180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kajian relasi kekerabatan bahasa-bahasa di Wakatobi memperlihatkan bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi sebagai bahasa tersendiri dan kelompok Kaledupa-Tomia-Binongko sebagai dialek-dialek yang berasal dari satu bahasa. Untuk membuktikan pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi, berikut ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta penyampaian saran terkait kelanjutan penelitian pada topik yang sama dengan kajian yang berbeda. Berikut akan diuraikan kesimpulan serta saran untuk penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Analisis relasi kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi yang terdiri dari Isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memperlihatkan bahwa di kepulauan tersebut terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wakatobi Utara yang beranggotakan Wangi-Wangi dan kelompok Wakatobi Selatan yang beranggotakan Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pengelompokan bahasa di kepulauan tersebut dilakukan melalu kajian sinkronis dan diakronis. Kajian sinkronis ditempuh melalui deskripsi fonologi dan leksikal terhadap isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, sedangkan kajian diakronis ditempuh melalui dua cara yaitu analisis kuantitatif dengan teknik leksikoststistik dan analisis kualitataif melalui teknik rekonstruksi. Teknik rekonstruksi dilaksanakan melalui rekonstruksi dari bawah ke atas, dan dilanjutkan dengan 180
181 rekonstruksi dari atas ke bawah untuk melihat refleks PAN terhadap isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Hasil analisis kajian sinkronis kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi menunjukan bahwa isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memiliki kesamaan sistem fonologi dan leksikal. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa keempat isolek tersebut memiliki 5 buah fonem vokal yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ serta 20 buah fonem konsonan yaitu /b/, / /, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, / /, /t/, /n/, /l/, /r/, /j/, /s/, /g/, /ĝ/, /k/, /ŋ/, /h/, dan /y/ kecuali pada isolek Binongko hanya ditemukan 18 buah fonem konsonan dimana pada isolek tersebut tidak ditemukan fonem konsonan / / dan /ĝ/. Selain itu, berdasarkan hasil analisis sinkronis ditemukan bukti fonologis yang memisahkan Wangi-Wangi dari Kaledupa-Tomia-Binongko. Bukti tersebut adalah adanya konsonan kembar pada isolek Kaledupa-Tomia-Binongko sedangkan pada isolek Wangi-Wangi tidak ditemukan konsonan kembar. Konsonan kembar yang ditemukan pada ketiga isolek tersebut adalah /pp/,/ss/, /tt/, /ŋŋ/, /kk/, /ll/, dan /nn/. Selain kesamaan fonologis, ditemukan kesamaan leksikal berupa kesamaan pembagian suku kata pada keempat isolek tersebut. dari segi leksikal, isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memiliki jumlah suku kata yang sama yaitu kata yang bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat dan kata yang bersuku lima dengan pola yang sama yaitu V, KV, dan KKV. Hasil analisis kuantitatif dengan teknik leksikostatistik relasi kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi menunjukan bahwa hubungan antara Wangi-Wangi- Kaledupa adalah mencapai 70,16%, Wangi-Wangi-Tomia mencapai 66,84%, dan
182 Wangi-Wangi-Binongko mencapai 67,19. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Wangi-Wangi-Kaledupa, Wangi-Wangi-Tomia, dan Wangi- Wangi-Binongko berada pada tingkat perbedaan bahasa dalam satu keluarga bahasa. Selain itu, hasil perhitungan antara Kaledupa-Tomia sebesar 89%, Kaledupa-Binongko sebesar 81%, dan Tomia-Binongko sebesar 84,57%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hubungan dari ketiga isolek tersebut berada pada tataran perbedaan dialek dalam satu bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik di Wakatobi terdiri dari 2 kelompok bahasa yaitu Wakatobi Utara meliputi Wangi-Wangi dan Wakatobi Selatan meliputi Kaledupa-Tomia-Binongko. Bukti kualitatif yang ditemukan berupa bukti penyatu dan pemisah kelompok bahasa di Wakatobi baik itu dari segi fonologis maupun leksikal. Evidensi fonologis menjelaskan bahwa fonem vokal PWKTB *u dan *o mengalami retensi pada Wn dan mengalami inovasi pada PKTB /o/ dan /a/ sedangkan fonem vokal PWKTB *i mengalami retensi pada PKTB dan berinovasi menjadi /e/ pada Wn. Fonem konsonan PWKTB *w dan *p mengalami retensi pada Wn dan berinovasi menjadi PKTB /h/. Inovasi fonem PWKTB *w dan *p tersebut mengalami proses merger. Selanjutnya fonem PWKTB *k, *, dan *w mengalami retensi pada PKTB dan berinovasi menjadi /p/, /b/, dan /Ɂ/ pada Wn. Evidensi leksikal sebagai bukti pemisah Wn dan PKTB menjelaskan bahwa terdapat gejalah lenisi, aferesis, protesis, apokop, dan sinkope pada PWKTB terhadap bahasa Wn dan PKTB. Evidensi leksikal juga dapat digunakan sebagai
183 bukti penyatu kelompok yang membedakan bahasa Wn dan PKTB terhadap bahasa-bahasa lain yang berada dalam subkelompok Muna-Buton yang lain. Pengelompokan bahasa Wakatobi diperkuat lagi dengan hasil rekonstruksi PKTB sebagai kelompok bahasa tersendiri yang terpisah dari Wn. Secara fonologi, hasil rekonstruksi PKTB memperlihatkan bahwa fonem vokal PKTB *i dan *u mengalami retensi pada Bn dan berinovasi menjadi /e/ dan /o/ pada PKT. Selain itu fonem konsonan PKTB *o mengalami retensi pada PKT dan berinovasi menjadi Bn /a/. Selanjutnya fonem konsonan PKTB *p mengalami retensi pada PKT dan berinovasi menjadi /h/ pada Bn dan fonem konsonan PKTB * mengalami retensi pada Bn dan berinovasi menjadi PKT /b/. Selain evidensi inovasi fonologis, evidensi leksikal juga menjadi bukti pengelompokan PKTB sebagai bahasa yang terpisah dari Wn. Bukti leksikal tersebut juga mendukung Kd sebagai bahasa yang berpisah lebih dahulu dari PTB. Bukti leksikal dimaksud berupa perbedaan leksikon pasangan kognat yang dimiliki oleh kedua dialek tersebut. perbedaan leksikon yang dimaksud misalnya pada kata yang bermakna rambut Bn terefleksi sebagai hotu sedangkan PKT terefleksi sebagai *ĝotu. Pada kata yang bermakna anjing, Bn terefleks sebagai obu sedangkan PKT terefleksi sebagai *ĝo u. Pada kata yang bermakna buah, Bn terefleksi sebagai aɂe sedangkan PKT terefleksi sebagai* ake. Pada kata yang bermakna memeras, Bn terefleksi sebagai peŋse sedangkan PKT terefleksi sebagai *piŋse. Adanya perbedaan leksikon pada Bn dan PKT semakin memperkuat bukti pemisahan Bn dari PKT.
184 Bukti pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi selanjutnya dapat dilihat berdasarkan penelusuran fonem-fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB. Refleks fonem PAN terhadap Wn dan PKTB dapat berupa inovasi dan retensi yang selanjutnya dapat dikelompokan atas kaidah primer dan sekunder. Kaidah primer refleks fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB dapat berupa merger yaitu fonem PAN *e dan *u mengalami merger menjadi /o/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima. Selain itu, terdapat split yaitu fonem vokal PAN *i mengalami split menjadi /i/ dan /e/ pada bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima.serta fonem vokal PAN *u yang mengalami split menjadi /u/ dan /o/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima. Bentuk lain juga dapat dilihat pada fonem konsonan PAN *p dan *R yang mengalami merger menjadi /h/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima serta PAN *b yang mengalami split menjadi /b/ dan /w/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima. Sedangkan kaidah sekunder refleks fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB dapat berupa protesis, apokop, lenisis, subtitusi, aferesis, dan monoftongisasi yang semuanya dapat dijadikan sebagai bukti pendukung pengelompokan bahasa Wn dan PKTB. 5.2 Saran Penelitian yang berjudul Relasi Kekerabatan Bahasa-Bahasa Wakatobi: Kajian Linguistik Historis Komparatif ini masih merupakan kajian awal untuk menjelaskan status relasi kekerabatan dan pengelompokan bahasa di kepulauan tersebut. Penelitian relasi kekerabatan dan pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi ini masih memerlukan kajian yang lebih lanjut mengingat dalam kajian
185 ini hanya terbatas pada tataran fonologi dan leksikon. Penelitian lanjutan pada tataran morfologi, semantik, dan sintaksis secara menyeluruh dan mendalam sangat diharapkan untuk mendukung hasil penelitian ini. Perbandingan dalam tataran morfologis, semantik, dan sintaksis ini dapat memberikan evidensievidensi yang lebih kuat mengenai hubungan kekerabatan dan pengelompokan bahasa di daerah tersebut. Penelitian lebih lanjut hubungan antara Kaledupa, Tomia dan Binongko masih perlu dilakukan tinjauan ulang untuk menentukan hubungan antara ketiga isolek tersebut apakah ketiganya berada pada tataran dialek atau berada pada tataran subdialek. Dengan demikian studi tentang bahasa-bahasa di kepulauan Wakatobi akan semakin lengkap.