PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP MAKNA VARIABEL DALAM SUATU PERSAMAAN. Linda Vitoria

dokumen-dokumen yang mirip
DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

Analisis Kesulitan Siswa dalam Pemecahan Masalah Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Identifikasi Kesulitan Siswa dalam Memahami Persamaan Garis Lurus di SMP Negeri 6 Banda Aceh

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PERBANDINGAN SENILAI DAN BERBALIK NILAI

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh peserta didik dapat diterima baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta

Kelengkapan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Nilai Mutlak

ANALISIS TIPE KESALAHAN BERDASARKAN TEORI NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT

Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Membuat Model Matematika dari Soal Cerita di Kelas VI SDN Inpres 1 Tatura

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA SPLDV DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SALATIGA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

BAB VI PENUTUP. 1. Langkah-langkah mendiagnosis kesulitan siswa ialah sebagai berikut: a. Observasi untuk mengetahui subyek yang akan diteliti

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

DEFRAGMENTING STRUKTUR BERPIKIR MELALUI REFLEKSI UNTUK MEMPERBAIKI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI BALOK

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

ANALISIS KESALAHAN PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS-BAHASA INDONESIA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA SEMESTER VI TAHUN 2016/2017.

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN KATEGORI KESALAHAN WATSON DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL HIMPUNAN DI KELAS VII D SMP NEGERI 11 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

Keywords: Mathematical communication, emotional intelligence, quadrilaterals.

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

Komunikasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Meningkatkan Kemampuan Operasi Dasar Aljabar Kelas X Melalui PBL Berpendekatan Algebraic Reasoning

PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONFIDENCE DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari

Geometri Ruang di Perguruan Tinggi: Kesalahan Mahasiswa Menyelesaikan Soal Berdasarkan Prosedur Newman

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Materi Aljabar di Kelas VIII SMPN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2015/2016

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

Ariesta Kartika Sari 1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan

Penerapan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada Materi Peluang di Kelas X SMA Negeri 1 Banda Aceh

Kemampuan Menyelesaikan Soal Matematika (PISA) dan Daya Juang Siswa dalam Menghadapi UN

Kata Kunci: analisis kesalahan, perbandingan

JURNAL. Oleh: AJENG TRI WAHYUNI Dibimbing oleh : 1. Aprilia Dwi Handayani, S.Pd,. M.Si 2. Jatmiko, M.Pd

PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

TUJUAN Mengatur tatacara pengajuan proposal skripsi mahasiswa. Mengatur distribusi dosen pembimbing dan penguji skripsi

Analisis Perbandingan Penalaran Kreatif Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2016 Tingkat Sekolah Lanjutan Atas

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS X.2 SMAN 1 SALIMPAUNG BERDASARKAN METODE KESALAHAN NEWMAN

Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah dengan Pemberian Scaffolding

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV SD DALAM MENYELESAIKAN SOAL BILANGAN PECAHAN SENILAI DAN MENYEDERHANAKAN BILANGAN PECAHAN

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII MTSN TUNGKOP DARUSSALAM ACEH BESAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama 1)

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika Oleh : Ariyadi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

ANALISIS KESALAHAN SOAL UTS ANAK SD KELAS III SDN LOLAWANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SMA DENGAN PEMANFAATAN SOFTWARE CORE MATH TOOLS

KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI TAKSONOMI SOLO KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam

Transkripsi:

PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP MAKNA VARIABEL DALAM SUATU PERSAMAAN Linda Vitoria Universitas Syiah Kuala; E-Mail: lindamarsaidah@gmail.com Abstrak Suatu permasalahan dapat disajikan dalam bentuk persamaan dengan menggunakan variabel-variabel sehingga lebih sederhana untuk diselesaikan secara matematis. Huruf alfabet sering digunakan sebagai variabel untuk mewakili suatu kuantitas yang belum diketahui nilainya. Artikel ini menggambarkan pemahaman mahasiswa terhadap variabel dalam persamaan matematika, yaitu interpretasi mahasiswa terhadap makna variabel dalam suatu persamaan. Subjek penelitian adalah 30 orang mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah. Kepada subjek diberikan tiga soal yang berkaitan dengan penggunaan variabel dalam persamaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kurang memahami makna variabel. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa adalah mengganti harga variabel dengan suatu bilangan secara acak dan memandang variabel sebagai objek, bukan sebagai suatu bilangan yang belum diketahui nilainya. Kata Kunci: variabel, persamaan 1. Pendahuluan Proses berfikir matematis merupakan suatu keterampilan yang penting untuk dikembangkan pada diri pembelajar karena berkaitan dengan keterampilan menyelesaikan masalah atau problem solving (McIntyre, 2005). Pemodelan adalah salah satu upaya penyelesaian masalah secara matematis yang dilakukan dengan menyajikan suatu masalah ke dalam bentuk persamaan. Agar penyajiannya lebih sederhana, maka digunakan variabel untuk mewakili bilangan yang belum diketahui nilainya. Untuk melakukan hal ini, dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap penggunaan variabel dalam suatu persamaan. Hasil penelitian menunjukkan banyak siswa kesulitan memahami bahasa matematika yang disajikan dalam bentuk persamaan. Kesulitan awal yang dialami siswa adalah memahami bahasa dari suatu masalah, terutama yang berbentuk soal cerita, yang akan dinyatakan dalam bentuk persamaan (Gooding, 2009). Hart (1981) menemukan bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah salah mengartikan variabel sebagai objek, bukan sebagai pengganti bilangan yang tidak diketahui nilainya. Penguasaan terhadap komputasi aljabar juga merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu persamaan (Tanjungsari et al, 2012). 85

Mahasiswa PGSD adalah calon guru yang pada gilirannya akan mengajarkan siswa SD. Penguasaan materi secara baik sangat diperlukan sebagai modal untuk mengajar. Kesalahan konsep ataupun kesulitan-kesulitan yang tidak segera diatasi dapat berakibat buruk bagi perkembangan pengetahuan siswa yang mereka ajarkan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk menggali pemahaman mahasiswa calon guru terhadap makna variabel dan hubungan antarvariabel dalam suatu persamaan. Pertanyaan yang diajukan dalam artikel ini adalah: bagaimana interpretasi mahasiswa terhadap makna variabel dalam suatu persamaan? Informasi yang disajikan di dalam artikel ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi dosen matematika, khususnya di PGSD FKIP Unsyiah dalam menyusun dan mengembangkan bahan ajar agar dapat mengatisipasi kesulitan mahasiswa dalam memahami makna variabel dalam suatu persamaan. Variabel huruf yang sering dipakai dalam suatu persamaan adalah huruf kecil yang digunakan untuk mewakili suau bilangan yang belum diketahui nilainya. Persamaan yang dikaji adalah persamaan linier satu variabel dan persamaan linier dua variabel. 2. Kajian Teori Persamaan merupakan kalimat terbuka yang menyatakan hubungan sama dengan (Negoro & Harahap, 2010: hal.269). Persamaan memuat variabel sebagai pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya. Variabel merupakan suatu entitas yang mewakili anggota suatu himpunan (Nelson, 2003). Variabel yang banyak digunakan dalam suatu persamaan adalah variabel huruf. Nilai kebenaran suatu persamaan baru dapat ditentukan apabila variabel diganti dengan harga yang tepat. Contohnya 2x + 3 = 5 untuk semesta pembicaraan bilangan asli. Persamaan ini bernilai benar apabila x diganti dengan 1, dan akan bernilai salah jika x diganti dengan harga yang lain. Penyajian suatu permasalahan dalam bentuk persamaan dapat menyederhanakan proses kalkulasi sehingga masalah tersebut lebih mudah untuk diselesaikan. Kurikulum matematika di SD mensyaratkan bahwa pelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata sehingga siswa dapat melihat manfaat atau aplikasi matematika. Hal ini dapat dilakukan melalui penggunaan soal cerita dengan konteks kehidupan nyata. Soal cerita diselesaikan dengan cara diterjemahkan ke dalam bentuk persamaan dan diselesaikan secara matematis. Dalam menuliskan suatu masalah ke bentuk persamaan, dibutuhkan kemampuan memahami bahasa matematika (Karlimah, 2010). Pemahaman bahasa matematika berkaitan 86

dengan pemahaman terhadap penggunaan huruf sebagai variabel dan pemahaman terhadap hubungan antarvariabel serta cara menerjemahkan hubungan tersebut ke dalam bentuk persamaan (Mayer & Hegarty, 1996). McIntyre (2005) di dalam thesisnya merangkum hasil penelitian Kuchemann mengenai interpretasi siswa terhadap penggunaan variabel berupa huruf dalam suatu persamaan, yaitu 1) nilai variabel dapat diganti dengan bilangan apa saja. Contohnya, pada persamaan 2x + 1, siswa memilih sendiri nilai x sehingga jawaban bisa berbeda-beda dari siswa satu dengan siswa yang lainnya; 2) variabel huruf diabaikan. Contohnya, 2x + 1 dihitung menjadi 3x; 3) variabel dipandang sebagai objek, yaitu variabel digunakan untuk memberi label pada suatu objek, bukan untuk satuan yang ditanyakan. Contohnya 2b + 3p diartikan sebagai 2 buku ditambah 3 pensil, bukan satuannya seperti harga 2 buah buku ditambah harga 3 buah pensil; 4) variabel sebagai bilangan tertentu yang tidak diketahui nilainya; 5) variabel sebagai generalisasi bilangan, yaitu suatu himpunan bilangan yang memenuhi suatu persamaan; dan 6) variabel dipandang sebagai perwakilan nilai-nilai tertentu sesuai dengan hubungan variabel tersebut dengan variabel lain dalam suatu persamaan, misalnya pada persamaan y = 2x. Di sini, y mewakili suatu bilangan yang nilainya bergantung pada nilai x. 3. Metode Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitiatif deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, tes, dan wawancara. Subjek penelitian adalah 30 orang mahasiswa PGSD FKIP Unsyiah. Tes tertulis diberikan kepada subjek penelitian untuk meneliti pemahaman subjek terhadap variabel dalam suatu persamaan. Tes berisi tiga soal yang terdiri dari dua soal pilihan ganda dan satu soal essai. Dua soal pilihan ganda yang diberikan adalah untuk melihat pemahaman subjek terhadap makna variabel sebagai pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya, dan soal essai berupa soal cerita adalah untuk melihat kemampuan subjek menggunakan variabel sebagai pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya pada saat menuliskan bentuk persamaan dari soal cerita. Wawancara dilaksanakan untuk mengkaji lebih dalam pemahaman subjek terhadap makna variabel dalam suatu persamaan. Subjek yang diwawancarai adalah perwakilan dari beberapa subjek yang jawabannya sama atau mirip. Pada saat wawancara, subjek diminta untuk memberi penjelasan atas jawaban yang mereka berikan pada saat tes. 87

4. Hasil dan Pembahasan Tabel berikut ini menunjukkan pilihan jawaban subjek terhadap soal tes pililhan ganda. Tabel 1. Jawaban Subjek untuk Soal Pilihan Ganda Soal 1. Misalkan x adalah suatu bilangan asli, maka penjumlahan x + x + x = 12 dapat dinyatakan dengan. A. 3 + 4 + 5 B. 4 + 4 + 4 C. A dan B benar 2. Jika a + b = 5, maka 4 + a + b = A. 9 B. 10 Tidak dapat ditentukan nilainya. Jawaban benar Frekuensi jawaban benar B 4 1 (memilih A) A 26 0 (memilih B) Frekuensi jawaban salah 25 (memilih C) 4 (memilih C) Soal nomor 1 dan 2 berkaitan dengan penggunaan variabel huruf sebagai pengganti bilangan tertentu yang belum diketahui nilainya. Untuk soal nomor 1, hanya 4 dari 30 subjek yang memilih jawaban benar yaitu B. Satu orang perwakilan subjek yang diwawancarai untuk soal ini menjelaskan bahwa x menunjukkan satu bilangan tertentu sehingga nilainya tidak boleh berbeda-beda. Satu orang subjek memilih pilihan jawaban A. Pada saat diminta untuk menjelaskan jawabannya, ia menunjukkan bahwa pilihan jawaban A memenuhi, yaitu 3 + 4 + 5 = 12 sehingga ia langsung memilih jawaban tersebut tanpa memeriksa pilihan jawaban lainnya. Menurutnya untuk setiap soal hanya ada satu kunci jawaban yang benar, sehingga ketika pilihan A dianggap benar, ia tidak perlu lagi memeriksa pilihan jawaban lainnya. Hal ini menarik untuk diperhatikan oleh tenaga pengajar untuk selalu mengingatkan mahasiswanya agar membiasakan bekerja dengan teliti dan tidak tergesa-gesa memutuskan jawaban. Terdapat 25 subjek yang memilih kunci jawaban C untuk soal nomor 1. Lima orang subjek yang diwawancarai menjelaskan bahwa mereka memilih C karena menganggap x adalah bilangan-bilangan apa saja yang memenuhi persamaan di atas. Karena pilihan jawaban A dan B memenuhi, maka kedua pilihan jawaban adalah benar. Saat ditanya lebih lanjut, apabila tidak ada pilihan jawaban untuk soal nomor 1, seperti apa jawaban yang benar?, tiga subjek mengatakan bahwa semua variasi penjumlahan yang menghasilkan 12 adalah benar. Sedangkan dua subjek mempertimbangkan kembali jawaban awal mereka, dan 88

dengan ragu-ragu mengatakan bahwa hanya pilihan jawaban B yang benar karena x mewakili satu nilai tertentu. Kedua pilihan jawaban yang salah di atas menunjukkan kurang pahamnya subjek terhadap makna variabel sebagai pengganti bilangan yang belum diketahui nilainya sehingga mereka mengganti variabel dengan suatu bilangan secara acak. Untuk soal pilihan ganda nomor dua, 26 subjek memilih pilihan jawaban yang benar yaitu A. Tetapi hasil wawancara terhadap 10 orang perwakilan menunjukkan bahwa hanya 5 subjek yang menjawab dengan baik dan benar. Sedangkan 5 subjek lainnya menjawab dengan cara menggantikan nilai a dan b dengan suatu bilangan acak yang memenuhi a = 2 dan b = 3, kemudian nilai-nilai ini dimasukkan dalam perhitungan 4 + a + b yaitu 4 + 2 + 3 = 9. Saat ditanya lebih lanjut apakah a dan b harus diganti dulu dengan suatu bilangan tertentu?, subjek menjelaskan bahwa hal ini perlu untuk menghitung nilai 4 + a + b. Subjek tampak kesulitan memandang penjumlahan a dan b sebagai satu kesatuan bernilai 5. Setelah dibimbing untuk menganalisa soal bahwa tidak masalah berapapun nilai yang diberikan kepada a dan b karena jumlahnya tetap 5, barulah subjek setuju bahwa soal tersebut dapat diselesaikan tanpa harus mengganti harga a dan b terlebih dahulu. Untuk soal nomor dua, 4 subjek memilih pilihan jawaban C dengan alasan a dan b tidak diketahui nilainya sehingga 4 + a + b tidak dapat diselesaikan. Saat diminta menghubungkan informasi a + b = 5 dengan pertanyaan 4 + a + b =, keempat subjek yang diwawancarai tampak kesulitan memandang penjumlahan a dan b sebagai satu kesatuan bernilai 5. Pemilihan jawaban subjek pada kedua soal pilihan ganda menunjukkan misinterpretasi mereka bahwa variabel dalam suatu persamaan dapat diganti dengan suatu bilangan secara acak. Untuk soal essai, sebagian besar subjek memberikan jawaban akhir yang benar yaitu 75 lembar tiket dewasa dan 325 lembar tiket anak-anak, tetapi fokus penelitian adalah pada pemahaman subjek terhadap variabel. Isi soal adalah sebagai berikut ini. Harga tiket untuk memasuki suatu taman bermain adalah Rp6.000 untuk dewasa dan Rp4.000 untuk anak-anak. Jika total penjualan tiket hari ini adalah 400 lembar senilai Rp1.750.000, berapa lembar masing-masing tiket dewasa dan tiket anak-anak yang terjual? Tabel di bawah ini menggambarkan kesalahan yang dilakukan oleh subjek dalam penggunaan variabel pada saat menjawab soal essai. 89

Tabel 2. Kesalahan Jawaban Soal Essai Jenis kesalahan 1. Variabel langsung digunakan dalam persamaan tanpa dijelaskan nilai apa yang diwakili oleh variabel yang digunakan tersebut. 2. Interpretasi variabel sebagai objek. Contoh jawaban: Misalkan x = tiket dewasa, dan y = tiket anak-anak 3. Salah interpretasi variabel. Contoh jawaban: Misalkan x = harga tiket dewasa, dan y = harga tiket anak-anak Frekuensi 5 12 10 Interpretasi yang benar terhadap penggunaan variabel pada soal di atas adalah, misalkan a menyatakan banyaknya tiket dewasa yang terjual dan b menyatakan banyaknya tiket anak-anak yang terjual. Lima orang subjek yang melakukan kesalahan nomor 1, menjelaskan bahwa mereka terbiasa menyelesaikan soal dengan langsung bekerja pada perhitungan. Mereka menganggap bahwa pendefinisian variabel tidak terlalu penting karena mereka sudah tahu apa yang diwakili oleh variabel yang mereka gunakan. Hal ini perlu mendapat perhatian para dosen matematika. Pendefinisian variabel adalah langkah penting dalam matematika karena berkaitan dengan keabsahan operasi dan manipulasi yang dikenakan kepada variabel tersebut. Mahasiswa perlu dibiasakan untuk berfikir dan bekerja secara terstruktur. Terdapat 12 subjek yang melakukan kesalahan nomor 2 yaitu menginterpretasi variabel sebagai objek. Lima orang perwakilan dipanggil untuk diwawancarai. Saat ditanya, apa yang ditanyakan oleh soal ini?, subjek menjawab: tiket dewasa dan tiket anak-anak. Subjek diminta untuk mencermati kembali bahasa soal cerita dan ditanya lebih lanjut, apa yang ditanya mengenai tiket dewasa dan anak-anak pada soal ini?, subjek dapat menjawab bahwa banyak lembar tiket yang terjual yang ditanyakan. Untuk soal essai, terdapat 10 subjek yang melakukan kesalahan nomor 3, yaitu salah menginterpretasikan variabel yang digunakan. Lima orang perwakilan yang diwawancarai menjelaskan bahwa mereka terbiasa menuliskan harga objek saat mendefinisikan variabel karena biasanya hal itulah yang ditanyakan pada soal-soal cerita persamaan linier dua variabel, seperti harga apel, harga buku tulis, dan lain-lain. Hal ini merupakan hal yang penting juga untuk diperhatikan para dosen agar memberikan contoh soal yang beragam sehingga mahasiswa tidak terjebak dengan satu model soal. Ada beberapa hal menarik yang muncul dari jawaban subjek terhadap soal cerita yang diberikan. Pertama, sebagian besar subjek menggunakan variabel x dan y. Hanya sedikit yang 90

menggunakan variabel lain seperti a dan b. Penulis menganggap hal ini penting untuk diperhatikan oleh para dosen agar menjelaskan kepada mahasiswa bahwa variabel huruf yang lain juga dapat digunakan agar mereka tidak salah memahami bahwa hanya x, y, dan z yang dapat digunakan sebagai variabel. Penulisan x juga perlu diperhatikan karena sering ditulis mirip dengan operasi perkalian sehingga dapat menimbulkan kebingungan. Kedua, pada akhir jawaban, terdapat 12 subjek yang tidak menerjemahkan kembali variabel kepada nilai yang diwakilinya, hanya ditulis x = 75 dan y = 325. Meskipun hal ini tidak mempengaruhi nilai kebenaran jawaban, namun penulis menganggap hal ini juga penting untuk diperhatikan demi pemahaman mahasiswa bahwa penggunaan variabel adalah untuk memudahkan penyelesaian sehingga setelah nilai variabel-variabel ditemukan, nilai tersebut dikembalikan kepada entitas yang diwakili oleh variabel-variabel tersebut: banyaknya tiket dewasa yang terjual adalah 75 lembar dan tiket anak-anak 325 lembar. 5. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kurang memahami makna variabel sebagai suatu bilangan yang belum diketahui nilainya. Sebagian besar mahasiswa salah mengartikan variabel sebagai sesuatu yang harganya dapat digantikan dengan bilangan apa saja secara acak. Pada saat menyatakan soal cerita ke bentuk persamaan, 27 dari 30 subjek penelitian melakukan kesalahan dalam penggunaan variabel. Misinterpretasi yang dialami mahasiswa dapat terjadi akibat kurangnya pengalaman mereka dalam menggunakan variabel. Dosen dapat membantu mahasiswa dengan berbagai cara, misalnya dengan meminta mahasiswa menyusun soal cerita untuk diselesaikan oleh temannya dan dilanjutkan dengan saling menanggapi hasil kerja mereka. Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat membangun sendiri pemahaman mereka tentang variabel. Pemahaman yang baik mengenai variabel merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Daftar Pustaka Gooding, S. (2009). Children s difficulties with mathematical word problems. In M. Joubert (Ed.), Proceedings of the British for Research into Learning Mathematics (pp.31 36). UK: University of Cambridge. Hart, K. (1981). Children s understanding of mathematics. London: John Murray. Karlimah. (2010). Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui pembelajaran berbasis masalah. Jurnal Pendidikan, Vol 11 No.2. Halaman 51 60. 91

Mayer, R. E. & Hegarty, M. (1996). The process of understanding mathematical problems. In R.J. Sternberg & T. Ben-Zeev (Eds.), The nature of mathematical thinking (pp. 29-53). USA: Lawrence Elrbaum. Nelson, D. (2003). Dictionary of Mathematics. England: Penguin Books Ltd. McIntyre, Z.S. (2005). An analysis of variable misconceptions before and after various collegiate level mathematics courses. Thesis: University of Maine. Negoro, S.T. & Harahap, B. (2010). Ensiklopedia matematika. Bogor: Ghalia Indonesia. Tanjungsari, R.D., Soedjoko, E., & Mashuri. (2012). Diagnosis kesulitan belajar matematika smp pada materi persamaan garis lurus. Unnes Journal of Mathematics Education, 1 (1), 52 57. 92

1

REVIEWER Dr. Rahmah Johar, M.Pd. Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Dr. Supriatno, M.Si. Dr. A Halim, M.Si Dr. Burhanuddin Yasin, M.Ed. Dr. Niswanto, M.Pd. Dr. Wildan, M.Pd. Dr. Husaini Ibrahim, M.A. DEWAN PENYUNTING Mukhlis Hidayat, M.Kom. Muhammad Nazar, MSCST. DESAIN COVER Al Qudri, ST TEBAL BUKU 374 + xi PENERBIT Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh Laman: http://www.fkip.unsyiah.ac.id/semnas-kptip FKIP Universitas Syiah Kuala ISBN: 978-602-97671-4-9 ii