BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sendiri. Di dalam menilai dirinya sendiri, bangga, puas dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. agama islam yang ada di Sidoarjo. MA Daru Ulum yang terletak di Waru

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Body Dissatisfaction


erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dapat kita lihat adanya kecenderungan masyarakat yang ingin memiliki tubuh ideal.banyak orang yang selalu merasa bahwa bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik adalah mereka yang memiliki badan yang ideal dan penampilan yang menarik. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan.remaja mengalami banyak perubahan secara fisik yang juga diikuti dengan perubahan secara psikologis.salah satu bentuk perubahan fisik adalah bentuk tubuh yang dipengaruhi oleh hormon-hormon dalam tubuh. Perubahan bentuk terkadang mempengaruhi cara remaja memandang dan menilai bentuk tubuhnya. Remaja cenderung akan berdiri lama didepan cermin dan memandang bentuk tubuhnya. Akan timbul pertanyaan-pertanyaan dan renungan- perasaan-perasaan seperti ini yang disebut dengan body image. Kata body image pertama kali diperkenalkan oleh seorang neurologis dan psikoanalisis bernama Paul Schilder di dalam bukunya The Image and Appearance o the Human Body (1935). Lebih jelasnya, ia mendefinisikan body image sebagai perasaan-perasaan individu mengenai estetika tubuh dan daya tarik seksual yang dimilikinya (Yuniarini, 2012). 12

2 Masa remaja adalah masa peralihan dan perubahan dalam masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini remaja memiliki pemikiran dan tingkah laku yang belum jelas, sehingga para anak remaja ini menampilkan diri yang tidak sebenarnya seperti seakan-akan sedah dewasa, namun sebenarnya secara mental belum matang dan belum siap menerima keadaan dirinya yang sudah berubah menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Body image yang dimiliki remaja akan berpengaruh kepada beberapa perubahan perilaku. Sebagai contoh, remaja cenderung membandingkan dirinya denga teman-teman dan berusaha keras untuk dapat diterima dalam peer group (kelompok teman sebaya). Masalah akan timbul karena tidak semua remaja tumbuh dan berkembang disaat yang bersamaan dan dengan cara yang sama (Yuniarini, 2012). Remaja yang tumbuh dengan keluarga yang terlalu kritis tentang penampilan dan bentuk tubuh juga akan mengembangkan body image yang negatif. Hal ini dapat mempengaruhi harga diri remaja terutama remaja yang bersangkutan memiliki sifat yang sensitif terhadap komentar yangdiberikan oleh orang lain. Remaja juga dapat mengembangkan body image yang negatif dikarenakan komentar dan tanggapan dari temanteman. Remaja akan menarik diri dan merasa lebih nyaman berada sendirian daripada bergaul dengan teman-teman. Hal ini dapat terjadi karena beberapa remaja membentuk gank atau kelompok tertentu karena

3 interest (Yuniarini, 2012). Body image yang positif dapat dikembangkan melalui kebiasaan dan gaya hidup sehat serta pola pikir yang sehat pula. Sebagai contoh remaja dapat menjaga bentuk tubuh yang proporsional dengan menjaga polamakan yang sehat dan seimbang.kebersihan tubuh juga dapat menunjang rasa percaya diri.kuku dan rambut yang bersih serta aroma tubuh yang tidak menyengat akan membawa remaja dengan sendirinya menjadi pribadi yang percaya diri (Yuniarini, 2012). Santrock (2003), mengataka bahwa perhatian terhadap gambaran tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik laki-laki ataupun perempuan, tetapi perempuan lebih tinggi mengalami kepusan yang negatif terhadap tubuhnya. Para remaja melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian yang sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan, alat-alat kecantikan, namun usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapatdion, (1996 dalam Hurlock, 1999) yang menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya (Andea, 2010.).

4 Papalia & Olds, 2008 menyatakan bahwa remaja yang memiliki persepsi positif terhadap gambaran tubuh mampu menghargai dirinya.individu tersebut cenderung menilai dirinya sebagai orang dengan kepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan.perubahan fisik karena pubertas dapat membuat kaum remaja diliputi perasaan tidak pasti atau takut yang memnyebabkan mereka cenderung berpikir negatif. Penampilan yang menarik dianggap membuka semua pintu kesamaan dan penerimaan yang layak di masyarakat.penampilan menarik membuat seorang wanita menjadi popular di kalangan teman-teman, mendapat tempat dalam pergaulan lebih mdah menyelesaikan diri, dan lebih mudah mendapatkan pasangan.sebaliknya, wanita-wanita yang di pandang kurang menarik, seringkali menerima perlakuan yang tidak menyenangkan seperti menjadi bahan ejekan, tidak dianggap penting dalam pergaulan, dan kurang menarik lawan jenis (Bukowsky, Hoza, dan Boivin, 1993, dalam Nirmala 1996).Melalui pengalaman tersebt wanita belajar menghubungkan kesuksesan dalam reaksi sosial dengan daya tarik fisik (Striegel-Moore dan Marcus, 1995, dan Nirmala, 1996).Sebagai akibatnya wanita menyamakan daya tarik fisik dengan harga diri (Frank, 1986, Negal dan Jones, 1992, dalam Nirmala, 1996). Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), Pandangan seseorang mengenai penampilan dan aspek kebutuhan didasarkan oleh persepsi mereka terhadap dirinya, kepercayaan-kepercayaan, juga perasaanperasaan yang pada bagaimana orang lain melihat dia. Hal ini disebut

5 dengan citra tubuh (body image). Citra tubuh (body image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya, baik secara keseluruhan, maupun bagian per bagian, seperti ukuran (size), bentuk tubuh (shape), dan nilai estetisnya (Permatasari, 2006). Sikap ini dapat bersikap positif ataupun negatif.orang yang memiliki citra tubuh positif akan memiliki kepuasaan citra tubuh (body image satisfaction) yang tinggi. Orang yang puas akan merasa nyaman dan percaya diri di lingkungan sosialnya. Sedangkan orang yang memiliki citra tubuh negatifakan memiliki ketidakkepuasaan citra tubuh (body image dissatisaction) yang rendah. Mereka akan mengalami hambatan sosial, rendahnya harga diri, juga kecemasan (Cash dan Flemming, 2002, dalam Cash dan Pruzinsky, 2002). Menurut para ahli body image di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, keluarga, media massa dan hubungan interpersonal (Andea, 2010). Adapun sifat-sifat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: rekasi orang lain, pembanding dengan orang lain, identifikasi terhadap orang lain, peran seseorang dan perkembangan body image (Halil, 2007). Menurut Jones (2001), dalam perbandingan ini mereka tidak sekedar menerima informasi tentang bentuk tubuh atau penampilan ideal dari target, tetapi juga berusaha untuk menilai sejauh apa kekurangan dan kemiripan diri mereka dibandingkan dengan target yang mewakili standar ideal itu. Apabila perbandingan tersebut memperlihatkan hasil bahwa

6 dirinya tidak mendekati atribut-atribut ideal yang dimiliki mereka akan merasa tidak puas dengan dirinya (Permatasari, 2006). Para remaja merasa kurang tinggi, gemuk, kurang cantik dan lain sebagainya. Mereka sering sekali membandingkan dengan orang lain, seperti membandingkan dengan artis atau teman sebayanya yang menurut dia memiliki bentuk tubuh yang sempurna dan wajah cantik sehingga penampilannya kurang menarik. Kondisi serupa juga dialami oleh siswi MA Daru Ulum, seperti yang dipaparkan oleh guru BK, mayoritas dari siswi memperhatikan penampilan mereka.ada anak yang merasa minder karena penampilan dan bentuk tubuh yang kurang ideal.siswi tersebut selalu membandingkan dirinya dengan teman-tamnnya yang lebih cantik daripada dia. Ada juga yang cuek-cuek saja meskipun berpenampilan tidak seperti temantemannya. Dalam hal ini peneliti tertarik meneliti tentang hubungan antara perbandingan sosial (social comparison) dengan gambaran tubuh (body iamge).perbandingan sosial (social comparison) menjadi parameter bagi wanita untuk menevaluasi penampilan fisiknya. Dengan perbandingan sosial wanita belajar untuk mengenali penampilan menarik seperti apa yang menjadi standar ideal dalam masyarakat, untuk kemudian mengidentifikasi dirinya apakah sudah sesuai dengan standar ideal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jones (2011) bahwa social comparison

7 merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam pembentukan body image yang kemudian akan mempengaruhi kepuasan tubuh seseorang. Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk meneliti ntara Social Comparison dengan Body Image pada Remaja Putri MA Darul Ulum B. Perumusan Masalah Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Adakah hubungan antara (social comparison) dengan gambaran tubuh (body image) pada remaja putri MASidoarjo. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara social comparison dengan body image pada remaja putri MA Darul Ulum Sidoarjo. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian diharapkan memperoleh manfaat baik secara teoritis maupun praktis: 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu Psikologi.khususnya dalam psikologi klinis dan Psikologi sosial tentang hubungan antara (social comparison) dengan gambaran tubuh (body image) pada remaja putri di MA Sidoarjo.

8 2. Praktis a. Sebagai bahan masukan untuk remaja putri agar tidak selalu membandingkan dirinya dengan orang lain ataupun artis. b. Menerima segala bentuk dan penampilan tubuh dengan keadaan apapun E. Keaslian Penelitian Keaslian penelitian bertujuan untuk membandingkan penelitian yang sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan membandingkan antar keduanya maka dapat diketahui perbedaan dan ciri khas penelitian yang sedang dilakukan. Hal ini dapat dijadikan sebagai usaha untuk mengurangi plagiatisme. Beberapa hal penting diketahui dalam keaslian penelitian adalah lokasi, teknik analisis, variabel, dan hasil penelitian ataupun hasil yang diharapkan. Dewasa ini banyak para peneliti yang meneliti tentang gambaran tubuh (body iamge).penelitian yang pertama di lakukan oleh Mareta Puspitasari yang meniliti tentang hubungan antara citra tubuh dengan komunikasi interpersonal teman sebaya para remaja putri di SMA negeri 7 Surakarta. Dari penelitian tersebut menghasilkan hubungan yang positif yang signifikan antar citra tubuh dan komunikasi interpersonal teman sebaya dengan remaja putri yang ditunjukan dengan nilai r = 0.371 dengan sumbangan efektif sebesar 13.77% dengan p < 0.01. Penelitian yang ke dua di lakukan oleh Marini Amalia, Rahayu Indriasari dan Nurhaedar Jafar yang meneliti tentang hubungan body

9 image dengan perilaku diet dan kadar HB pada remaja putri di SMAN 10 kota Makassar.Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara body image dengan perilaku diet pada remaja putri di SMAN 10 Makassar (p=0.020). Remaja yang memiliki body image dengan kadar HB pada remaja putrid di SMAN 10 Makassar (p=0.018). remaja putrid yang anemia cenderung memiliki body image negatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa body image memiliki hubungan positif dengan perilaku diet dan kadar Hb. Dari penelitian Aunadya, 2013, memiliki hubungan yang signifikan antara tingkat metroseksual pada pria dengan kualitas perkawinan.tidak ada hubungan yang terjadi antara body image dengan kualitas perkawinan. Perubahan yang terjadi pada body Image tidak diikuti perubahan pada kualitas perkawinan, sehingga kedua variabel ini secara signifikan tidak berhubungan, kondisi tersebut terjadi karena banyak faktor yang melatarbelakangi kualitas perkawinan seperti usia perkawinan. Selain ituada kemungkinan pembentukan body image, dilatarbelakangi oleh faktor kesehatan bukan penampilan.ada hubungan yang signifikan antara tingkat metroseksual pada pria dengan kualitas perkawinan.perubahan yang terjadi pada tingkat metroseksual diikuti perubahan pada kualitas perkawinan (Aunadya, 2013). Penelitian yang ketiga, di lakukan oleh Aunadya Rosa yang meneliti hubungan antara body image dan tingkat metroseksual pada pria dengan kualitas perkawinan.dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

10 tidak terdapat korelasi yang signifikan body image dan kualitas perkawinan dan terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat metroseksual dengan kualitas perkawinan. Penelitian yang ke empat adalah yang di lakukan oleh Irianita jati Winayu, yang meneliti tentang body image mahasiswa yang menggunakan tato.berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alasan menggunakan tato dari ketiga subjek yang paling dominan adalah untuk mengekspresikan suatu seni dan untuk mencapai suatu keindahan bagi tubuhnya, sedangkan satu subjek menggunakan tato sebagai pelampiasan permasalahan. Dapat diketahui juga bahwa tiga subjek memiliki body image yang cenderung positif, yang ditunjukkan dengan perasaan menarik dan sikap percaya diri terhadap tubuh dan penampilan bertato, sedangkan satu subjek memiliki body image yang cenderung negatif, yang ditunjukkan dengan adanya perasaan tidak menarik dan sikap tidak percaya diri terhadap tubuh dan penampilan bertato. Penelitian ke lima dilakukan oleh Aisyah, Rahayau, dan Yustini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan psitif yang signifikan antara bodi image dengan status obesitas pada responden dengan nilai p= 0,012 (<0.005). tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku diet dengan status obesitas pada responden dengan nilai p= 0.917 (>0.005). Pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana variabel bebasnya, subjek maupun lokasi penelitian yang dilakukan adalah subjek Remaja putri MA Darul Ulum Sidoarjo dengan judul hubungan

11 antara social comparison dengan body image pada remaja putri MA Darul Ulum Sidoarjo.