BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. diajukan serta fakta-fakta kebahasaan yang telah dipaparkan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kekerabatan tersebut selanjutnya diabstraksikan dalam bentuk silsilah.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa. Adapun yang dimaksud dengan

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam waktu tersebut (Keraf

BAB X SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara dengan teknik cakap, catat, dan rekam (Sudaryanto, 1988:7).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian dalam bidang struktur atau kaidah bahasa-bahasa di Indonesia

BAB II KERANGKA TEORETIS. Studi komparatif pertama yang meliputi seluruh rumpun bahasa Austronesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB III METODE PENELITIAN. masih hidup dan dipakai masyarakat penuturnya untuk pembuktian hubungan

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB II KONSEP PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI. isoglos, mutual intelligibility, sinkronis, dan diakronis, serta inovasi dan retensi.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Berdasarkan bentuk perbedaan penggunaan bahasa Sunda di Kecamatan Bojong,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

2 (Pasir) 1 di Provinsi Kalimantan Timur. Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian terhadap bahasa Paser (selanjutnya disingkat PSR). Kal

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Alor-Pantar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)

BAB I PENDAHULUAN. Kearbitreran bahasa menyebabkan banyak sekali bahasa-bahasa di dunia. Kearbitreran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tertarik pada penelitian bahasa-bahasa Austronesia (AN), padahal telah lama

BAB I PENDAHULUAN. diapit oleh dua bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu Jawa dan Sunda, sedikit

REKONSTRUKSI PROTODIALEK BERDASARKAN EVIDENSI BAHASA JAWA DI BANYUWANGI, TENGGER, BLITAR, DAN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Melayik, termasuk Kerinci dan Iban. Selain bahasa-bahasa tersebut, bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. amatlah perlu mengkaji keberadaan bahasa itu sendiri. Demikian pula bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk

RELASI KEKERABATAN BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN POSO. Gitit I.P. Wacana*

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan kedudukan bahasa daerah sangat penting karena tidak dapat

VARIASI DAN REKONSTRUKSI FONOLOGIS ISOLEK KERINCI: STUDI DIALEKTOLOGI DIAKRONIS DI KECAMATAN BUKIT KERMAN

GLOTOKRONOLOGI BAHASA MASSENREMPULU DAN BAHASA MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

PERKEMBANGAN STUDI PERUBAHAN BAHASA DI MASA SEKARANG MASIH RELEVANKAH?

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa maupun di Pulau Bali, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan pulaupulau

BAB 1 PENDAHULUAN. kajian yang luas. Salah satu bidang kajian tersebut merupakan variasi fonologis. Penelitianpenelitian

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia Telepon: , Faksimile.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

REFLEKSI FONOLOGIS PROTOBAHASA AUSTRONESIA (PAN) PADA BAHASA LUBU (BL)

BAB IX TEMUAN BARU. 9.1 Kekerabatan Bahasa Or lebih dekat dengan Ft daripada Mk

PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menguraikan penelitian-penelitian yang dijadikan acuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka yang dikerjakan di sini terbatas pada hasil-hasil penelitian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. sudah banyak dilakukan, baik yang dilakukan secara individual maupun secara

K A N D A I. Volume 11 No. 1, Mei 2015 Halaman 1 14

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

VARIASI BAHASA MINANGKABAU PADA LIRIK-LIRIK LAGU MINANG: SEBUAH GAMBARAN RETENSI DAN INOVASI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. pengklasifikasian secara umum mengenai rumpun bahasa Austronesia itu sendiri. Perdebatan

IDENTITAS GENETIS BAHASA BARANUSA DI NTT BERDASARKAN REFLEKSNYA TERHADAP PROTO-AUSTRONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. Dialek merupakan khazanah kebudayaan suatu bangsa yang perlu dipelajari, dikaji, serta

PELANGI NUSANTARA Kajian Berbagai Variasi Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

II. GAMBARAN BUNYI YANG TERWARIS DALAM PROTO- AUSTRONESIA DAN BAHASA KARO

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. bahasa secara genetik di Indonesia masih sangat kurang. Dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. proses pemunculan variasi bahasa. Dalam kajian variasi bahasa diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Ciacia merupakan salah satu bahasa yang dituturkan oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

KEKERABATAN BAHASA-BAHASA MINAHASA DI PROPINSI SULAWESI UTARA. Moch. Jalal Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ini. Konsep dasar yang digunakan dalam menganalisis konvergensi dan

BAHASA PASER DI KALIMANTAN TIMUR

DAERAH ASAL DAN ARAH MIGRASI ORANG MINANGKABAU DI PROVINSI JAMBI BERDASARKAN KAJIAN VARIASI DIALEKTAL

BAHASA INDONESIA; SEBUAH PIJINKAH? Restu Sukesti Balai Bahasa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Pantar merupakan sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Alor

GEOGRAFI DIALEK BAHASA SUNDA DI KECAMATAN PARUNGPANJANG, KABUPATEN BOGOR (KAJIAN DIALEKTOLOGI SINKRONIS)

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MUNA, BAHASA CIA-CIA DAN BAHASA WOLIO DI SULAWESI TENGGARA

BAB V RETENSI DAN INOVASI DALAM BAHASA JAWA INDRAMAYU. Dalam bab ini akan dibahas mengenai alasan-alasan yang

BAB II KERANGKA TEORETIS. bermigrasi dari Cina Selatan lebih kurang 8000 tahun yang lalu. Dari Taiwan penutur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN ALUR PENELITIAN. penelitian Wakidi dkk. dengan judul Morfosintaksis Bahasa Blagar dan La Ino

BAB I PENDAHULUAN. Siti Rahayu, 2014 Pengembangan aksara Lampung braille Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

PROSES FONOLOGIS DALAM PENGADOPSIAN KATA BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA CIACIA DI KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. membantu berkomunikasi praktis. Sebagai bahasa yang telah lama hidup dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa (selanjutnya disingkat BJ) merupakan bahasa ibu bagi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PEDAHULUAN. Nama Austronesia berasal dari kata Latin auster "angin selatan" dan kata Greek

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEKERABATAN BAHASA BUGIS DAN BAHASA MUNA. SITTI ALIJAH A1D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

Transkripsi:

180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kajian relasi kekerabatan bahasa-bahasa di Wakatobi memperlihatkan bahwa di Wakatobi terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wangi-Wangi sebagai bahasa tersendiri dan kelompok Kaledupa-Tomia-Binongko sebagai dialek-dialek yang berasal dari satu bahasa. Untuk membuktikan pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi, berikut ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta penyampaian saran terkait kelanjutan penelitian pada topik yang sama dengan kajian yang berbeda. Berikut akan diuraikan kesimpulan serta saran untuk penelitian selanjutnya. 5.1 Kesimpulan Analisis relasi kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi yang terdiri dari Isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memperlihatkan bahwa di kepulauan tersebut terdapat dua kelompok bahasa yaitu kelompok Wakatobi Utara yang beranggotakan Wangi-Wangi dan kelompok Wakatobi Selatan yang beranggotakan Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Pengelompokan bahasa di kepulauan tersebut dilakukan melalu kajian sinkronis dan diakronis. Kajian sinkronis ditempuh melalui deskripsi fonologi dan leksikal terhadap isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, sedangkan kajian diakronis ditempuh melalui dua cara yaitu analisis kuantitatif dengan teknik leksikoststistik dan analisis kualitataif melalui teknik rekonstruksi. Teknik rekonstruksi dilaksanakan melalui rekonstruksi dari bawah ke atas, dan dilanjutkan dengan 180

181 rekonstruksi dari atas ke bawah untuk melihat refleks PAN terhadap isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Hasil analisis kajian sinkronis kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi menunjukan bahwa isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memiliki kesamaan sistem fonologi dan leksikal. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa keempat isolek tersebut memiliki 5 buah fonem vokal yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/ serta 20 buah fonem konsonan yaitu /b/, / /, /p/, /m/, /w/, /f/, /d/, / /, /t/, /n/, /l/, /r/, /j/, /s/, /g/, /ĝ/, /k/, /ŋ/, /h/, dan /y/ kecuali pada isolek Binongko hanya ditemukan 18 buah fonem konsonan dimana pada isolek tersebut tidak ditemukan fonem konsonan / / dan /ĝ/. Selain itu, berdasarkan hasil analisis sinkronis ditemukan bukti fonologis yang memisahkan Wangi-Wangi dari Kaledupa-Tomia-Binongko. Bukti tersebut adalah adanya konsonan kembar pada isolek Kaledupa-Tomia-Binongko sedangkan pada isolek Wangi-Wangi tidak ditemukan konsonan kembar. Konsonan kembar yang ditemukan pada ketiga isolek tersebut adalah /pp/,/ss/, /tt/, /ŋŋ/, /kk/, /ll/, dan /nn/. Selain kesamaan fonologis, ditemukan kesamaan leksikal berupa kesamaan pembagian suku kata pada keempat isolek tersebut. dari segi leksikal, isolek Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko memiliki jumlah suku kata yang sama yaitu kata yang bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat dan kata yang bersuku lima dengan pola yang sama yaitu V, KV, dan KKV. Hasil analisis kuantitatif dengan teknik leksikostatistik relasi kekerabatan isolek-isolek di Wakatobi menunjukan bahwa hubungan antara Wangi-Wangi- Kaledupa adalah mencapai 70,16%, Wangi-Wangi-Tomia mencapai 66,84%, dan

182 Wangi-Wangi-Binongko mencapai 67,19. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa Wangi-Wangi-Kaledupa, Wangi-Wangi-Tomia, dan Wangi- Wangi-Binongko berada pada tingkat perbedaan bahasa dalam satu keluarga bahasa. Selain itu, hasil perhitungan antara Kaledupa-Tomia sebesar 89%, Kaledupa-Binongko sebesar 81%, dan Tomia-Binongko sebesar 84,57%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hubungan dari ketiga isolek tersebut berada pada tataran perbedaan dialek dalam satu bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik di Wakatobi terdiri dari 2 kelompok bahasa yaitu Wakatobi Utara meliputi Wangi-Wangi dan Wakatobi Selatan meliputi Kaledupa-Tomia-Binongko. Bukti kualitatif yang ditemukan berupa bukti penyatu dan pemisah kelompok bahasa di Wakatobi baik itu dari segi fonologis maupun leksikal. Evidensi fonologis menjelaskan bahwa fonem vokal PWKTB *u dan *o mengalami retensi pada Wn dan mengalami inovasi pada PKTB /o/ dan /a/ sedangkan fonem vokal PWKTB *i mengalami retensi pada PKTB dan berinovasi menjadi /e/ pada Wn. Fonem konsonan PWKTB *w dan *p mengalami retensi pada Wn dan berinovasi menjadi PKTB /h/. Inovasi fonem PWKTB *w dan *p tersebut mengalami proses merger. Selanjutnya fonem PWKTB *k, *, dan *w mengalami retensi pada PKTB dan berinovasi menjadi /p/, /b/, dan /Ɂ/ pada Wn. Evidensi leksikal sebagai bukti pemisah Wn dan PKTB menjelaskan bahwa terdapat gejalah lenisi, aferesis, protesis, apokop, dan sinkope pada PWKTB terhadap bahasa Wn dan PKTB. Evidensi leksikal juga dapat digunakan sebagai

183 bukti penyatu kelompok yang membedakan bahasa Wn dan PKTB terhadap bahasa-bahasa lain yang berada dalam subkelompok Muna-Buton yang lain. Pengelompokan bahasa Wakatobi diperkuat lagi dengan hasil rekonstruksi PKTB sebagai kelompok bahasa tersendiri yang terpisah dari Wn. Secara fonologi, hasil rekonstruksi PKTB memperlihatkan bahwa fonem vokal PKTB *i dan *u mengalami retensi pada Bn dan berinovasi menjadi /e/ dan /o/ pada PKT. Selain itu fonem konsonan PKTB *o mengalami retensi pada PKT dan berinovasi menjadi Bn /a/. Selanjutnya fonem konsonan PKTB *p mengalami retensi pada PKT dan berinovasi menjadi /h/ pada Bn dan fonem konsonan PKTB * mengalami retensi pada Bn dan berinovasi menjadi PKT /b/. Selain evidensi inovasi fonologis, evidensi leksikal juga menjadi bukti pengelompokan PKTB sebagai bahasa yang terpisah dari Wn. Bukti leksikal tersebut juga mendukung Kd sebagai bahasa yang berpisah lebih dahulu dari PTB. Bukti leksikal dimaksud berupa perbedaan leksikon pasangan kognat yang dimiliki oleh kedua dialek tersebut. perbedaan leksikon yang dimaksud misalnya pada kata yang bermakna rambut Bn terefleksi sebagai hotu sedangkan PKT terefleksi sebagai *ĝotu. Pada kata yang bermakna anjing, Bn terefleks sebagai obu sedangkan PKT terefleksi sebagai *ĝo u. Pada kata yang bermakna buah, Bn terefleksi sebagai aɂe sedangkan PKT terefleksi sebagai* ake. Pada kata yang bermakna memeras, Bn terefleksi sebagai peŋse sedangkan PKT terefleksi sebagai *piŋse. Adanya perbedaan leksikon pada Bn dan PKT semakin memperkuat bukti pemisahan Bn dari PKT.

184 Bukti pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi selanjutnya dapat dilihat berdasarkan penelusuran fonem-fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB. Refleks fonem PAN terhadap Wn dan PKTB dapat berupa inovasi dan retensi yang selanjutnya dapat dikelompokan atas kaidah primer dan sekunder. Kaidah primer refleks fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB dapat berupa merger yaitu fonem PAN *e dan *u mengalami merger menjadi /o/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima. Selain itu, terdapat split yaitu fonem vokal PAN *i mengalami split menjadi /i/ dan /e/ pada bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima.serta fonem vokal PAN *u yang mengalami split menjadi /u/ dan /o/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima. Bentuk lain juga dapat dilihat pada fonem konsonan PAN *p dan *R yang mengalami merger menjadi /h/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima dan ultima serta PAN *b yang mengalami split menjadi /b/ dan /w/ dalam bahasa Wn dan PKTB pada posisi penultima. Sedangkan kaidah sekunder refleks fonem PAN terhadap bahasa Wn dan PKTB dapat berupa protesis, apokop, lenisis, subtitusi, aferesis, dan monoftongisasi yang semuanya dapat dijadikan sebagai bukti pendukung pengelompokan bahasa Wn dan PKTB. 5.2 Saran Penelitian yang berjudul Relasi Kekerabatan Bahasa-Bahasa Wakatobi: Kajian Linguistik Historis Komparatif ini masih merupakan kajian awal untuk menjelaskan status relasi kekerabatan dan pengelompokan bahasa di kepulauan tersebut. Penelitian relasi kekerabatan dan pengelompokan bahasa-bahasa di Wakatobi ini masih memerlukan kajian yang lebih lanjut mengingat dalam kajian

185 ini hanya terbatas pada tataran fonologi dan leksikon. Penelitian lanjutan pada tataran morfologi, semantik, dan sintaksis secara menyeluruh dan mendalam sangat diharapkan untuk mendukung hasil penelitian ini. Perbandingan dalam tataran morfologis, semantik, dan sintaksis ini dapat memberikan evidensievidensi yang lebih kuat mengenai hubungan kekerabatan dan pengelompokan bahasa di daerah tersebut. Penelitian lebih lanjut hubungan antara Kaledupa, Tomia dan Binongko masih perlu dilakukan tinjauan ulang untuk menentukan hubungan antara ketiga isolek tersebut apakah ketiganya berada pada tataran dialek atau berada pada tataran subdialek. Dengan demikian studi tentang bahasa-bahasa di kepulauan Wakatobi akan semakin lengkap.