I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman karet (Hevea brasiliensis [Muell.] Arg.) berasal dari Brazil, Amerika

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit adalah salah satu sumber utama minyak nabati di

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan rerumputan

TINJAUAN PUSTAKA. yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi

I. PENDAHULUAN. sumber kalori yang relatif murah. Kebutuhan akan gula meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman industri penting penghasil

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah,

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula tebu merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

PENYIANGAN. Peserta diklat diharapkan mampu menyiang padi sawah dengan benar.

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk ke dalam suku Liliaceae. Brebes yang merupakan sentra terbesar bawang merah.

I. PENDAHULUAN. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah komoditas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tomat merupakan salah satu dari kelompok sayuran yang memiliki banyak manfaat, diantaranya digunakan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

PENDAHULUAN. bumbu masakan, untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Tanaman

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula

BAB I PENDAHULUAN. yang multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak hanya di

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak

BAB I PENDAHULUAN. pelindung alam sekitar (Zain, 1998). Menurut sumber dari Direktorat Jendral

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk famili rumput

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. inflasi, substitusi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri (Direktorat Jendral

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L) family Lilyceae yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia Tenggara dan

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang tingkat konsumsinya cukup tinggi di kalangan masyarakat. Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu ditambahkan karena fungsinya sebagai bumbu penyedap rasa. Selain itu, masih banyak manfaat yang bisa didapat dari bawang merah, diantaranya sebagai obat tradisional karena bawang merah mengandung senyawa allin dan allisin yang bersifat bekterisida (Estu dan Nur, 1999). Seiring meningkatnya pertambahan penduduk, maka kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Akan tetapi untuk saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksikan untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah (Ambarwati dan Yudono, 2003). Pengusahaan bawang merah memberikan prospek yang menjanjikan bagi dunia pertanian khususnya, hal ini disebabkan tidak adanya barang yang dapat mensubstitusi (menggantikan) bawang merah, baik yang sintetis maupun alami. Yang dimaksud barang pengganti tersebut yaitu berupa komoditi lain yang memiliki sifat dan fungsi sama dengan bawang merah (Nazarudin, 1994).

2 Untuk memenuhi permintaan konsumen akan bawang merah maka pengembangan pembudidayaan bawang merah di sektor pertanian adalah salah satu langkah yang harus dilakukan. Dalam hal peningkatan produktivitas bawang merah, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan diantaranya lingkungan genetik, teknik budidaya, faktor iklim mikro, dan keberadaan hama atau penyakit. Dalam teknik budidaya, yang menjadi salah satu faktor penghambat produksi adalah kehadiran gulma pada lahan budidaya serta semakin sulitnya pelaksanaan pengendalian gulma. Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh manusia karena bersifat mengganggu. Beberapa kerugian yang timbul akibat keberadaan gulma pada lahan pertanian yaitu: (1) menurunkan hasil produksi, (2) menurunkan mutu hasil, (3) menjadi inang alternatif hama dan patogen, (4) mempersulit pengolahan tanah dan mempertinggi biaya produksi, (5) menimbulkan zat beracun dari golongan fenol bagi tumbuhan yang lain, (6) mengurangi debit dan kualitas air (Triharso,1994). Kehadiran gulma pada lahan budidaya memiliki pengaruh nyata dalam penurunan hasil produksi. Penurunan produktivitas oleh gulma dapat mencapai 20-80% bila gulma tidak dikendalikan. Hal tersebut disebabkan terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya, CO 2, serta ruang tumbuh (Moenandir, 1993a). Dalam hal pengendalian gulma ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu pengendalian dengan cara kultur teknis, manual, kimiawi dan terpadu. Di perkebunan dengan skala besar pada umumnya teknik pengendalian gulma yang

3 dilakukan bermacam-macam, salah satu teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah pengendalian dengan cara kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan herbisida diantaranya: (1) mengurangi jumlah pemakaian tenaga kerja untuk kegiatan penyiangan, (2) mengendalikan gulma yang sulit disiangi yang tumbuh bersama tanaman budidaya, (3) mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman pokok, (4) mencegah kerusakan perakaran tanaman pokok, (5) mengurangi erosi, (6) lebih efektif dalam mengendalikan gulma tahunan (Tjitrosoedirjo dan Wiroatmodjo, 1984). Herbisida yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya bawang merah adalah herbisida yang bersifat sistemik. Salah satu herbisida sistemik yang biasa digunakan yaitu herbisida pendimethalin, karena pendimethalin bekerja mematikan tumbuhan setelah ditranslokasikan dari tempat terjadinya kontak pertama dengan herbisida ke seluruh tubuh tumbuhan, biasanya menuju titik tumbuh tumbuhan yang merupakan tempat berlangsungnya metabolisme paling aktif (Moenandir, 1990). Herbisida pendimethalin ditranslokasikan ke bagian tajuk tanaman yang terkena herbisida secara langsung. Persistensinya dalam tanah tergantung dari metode aplikasi, tekstur tanah dan bahan organik, dan faktor lingkungan. Ketika penggunaan berdasarkan label instruksi di bawah kondisi yang normal, maka herbisida tidak terbawa secara berlebihan dari bagian tanaman yang diharapkan. Herbisida ini diaplikasikan sebelum gulma tumbuh atau berkecambah (Angelia, 2008).

4 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka disusun perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efikasi herbisida pendimethalin dalam mengendalikan gulma pada lahan budidaya bawang merah? 2. Apakah terjadi perubahan komunitas/komposisi jenis gulma setelah aplikasi pendimethalin? 3. Apakah herbisida pendimethalin bersifat toksik atau meracuni tanaman bawang merah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui efikasi herbisida pendimethalin dalam mengendalikan gulma pada lahan budidaya bawang merah. 2. Mengetahui perubahan komunitas/komposisi jenis gulma setelah aplikasi pendimethalin pada lahan budidaya bawang merah. 3. Mengetahui fitotoksisitas atau keracunan pada tanaman bawang merah akibat aplikasi pendimethalin.

5 1.4 Landasan Teori Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teoritis sebagai berikut: Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak akan pernah hilang dari pandangan petani, penyuluh, peneliti, dan pengambil kebijakan karena keberadaannya lebih banyak merugikan daripada memberikan keuntungan. Oleh karena itu manusia berusaha untuk mengelolanya. Pengelolaan gulma sudah lama dikenal oleh petani, yang mereka kenal dengan pengendalian dimana sesuai dengan dimulainya bercocok tanam (Moenandir, 1993b). Gulma dan tanaman budidaya mempunyai keperluan dasar yang sama agar pertumbuhan dan perkembangan menjadi normal yaitu air, unsur hara, cahaya, CO 2, dan ruang tumbuh. Gulma akan berpengaruh nyata terhadap tanaman sehingga kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh spesies gulma, kepadatan gulma, dan lama persaingan (Sukman dan Yakup, 1995). Menurut Sembodo (2007), semakin lama jangka waktu (durasi) kehadiran gulma bersama tanaman akan semakin besar penurunan hasil akibat proses kompetisi yang terjadi. Di samping itu, saat kehadiran gulma juga menentukan derajat kompetisi yang akan terjadi. Tumbuhan yang hadir lebih awal dan efektif dalam memanfaatkan sarana tumbuh yang ada dengan cepat mencapai kondisi populasi yang mantap maka daya kompetisinya akan lebih tinggi daripada tumbuhan lainnya. Pernyataan tersebut didasari oleh kondisi gulma yang hadir lebih awal dengan leluasa memanfaatkan sarana tumbuh yang ada. Akibatnya

6 pertumbuhannya (perakaran, penutupan tajuk, dan tinggi) akan baik, sehingga tumbuhan yang muncul terlambat akan tertekan pertumbuhannya. Metode pengendalian gulma yang umumnya digunakan pada suatu lahan pertanian adalah secara kimiawi, yaitu menggunakan herbisida. Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat. Dengan kata lain jenis dan kadar racun bahan kimia suatu herbisida menentukan arti daripada herbisida itu sendiri (Moenandir, 1990). Penggunaan herbisida adalah salah satu alternatif dalam menekan biaya dan tenaga kerja, selain itu memiliki keuntungan lain yaitu cepat, tidak tergantung kerapatan gulma (Sriyani, 2007). Aplikasi herbisida pratumbuh merupakan salah satu cara dalam mengendalikan gulma sebelum tumbuh dan berkecambah pada lahan budidaya selain penyiangan mekanis yang banyak dilakukan petani. Hal ini dimaksudkan untuk pengendalian secara dini dalam menekan persaingan tanaman budidaya dengan gulma yang ada di lahan tersebut. Herbisida pendimethalin merupakan salah satu herbisida pratumbuh yang bersifat sistemik untuk mengendalikan gulma rumput dan daun lebar (Aldila, 2008). Pendimethalin merupakan herbisida golongan dinitroanilin yang bersifat sistemik. Herbisida golongan dinitroanilin merupakan herbisida selektif, yaitu senyawa kimia yang bersifat lebih beracun untuk tumbuhan tertentu daripada tumbuhan lainnya, sehingga menyebabkan perubahan komposisi gulma. Hal ini disebabkan herbisida yang digunakan hanya dapat mengendalikan gulma golongan tertentu. Gulma yang menjadi target sasaran akan terkendali, tetapi biji-biji gulma yang

7 berada dalam tanah yang tidak terkena herbisida akan berkecambah dan akan tumbuh menjadi gulma baru (Sembodo, 2007). Herbisida ini bersifat selektif untuk mengendalikan gulma semusim dan daun lebar (Extoxnet, 1993). Menurut Moenandir (1990) herbisida ini juga selektif terhadap gulma golongan rumput. Mekanisme kerja merupakan indikasi dari efek herbisida berhubungan dengan penghambatan bagian sel dan pemanjangan sel (American Cyanamid, 1997). Herbisida pendimethalin memiliki pola kerja sebagai racun sistemik yaitu menghambat perkembangan akar dan tajuk gulma yang baru berkecambah serta diabsorbsi lewat daun (Ashton dan Crafts, 1981). 1.5 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan teorits terhadap perumusan masalah. Tanaman bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang tergolong sayuran rempah dan banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna manambah cita rasa dan kenikmatan. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar kebutuhannya dapat selalu terpenuhi maka perlu diimbangi dengan peningkatan produksi dan perbaikan mutu guna mencukupi permintaan. Salah satu faktor penting dalam peningkatan produksi yaitu teknik budidaya bawang merah yang baik.

8 Dalam hal teknik budidaya kehadiran gulma merupakan salah satu faktor penghambat, karena dapat mengganggu proses pembudidayaan tanaman. Kehadiran gulma dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperoleh unsur-unsur penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti unsur hara, mineral, air, CO 2, cahaya, dan ruang tumbuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan hasil dan mutu tanaman. Gulma yang tumbuh di sekitar lahan budidaya akan menyerap unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga asupan unsur hara tidak diterima secara utuh oleh tanaman bawang merah. Besarnya penurunan hasil yang diakibatkan oleh kehadiran gulma menunjukkan pentingnya pengendalian dan pengelolaan gulma yang baik agar produktifitas yang diinginkan dapat tercapai. Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan gulma yaitu: (1) secara kultur teknis, (2) secara mekanis, (3) secara biologis, dan (4) secara kimiawi. Pengendalian yang banyak dilakukan yaitu dengan cara kimiawi menggunakan herbisida, karena penggunaan herbisida memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan teknik pengendalian yang lain. Keuntungan dari penggunaan herbisida yaitu: (1) lebih cepat menekan pertumbuhan gulma, (2) lebih ekonomis, (3) lebih efektif, dan (4) menghemat tenaga kerja dan waktu. Salah satu herbisida yang digunakan yaitu pendimethalin yang bersifat selektif dan sistemik. Herbisida pendimethalin yang diaplikasikan secara pratumbuh akan diabsorpsi dengan cepat oleh membran dan biji yang sedang berkecambah, tetapi tidak segera ditranslokasikan karena translokasi dari akar ke tajuk sangat sedikit.

9 Penggunaan herbisida pada lahan budidaya bawang merah akan mengakibatkan perubahan komposisi gulma, karena herbisida yang digunakan hanya mampu mengendalikan gulma golongan tertentu saja (selektif), gulma yang menjadi target sasaran akan terkendali, sedangkan bagian vegetatif gulma yang masih tersisa dalam tanah akan berkecambah dan tumbuh kembali menjadi gulma baru. Selain itu perubahan komposisi gulma juga dikarenakan gulma memiliki tanggapan dan kecepatan tumbuh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang dalam hal pengendalian gulmanya memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dibandingkan tanaman lainnya. Selain jarak tanam yang relatif rapat, keadaan fisiologis tanaman bawang merah juga mempengaruhi perlakuan dalam hal pengendalian gulma, seperi tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, batang dan daun bawang merah sulit atau bahkan tidak bisa dibedakan. Hal inilah yang juga menjadi perhatian saat akan dilakukan pengendalian gulma pada lahan budidaya bawang merah selain faktor lingkungan seperti keadaan iklim di sekitar lahan budidaya, sifat fisika dan kimia tanah lahan budidaya, dan keadaan gulma yang akan dikendalikan. Karena sifatnya yang sistemik dan selektif serta mudah diabsorpsi oleh akar tumbuhan, maka herbisida pendimethalin dipilih untuk menjadi salah satu herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan budidaya bawang merah. Hal ini disebabkan karena pada lahan budidaya bawang merah terdapat jenis gulma yang berbeda-beda dan diharapkan pendimethalin mampu untuk mengendalikan gulma dengan jenis yang berbeda-beda tersebut.

10 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Herbisida pendimethalin mampu mengendalikan gulma pada petak perlakuan pendimethalin pada lahan budidaya bawang merah. 2. Terjadi perubahan komunitas/komposisi jenis gulma setelah aplikasi pendimethalin pada lahan budidaya bawang merah. 3. Tidak ada fitotoksisitas atau keracunan pada tanaman bawang merah setelah aplikasi herbisida pendimethalin.