berganda. Hasil nilai R-squared yakni sebesar 0,713. Ini mengandung arti bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ),mampu menjelaskan perubahan tingkat pada Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan sebesar 0,713 atau 71,3%. Sedangkan sisanya sebesar 28,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.

72 Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi dari variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ) adalah sebesar 0,003. Dan untuk variabel pemberian kompensasi (X 2 ) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,003 dan nilai terebut apabila dikaji dengan nilai derajat kebebasan atau nilai sebesar 0,05 nilainya lebih kecil (0,003 < 0,05). Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan secara parsial variabel kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan. Dengan demikian hipotesis dapat diterima dan terbukti kebenarannya. Sedangkan hasil pengujian hipotesis secara simultan diperoleh besarnya nilai signifikansi untuk F hitung pada Anova adalah sebesar 0,000. Nilai yang didapat tersebut lebih kecil dari nilai (0,05). Dengan demikian bahwa variabel pengaruh kualitas kehidupan kerja dan pemberian kompensasi terhadap Kinerja yang terdiri dari kualitas kehidupan kerja (X 1 ), dan pemberian kompensasi (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja (Y) Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.